Tampilkan postingan dengan label karakter. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label karakter. Tampilkan semua postingan

Jumat, 21 September 2012

AM Fatwa: Jokowi Memiliki Karakter Kepemimpinan Mirip Ali Sadikin

Anggota DPD RI asal DKI Jakrta, AM Fatwa menilai Joko Widodo (Jokowi) memiliki karakter kepemimpinan yang mirip seperti mantan gubernur DKI Jakarta era 70an, Ali Sadikin. Fatwa mengatakan keduanya sama-sama senang turun langsung ke masyarakat.

"Mirip, Pak Ali Sadikin kan juga suka turun ke lapangan daripada bekerja di kantor," ujar AM Fatwa dalam talkshow DPD RI Perspektif Indonesia: Kejutan Pemilu Kada DKI Jakarta dan Harapan Baru, di ruang press room DPD RI, Senayan, Jakarta, Jumat (21/9/2012).

AM Fatwa menyebut, kemiripan lain antara Jokowi dan Ali Sadikin adalah keduanya kerap mengunjungi gang-gang sempit di perkampungan padat penduduk.

"Jokowi masuk gang-gang, setelah jadi gubernur dia juga masuk gang. Kalau di kantor kan ada pegawainya. Ali Sadikin juga begitu, surat-surat dibawanya ke rumah," lanjutnya.

Selanjutnya, AM Fatwa juga menilai Jakarta lebih membutuhkan orang yang berasal dari luar Jakarta. Ali Sadikin dan Sutiyoso menjadi contoh pemimpin Jakarta yang sukses dan tidak berasal dari dalam Jakarta.

"Ali Sadikin dan Sutiyoso kan orang luar yang perbaiki. Kalau orang dalam itu malah terpenjara dalam masalah yang sudah ada," tuturnya.
Selain disebut mempunyai kemiripan dengan Ali Sadikin, AM Fatwa juga percaya bahwa Jokowi dapat merealisasikan janji-janjinya selama masa kampanye. Dia menilai Jokowi sudah menunjukkan hal tersebut selama memimpin kota Solo.

"Saya percaya, karena dia sudah melakukannya di Solo," terang AM Fatwa.

AM Fatwa juga mengatakan bahwa Jokowi dan Ahok punya tugas berat yakni menangani warisan sistem birokrasi. Namun dia mengaku yakin bahwa Jokowi akan berhasil melakukan perubahan birokrasi di Jakarta dalam waktu satu tahun.

"Satu tahun saya yakin mereka bisa benahi. Jokowi kita lihat ketulusannya mendekati orang kecil. Jokowi pasti bisa dengan prestasi yang kita lihat. Walau tak bisa dibandingkan Solo dan Jakarta, tapi saya yakin Jokowi bisa," tuturnya.

Salah seorang pendiri Partai Amanat Nasional (PAN) ini juga menitipkan pesan kepada Jokowi.

"Jangan takut berbuat karana takut salah, takutlah kalau salah," pungkasnya.

Senin, 13 Agustus 2012

Mimpi Memiliki Sepatu Idaman Bung Hatta, Sang Proklamator

Seandainya bangsa Indonesia dapat meneladani karakter mulia proklamator kemerdekaan ini, dan seandainya para pemimpin tidak bermental maling, Indonesia akan menjadi lain. Tidak mungkin bangsa dengan sumber alam yang melimpah ini menjadi bangsa terbelakang, melarat, dan nista, karena tradisi berutang dan meminta sedekah dari orang asing.

Mohammad Hatta lahir pada tanggal 12 Agustus 1902 di Bukittinggi. Di kota kecil yang indah inilah Bung Hatta dibesarkan di lingkungan keluarga ibunya. Ayahnya, Haji Mohammad Djamil, meninggal ketika Hatta berusia delapan bulan. Dari ibunya, Hatta memiliki enam saudara perempuan. Ia adalah anak laki-laki satu-satunya. Sejak duduk di MULO di kota Padang, ia telah tertarik pada pergerakan. Sejak tahun 1916, mulai bermunculan perkumpulan-perkumpulan pemuda seperti Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Minahasadan Jong Ambon. Hatta masuk ke perkumpulan Jong Sumatranen Bond.

Proklamator Mohammad Hatta memberikan teladan soal kesederhanaan. Hatta mengajarkan menjadi pria terhormat tidak harus menjadi orang kaya. Hatta juga mencontohkan perilaku jujur dan menghindari korupsi. Sesuatu yang sangat langka saat ini.

Hatta bukan orang kaya. Gajinya sebagai wakil presiden selalu habis digunakan untuk membeli buku. Dia juga tidak pernah mau main ambil uang yang bukan haknya. Hatta pernah menyuruh asistennya mengembalikan dana taktis wakil presiden sebesar Rp 25 ribu. Padahal jika tidak dikembalikan pun tidak apa-apa. Dana taktis itu tidak perlu dipertanggungjawabkan. Tapi Hatta orang jujur yang punya kehormatan.

Hatta, istri dan tiga anaknya tinggal di Jl Diponegoro 57. Hatta menolak semua jabatan komisaris baik dari perusahaan nasional maupun perusahaan asing. Dia merasa tidak bisa bertanggung jawab pada rakyat jika mengambil jabatan itu. Seperti diketahui, jabatan komisaris perusahaan ini biasanya merupakan jatah pejabat yang pensiun. Tanpa perlu kerja, setiap bulannya para pejabat ini akan mendapatkan gaji buta. Karena itulah Hatta menolak.

Hatta mendapat uang pensiun sebesar Rp 3.000. Jumlah itu terbilang kecil. Hatta pun terengah-engah membayar tagihan listrik rumahnya. Istri Hatta, Rachmi Rahim tak mampu membeli mesin jahit idamannya. Hatta pun hanya bisa menyuruh Rachmi bersabar dan menabung lagi.

Sepatu Bally

Bally adalah sebuah merek sepatu yang bermutu tinggi dan tentu tidak murah. Bung Hatta, Wakil Presiden pertama RI, berminat pada sepatu Bally. Ia kemudian menyimpan guntingan iklan yang memuat alamat penjualnya, selalu berusaha menabung agar bisa membeli sepatu idaman tersebut.

Namun, uang tabungan tampaknya tidak pernah mencukupi, karena selalu terambil untuk keperluan rumah tangga atau untuk membantu kerabat dan handai taulan yang datang kepadanya untuk meminta pertolongan. Hingga akhir hayatnya, sepatu Bally idaman Bung Hatta tidak pernah terbeli, karena tabungannya tak pernah mencukupi.

Yang sangat mengharukan dari cerita ini, guntingan iklan sepatu Bally itu hingga Bung Hatta wafat masih tersimpan dan menjadi saksi keinginan sederhana dari seorang Hatta. Jika ingin memanfaatkan posisinya waktu itu, sebenarnya sangatlah mudah bagi Bung Hatta untuk memperoleh sepatu Bally. Misalnya, dengan meminta tolong para duta besar atau pengusaha yang menjadi kenalan Bung Hatta.

Bung Hatta meninggalkan teladan besar, yaitu sikap mendahulukan orang lain, sikap menahan diri dari meminta hibah, bersahaja, dan membatasi konsumsi pada kemampuan yang ada. Kalau belum mampu, harus berdisiplin dengan tidak berutang atau bergantung pada orang lain.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
//** Like Button FB **//
//** Like Button FB **//