Patung Kristus Sang Penebus di Gunung Corcovado, Rio de Janeiro, adalah bukti betapa Brasil adalah negara yang identik dengan agama Katolik. Meski demikian, tercatat ada 35 ribuan muslim di sana (sensus 2010) yang sebagian besar menetap di negara bagian Sao Paulo dan Parana.
Dari negara bagian Sao Paulo inilah cerita soal Al Shabab dimulai. Pada Mei 2012, sebagaimana dilaporkan Brazil-Arab News Agency, seorang pebisnis keturunan Lebanon bernama Gaber Arraji mendirikan klub sepak bola yang beranggotakan muslim, karena dia menyadari masih sedikit orang Islam di Brasil yang berprofesi pemain sepak bola. Dalam bahasa Arab, Al Shabab berarti pemuda.
Arraji kemudian menggandeng mantan pemain Atletico do Parana, Gustavo Caiche untuk mewujudkan idenya ini. Untuk tahap awal, mereka mempromosikan klub ini ke sekolah-sekolah Islam di kawasan Sao Paulo. Hasilnya lumayan. Hingga akhir tahun 2012, sudah ada 78 pesepakbola muda yang bergabung, semua berusia di bawah 20 tahun. Uniknya, justru hanya 12 yang muslim. Selanjutnya *
Tampilkan postingan dengan label Katolik. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Katolik. Tampilkan semua postingan
Senin, 05 Agustus 2013
Senin, 03 Juni 2013
Romo Magnis: Pernyataan Dipo Alam Ancam Kebebasan Berpendapat
JAKARTA - Rohaniawan Katolik Franz Magnis Suseno memandang pernyataan Dipo Alam yang mengatakan tidak baik pemimpin Islam dicerca oleh yang nonMuslim mengancam hak minoritas untuk mengeluarkan pendapat.
Romo Magniz menilai pernyataan Dipo tersebut seharusnya dipersoalkan.
"Nah ini sesuatu yang seharusnya dipersoalkan. Jangan-jangan dia mau mengatakan bahwa minoritas tidak boleh menyatakan pendapat mereka, kalau dia mengatakan mayoritas boleh bicara minoritas harus lepas dari fakta," ujar Magniz di Gedung Margasiswai, Menteng, Jakarta, Senin (3/6/2013).
Dikatakan Romo Magnis, mayoritas dan minoritas di Indonesia sama hak dan kewajibannya. Sehingga, komentar Dipo tersebut kata dia, sudah melenceng dan keluar rel.
"Tetapi tentu mayoritas dan minoritas sama haknya, mungkin itu sedikit keluar rel beliau waktu mengatakan itu," kata dia.
Romo Magniz menilai pernyataan Dipo tersebut seharusnya dipersoalkan.
"Nah ini sesuatu yang seharusnya dipersoalkan. Jangan-jangan dia mau mengatakan bahwa minoritas tidak boleh menyatakan pendapat mereka, kalau dia mengatakan mayoritas boleh bicara minoritas harus lepas dari fakta," ujar Magniz di Gedung Margasiswai, Menteng, Jakarta, Senin (3/6/2013).
Dikatakan Romo Magnis, mayoritas dan minoritas di Indonesia sama hak dan kewajibannya. Sehingga, komentar Dipo tersebut kata dia, sudah melenceng dan keluar rel.
"Tetapi tentu mayoritas dan minoritas sama haknya, mungkin itu sedikit keluar rel beliau waktu mengatakan itu," kata dia.
Label:
Ancam,
Berpendapat,
dicerca,
dipersoalkan,
DIpo Alam,
Franz Magnis Suseno,
Gedung Margasiswai,
hak,
Islam,
Katolik,
Kebebasan,
kewajiban,
melenceng,
minoritas,
pemimpin,
pernyataan
Langganan:
Postingan (Atom)