Tampilkan postingan dengan label Hueting. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Hueting. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 18 Agustus 2012

Westerling Mengaku Membantai Rakyat Sulsel

Setelah 66 tahun berlalu, akhirnya terungkap, pengakuan pernah ke luar dari mulut Kapten Raymond Westerling. Bahwa benar, di masa lalunya, mantan Kapten KNIL itu telah membantai masyarakat Sulawesi Selatan.

Pengakuan itu ia sampaikan dalam sebuah wawancara di sebuah program televisi di stasiun NCRV. "Akulah yang bertanggung jawab, bukan tentara di bawah komandoku. Aku sendiri, secara personal yang memutuskannya," kata dia seperti dimuat situs Volkskrant, 14 Agustus 2012.

Pengakuan Westerling yang baru terkuak itu sejatinya ia sampaikan dalam sebuah wawancara di tahun 1969, hanya sesaat setelah mantan tentara Joop Hueting mengungkap soal kejahatan perang tentara Nederland di Indonesia dalam wawancara dengan Volkskrant dan Achter het Nieuws. Pengakuan Hueting membuat geger dan memicu murka para veteran serdadu kala itu. Sang jurnalis yang mewawancarainya bahkan harus mendapat perlindungan polisi, karena nyawanya terancam.

Apalagi jika pengakuan Westerling yang diungkap, efeknya bisa bak bom meledak di siang bolong. Bagaimana tidak, meski di Indonesia dianggap "tukang jagal", Westerling dianggap pahlawan oleh para veteran. Ia adalah komandan pasukan khusus (Speciale Troepen) yang dikirim pada Desember 1946 lalu ke Sulawesi Selatan untuk menekan gerakan revolusioner.

Tiga bulan bertugas, ia dianggap sukses, meski mengorbankan 3.500 penduduk lokal, kebanyakan dibunuh tanpa diadili atas nama penegakan hukum. Versi Indonesia, ada 40.000 nyawa yang melayang.

Tak pernah ditayangkan

Pengakuan Westerling di tahun 1969 itu direkam oleh juru kamera Hans van der Busken, sementara wawancara dilakukan jurnalis Joep Buttinghausen, namun tak pernah ditayangkan, bahkan sampai Westerling meninggal pada 26 November 1987 lalu.

Rekaman itu selama puluhan tahun tersimpan di rak, baik van der Busken dan Buttinghausen tak berani mengambil risiko yang bisa membahayakan nyawa mereka kala itu. Suasana sedang tegang.

Seperti halnya Westerling, Buttinghausen juga meninggal pada tahun 1987. Mereka saling mengenal dan duduk berdekatan saat wawancara, di ruangan sesak, dilapisi karpet rusia, yang dipenuhi asap cerutu. Westerling bicara bebas soal 500 nyawa yang melayang atas perintahnya, dalam 15 operasi yang dilakukannya. Kata dia, mereka yang tewas adalah orang-orang yang terbunuh saat melawan, ditembak kala kabur, atau dieksekusi.

Westerling tak takut melakukan tindakan kejinya, karena merasa mendapat dukungan dari Pemerintah Belanda. "Saya bertanggung jawab atas tindakan saya, mereka harus membuat perbedaan antara kejahatan perang atau tindakan tegas, konsisten, dan adil dalam keadaan sangat sulit," kata dia.

Westerling mengakui bahwa ia mungkin melakukan kejahatan perang, tapi tidak bagi empat serdadu yang bertindak di bawah perintahnya. Dia juga mengatakan, sifat sadistis yang tersembunyi di dalam diri seseorang dapat berkembang jauh lebih cepat saat perang daripada dalam situasi normal.

Sejarawan Willem IJzereef yakin, Westerling bertanggung jawab atas pembantaian 3.500 orang di Sulawesi Selatan, atas nama hukum. Sementara, bocornya bukti pengakuan Westerling menjadi kabar baik bagi pengacara korban pembantaian, Liesbeth Zegveld. "Ini adalah bukti yang didapat dari pihak pertama. Secara hukum, ini sangat menarik."

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
//** Like Button FB **//
//** Like Button FB **//