Tampilkan postingan dengan label Padang. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Padang. Tampilkan semua postingan

Kamis, 25 April 2013

Rahasia Kakek 80 Tahun Taklukkan 30 Harimau dengan Tangan Kosong

Di Kota Padang, Sumatera Barat kakek 80 tahun, Syamsir Rajo Lelo punya kepandaian menangkap harimau tanpa senjata. Untuk menaklukkan harimau dengan tangan kosong, tidaklah mudah. Dia pun mengungkap cara dan bagaimana memperoleh keahlian unik itu kepadaVIVAnews.

Rajo Lelo mulai menangkap harimau sejak tahun 1952. Pada tahun itu, bersama mamaknya (paman) berhasil menangkap 2 ekor. Peristiwa itu berlangsung di Batu Busuak, kampung di kaki bukit barisan Kecamatan Pauh, Kota Padang.

Bapak 16 anak ini, mengatakan, tidak sembarang harimau yang ditangkap. "Hanya harimau yang menganggu ketenangan warga saja. Seperti masuk kampung dan makan ternak," ujar Rajo Lelo kepada VIVAnews di rumahnya di Kelurahan Ulu Gadut, Padang, Rabu 24 April 2013.

Aksi heroik Rajo Lelo menangkap harimau berakhir tahun 1995. Antara tahun 1952 sampai 1995, ia sudah menangkap 30 ekor harimau dengan ukuran mencapai 160 centimeter. Seperti pemberitaan sebelumnya, dia hanya mengaku 27 ekor, tapi dalam kesempatan ini, dia mengungkap, ada 3 ekor lagi yang ia lupa. "Sampai sekarang, saya sudah tangkap 30 ekor. Terakhir tahun 1995," tegasnya.

Rajo Lelo akan memulai aksinya ketika ada masyarakat yang melaporkan. Dari laporan itu, dia terjun ke lapangan dan membuat panjaro (kadang) kayu. kayu untuk kandang juga kayu pilihan. "Untuk kandang, harus memakai kayu Meransih dan kayu kambang," katanya.

Setelah kandang itu dibangun, diisi dengan kambing. Kandang dan kambing dilimauan (ruwat) diiringi doa. "Kambing dimaksudkan sebagai umpan, tapi takkan ada artinya kalau tidak dilimauan," cerita Rajo Lelo.

Kalau ia masuk ke kandang, maka harimau akan jinak kepada Rajo Lelo. Jika harimau tidak masuk, harimau akan tetap mati. Karena, berkat doa yang dibacakan ketika dilimauan, harimau akan hilang selera makan dan akhirnya mati karena tidak makan.

Dari 30 ekor yang berhasil ditangkap, ada 4 ekor yang mati. Harimau yang mati dikuburkan dan yang hidup diserahkan ke kebun binatang Bukittinggi dan taman safari lainnya.

Keberhasilannya tersebut, diapresiasi oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sumbar dengan piagam penghargaan.

Belajar 17 Tahun
Keahlian Rajo Lelo menangkap harimau, tidak sembarangan orang yang bisa. Butuh kesungguhan dan mengaji tarekat selama 17 tahun. Rajo Lelo mengikuti pengajian tarekat sejak berumur delapan tahun.

Dia menjelaskan, untuk bisa menangkap harimau Rajo Lelo mangaji di Ulakan, Pariaman tujuh tahun, mengaji khusus tangkap harimau tujuh tahun dan mengaji mengambil keputusan tiga tahun. Setelah itu, baru bisa dipraktekkan.

Mengambil keputusan dilakukan oleh guru ngaji. "Dari 37 orang rombongan saya mangaji waktu itu, hanya dua orang yang lulus ketika pengambilan keputusan. Saya salah satunya," tambah Rajo Lelo.

Rombongan pengajiannya, berasal dari Riau, Medan, Aceh dan daerah lainnya di luar Sumbar. Sebelum ditetapkan siapa yang lolos dalam pengajian tersebut, semua peserta diberi pisau.

Lalu, pisau itu diasah dan disimpan. Saat pengambilan keputusan tersebut, pisau tadi dilihat oleh guru. Bagi pisau yang masih bagus, maka mereka lulus. "Maknanya, kalau kita punya pisau tajam jangan langsung di pakai menyayat selagi masih ada cara lain," kenangnya.

Sekarang, Rajo Lelo mengabdikan dirinya untuk masyarakat. Setiap hari, rumahnya ramai dikunjungi warga untuk berobat. Melalui doa-doanya sesuai ajaran Islam, ia mengharapkan kesembuhan bagi pasiennya.

Di samping itu, kakek berkupiah ini berladang di hutan belakang rumahnya. Di ladang tersebut, di pondoknya, ada kandang harimau. Di kandang itu ada tiga ekor si raja hutan. Dua anak dan satu induknya.

Tiga ekor harimau Sumatera tersebut sudah seperti peliharaannya. Kadang, Rajo Lelo memberi makan. Makannya 9 telur ayam. "Namun, ia lebih sering cari makan sendiri ke hutan," kata Rajo Lelo.

Senin, 13 Agustus 2012

Mimpi Memiliki Sepatu Idaman Bung Hatta, Sang Proklamator

Seandainya bangsa Indonesia dapat meneladani karakter mulia proklamator kemerdekaan ini, dan seandainya para pemimpin tidak bermental maling, Indonesia akan menjadi lain. Tidak mungkin bangsa dengan sumber alam yang melimpah ini menjadi bangsa terbelakang, melarat, dan nista, karena tradisi berutang dan meminta sedekah dari orang asing.

Mohammad Hatta lahir pada tanggal 12 Agustus 1902 di Bukittinggi. Di kota kecil yang indah inilah Bung Hatta dibesarkan di lingkungan keluarga ibunya. Ayahnya, Haji Mohammad Djamil, meninggal ketika Hatta berusia delapan bulan. Dari ibunya, Hatta memiliki enam saudara perempuan. Ia adalah anak laki-laki satu-satunya. Sejak duduk di MULO di kota Padang, ia telah tertarik pada pergerakan. Sejak tahun 1916, mulai bermunculan perkumpulan-perkumpulan pemuda seperti Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Minahasadan Jong Ambon. Hatta masuk ke perkumpulan Jong Sumatranen Bond.

Proklamator Mohammad Hatta memberikan teladan soal kesederhanaan. Hatta mengajarkan menjadi pria terhormat tidak harus menjadi orang kaya. Hatta juga mencontohkan perilaku jujur dan menghindari korupsi. Sesuatu yang sangat langka saat ini.

Hatta bukan orang kaya. Gajinya sebagai wakil presiden selalu habis digunakan untuk membeli buku. Dia juga tidak pernah mau main ambil uang yang bukan haknya. Hatta pernah menyuruh asistennya mengembalikan dana taktis wakil presiden sebesar Rp 25 ribu. Padahal jika tidak dikembalikan pun tidak apa-apa. Dana taktis itu tidak perlu dipertanggungjawabkan. Tapi Hatta orang jujur yang punya kehormatan.

Hatta, istri dan tiga anaknya tinggal di Jl Diponegoro 57. Hatta menolak semua jabatan komisaris baik dari perusahaan nasional maupun perusahaan asing. Dia merasa tidak bisa bertanggung jawab pada rakyat jika mengambil jabatan itu. Seperti diketahui, jabatan komisaris perusahaan ini biasanya merupakan jatah pejabat yang pensiun. Tanpa perlu kerja, setiap bulannya para pejabat ini akan mendapatkan gaji buta. Karena itulah Hatta menolak.

Hatta mendapat uang pensiun sebesar Rp 3.000. Jumlah itu terbilang kecil. Hatta pun terengah-engah membayar tagihan listrik rumahnya. Istri Hatta, Rachmi Rahim tak mampu membeli mesin jahit idamannya. Hatta pun hanya bisa menyuruh Rachmi bersabar dan menabung lagi.

Sepatu Bally

Bally adalah sebuah merek sepatu yang bermutu tinggi dan tentu tidak murah. Bung Hatta, Wakil Presiden pertama RI, berminat pada sepatu Bally. Ia kemudian menyimpan guntingan iklan yang memuat alamat penjualnya, selalu berusaha menabung agar bisa membeli sepatu idaman tersebut.

Namun, uang tabungan tampaknya tidak pernah mencukupi, karena selalu terambil untuk keperluan rumah tangga atau untuk membantu kerabat dan handai taulan yang datang kepadanya untuk meminta pertolongan. Hingga akhir hayatnya, sepatu Bally idaman Bung Hatta tidak pernah terbeli, karena tabungannya tak pernah mencukupi.

Yang sangat mengharukan dari cerita ini, guntingan iklan sepatu Bally itu hingga Bung Hatta wafat masih tersimpan dan menjadi saksi keinginan sederhana dari seorang Hatta. Jika ingin memanfaatkan posisinya waktu itu, sebenarnya sangatlah mudah bagi Bung Hatta untuk memperoleh sepatu Bally. Misalnya, dengan meminta tolong para duta besar atau pengusaha yang menjadi kenalan Bung Hatta.

Bung Hatta meninggalkan teladan besar, yaitu sikap mendahulukan orang lain, sikap menahan diri dari meminta hibah, bersahaja, dan membatasi konsumsi pada kemampuan yang ada. Kalau belum mampu, harus berdisiplin dengan tidak berutang atau bergantung pada orang lain.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
//** Like Button FB **//
//** Like Button FB **//