Patung Kristus Sang Penebus di Gunung Corcovado, Rio de Janeiro, adalah bukti betapa Brasil adalah negara yang identik dengan agama Katolik. Meski demikian, tercatat ada 35 ribuan muslim di sana (sensus 2010) yang sebagian besar menetap di negara bagian Sao Paulo dan Parana.
Dari negara bagian Sao Paulo inilah cerita soal Al Shabab dimulai. Pada Mei 2012, sebagaimana dilaporkan Brazil-Arab News Agency, seorang pebisnis keturunan Lebanon bernama Gaber Arraji mendirikan klub sepak bola yang beranggotakan muslim, karena dia menyadari masih sedikit orang Islam di Brasil yang berprofesi pemain sepak bola. Dalam bahasa Arab, Al Shabab berarti pemuda.
Arraji kemudian menggandeng mantan pemain Atletico do Parana, Gustavo Caiche untuk mewujudkan idenya ini. Untuk tahap awal, mereka mempromosikan klub ini ke sekolah-sekolah Islam di kawasan Sao Paulo. Hasilnya lumayan. Hingga akhir tahun 2012, sudah ada 78 pesepakbola muda yang bergabung, semua berusia di bawah 20 tahun. Uniknya, justru hanya 12 yang muslim. Selanjutnya *
Tampilkan postingan dengan label muslim. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label muslim. Tampilkan semua postingan
Senin, 05 Agustus 2013
Kamis, 18 Juli 2013
Muslim Uighur Dipaksa Makan Selama Ramadan
Xinjiang - Muslim Uighur di Cina tak tenang menjalankan ibadah puasa selama bulan Ramadan. Menurut juru bicara World Uighur Congress, Dilxadi Rexiti, para pejabat pemerintah berulang kali masuk ke rumah-rumah warga Uighur untuk memaksa mereka makan dan minum pada siang hari di bulan Ramadan.
Laporan lain oleh Uighur American Association (UAA) menyatakan pemilik restoran di Hotan wajib buka selama Ramadan. "Bahkan jika ditutup karena sedang melakukan perbaikan, mereka didenda," kata laporan UAA. Selanjutnya *
Laporan lain oleh Uighur American Association (UAA) menyatakan pemilik restoran di Hotan wajib buka selama Ramadan. "Bahkan jika ditutup karena sedang melakukan perbaikan, mereka didenda," kata laporan UAA. Selanjutnya *
Kamis, 28 Februari 2013
Winai, Cucu KH Amad Dahlan yang Jadi 'Sang Pencerah' Bagi Muslim Thailand
Kisah hidup pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan diangkat ke layar lebar dalam film besutan Hanung Bramantyo berjudul 'Sang Pencerah', merujuk pada jasa besar sosok salah satu pahlawan nasional itu. Dan ternyata cucu Ahmad Dahlan, Winai Dahlan juga memiliki peran yang begitu besar bagi muslim Thailand, khususnya dalam teknologi produk halal.
Muslim di Thailand merupakan minoritas. Di tengah banyaknya zat-zat haram yang menjadi campuran bahan mentah di Thailand, Winai yang merupakan profesor dalam bidang ilmu kesehatan pada tahun 1995 menggagas penelitian untuk menelaah kandungan zat-zat yang meragukan dalam bahan makanan yang ada di Thailand.
Program penelitiannnya yang dilakukan di salah satu laboratorium kecil di Universitas Chulalongkorn -- Universitas Tertua di Thailand-- itu sukses dan diberi nama The Halal Science Center. Perlahan namun pasti, lembaga ini berhasil mengembangkan teknologi produk halal yang memaksa negara tetangga untuk menoleh kepada mereka.
Salah satu contohnya kesuksesannya, The Halal Science Center menerapkan aplikasi scaning barcode, yang bisa dilakukan warga menggunakan tablet ataupun smartphone. Jadi, pihak The Halal Science Center menyediakan software gratis untuk pemindaian label yang bisa didownload oleh siapapun.
Setelah dilakukan pemindaian, maka nanti di gadget akan muncul profil dari makanan terkait. Mulai dari siapa produsennya, batas akhir waktu konsumsi dan tentunya kepastian kehalalannya. Dengan teknologi ini, maka menutup ruang terjadinya penipuan.
Pada tahun 2006, Malaysia langsung melalui perdana menterinya Abdullah Ahmad Badawi memberi anugrah 'Best Innovation in Halal Industry' kepada The Halal Science Center. Pada tahun 2009, penghargaan serupa didapatkan dari Filipina. Lalu di 2011, Malaysia kembali memberi penghargaan dengan titel Halal Research Summit.
Tak hanya negara tetangga yang melemparkan pujian dan penghargaan kepada Winai dan lembaga yang dipimpinnya. Kerajaan Thailand pada 2009 memberikan penghargaan kepada Winai atas jasanya mengembangkan produk halal yang terbukti sangat membantu kaum muslim di Thailand, dalam memberikan rasa aman atas apa yang mereka konsumsi.
"Di negara muslim yang jumlahnya besar seperti milik Anda (Indonesia), akan merasa sangat aman soal perkara halal dan haram. Namun bagi kami yang tinggal di negara non muslim, kami harus sangat hati-hati," ujar Winai kepada wartawan dari Indonesia di Chulalongkorn, Bangkok ini.
Winai tampak begitu antusias menyambut rombingan wartawan dari Indonesia. Maklum saja, meski dia merupakan warga negara Thailand, darah yang mengalir di tubuhnya 100 persen Indonesia. Ayahnya, Irfan Dahlan anak Keempat dari Ahmad Dahlan merupakan seorang Jawa, begitu juga pula ibunya, seorang warga Thailand muslim dari perkampungan Jawa di negeri itu.
"Ayahnya saya dari Indonesia, dari Kauman (Yogyakarta). Ibu saya merupakan anak dari imam yang ada di masjid kampung jawa," ujar Winai yang tidak berbahasa Indonesia itu.
Winai pun menceritakan mengapa ada keturunan Ahmad Dahlan yang bisa 'terdampar' di Thailand. Ayahnya, Irfan Dahlan, dikirim belajar ke luar negeri tepatnya di Pakistan pada tahun 1924. Sepulang belajar dari Pakistan pada 1933, Irfan tidak dapat masuk ke Indonesia karena situasi politik yang tidak memungkinkan. Sebab, saat itu Lautan Hindia menjadi medan tempur Perang Dunia II antara sekutu dan Jepang.
Irfan adalah anak KH Ahmad Dahlan dengan Siti Walidah yang dikenal sebagai Nyai Ahmad Dahlan, seorang Pahlawanan Nasional dan pendiri pergerakan Aisyiyah. Dari perkawinannya dengan Siti Walidah, KH Ahmad Dahlan mempunyai enam orang anak. Yaitu, Djohanah, Siradj Dahlan, Siti Busyro, Irfan Dahlan, Siti Aisyah, dan Siti Zaharah.
"Ayah saya memutuskan untuk tinggal di Thailand. Kenapa Thailand, karena di sini banyak warga Indonesia yang bermukim di sini dan bernasib sama,’’ kata Winai mengenang cerita dari ayahnya.
Situasi politik yang tidak stabil pada saat itu, membuat Irfan Dahlan tidak memiliki kesempatan untuk kembali ke Indonesia. Akhirnya, Irfan memutuskan untuk benar-benar menetap di Thailand. "Ayah saya tak sempat lagi untuk tinggal di Indonesia. Sejak pergi ke Pakistan, dia baru sekali diberi kesempatan pulang. Dia meninggal di sini," ujar Winai.
Meski merupakan keturunan langsung dari Ahmad Dahlan, Winai bukan seorang kader Muhammadiyah. Meski begitu dia mengaku cukup kagum dengan amal usaha Muhammadiyah. Dia mendapatkan pengetahuan tentang Muhammadiyah dari sejumlah buku. "Dan terakhir, film sang pencerah. Film itu menyadarkan saya mengenai betapa hebatnya upaya mendirikan Muhamadiyah," ujarnya.
Meski terpisah jarak dan status kewarganegaraan, Winai tetap menjalin hubungan dengan keluarga besar keturunan Ahmad Dahlan di Indonesia, terutama di Yogyakarta. Pria berusia 60 tahun ini sudah beberapa kali pulang ke Kauman untuk bertemu dengan sepupu dan kerabat lain.
"Ketika beberapa tahun lalu pihak keluarga memutuskan untuk mewakafkan rumah di Kauman untuk Muhammadiyah, saya juga diajak berembug," tutur pria yang masih bisa menyanyikan lagu 'Naik Kereta Api' ini.
Muslim di Thailand merupakan minoritas. Di tengah banyaknya zat-zat haram yang menjadi campuran bahan mentah di Thailand, Winai yang merupakan profesor dalam bidang ilmu kesehatan pada tahun 1995 menggagas penelitian untuk menelaah kandungan zat-zat yang meragukan dalam bahan makanan yang ada di Thailand.
Program penelitiannnya yang dilakukan di salah satu laboratorium kecil di Universitas Chulalongkorn -- Universitas Tertua di Thailand-- itu sukses dan diberi nama The Halal Science Center. Perlahan namun pasti, lembaga ini berhasil mengembangkan teknologi produk halal yang memaksa negara tetangga untuk menoleh kepada mereka.
Salah satu contohnya kesuksesannya, The Halal Science Center menerapkan aplikasi scaning barcode, yang bisa dilakukan warga menggunakan tablet ataupun smartphone. Jadi, pihak The Halal Science Center menyediakan software gratis untuk pemindaian label yang bisa didownload oleh siapapun.
Setelah dilakukan pemindaian, maka nanti di gadget akan muncul profil dari makanan terkait. Mulai dari siapa produsennya, batas akhir waktu konsumsi dan tentunya kepastian kehalalannya. Dengan teknologi ini, maka menutup ruang terjadinya penipuan.
Pada tahun 2006, Malaysia langsung melalui perdana menterinya Abdullah Ahmad Badawi memberi anugrah 'Best Innovation in Halal Industry' kepada The Halal Science Center. Pada tahun 2009, penghargaan serupa didapatkan dari Filipina. Lalu di 2011, Malaysia kembali memberi penghargaan dengan titel Halal Research Summit.
Tak hanya negara tetangga yang melemparkan pujian dan penghargaan kepada Winai dan lembaga yang dipimpinnya. Kerajaan Thailand pada 2009 memberikan penghargaan kepada Winai atas jasanya mengembangkan produk halal yang terbukti sangat membantu kaum muslim di Thailand, dalam memberikan rasa aman atas apa yang mereka konsumsi.
"Di negara muslim yang jumlahnya besar seperti milik Anda (Indonesia), akan merasa sangat aman soal perkara halal dan haram. Namun bagi kami yang tinggal di negara non muslim, kami harus sangat hati-hati," ujar Winai kepada wartawan dari Indonesia di Chulalongkorn, Bangkok ini.
Winai tampak begitu antusias menyambut rombingan wartawan dari Indonesia. Maklum saja, meski dia merupakan warga negara Thailand, darah yang mengalir di tubuhnya 100 persen Indonesia. Ayahnya, Irfan Dahlan anak Keempat dari Ahmad Dahlan merupakan seorang Jawa, begitu juga pula ibunya, seorang warga Thailand muslim dari perkampungan Jawa di negeri itu.
"Ayahnya saya dari Indonesia, dari Kauman (Yogyakarta). Ibu saya merupakan anak dari imam yang ada di masjid kampung jawa," ujar Winai yang tidak berbahasa Indonesia itu.
Winai pun menceritakan mengapa ada keturunan Ahmad Dahlan yang bisa 'terdampar' di Thailand. Ayahnya, Irfan Dahlan, dikirim belajar ke luar negeri tepatnya di Pakistan pada tahun 1924. Sepulang belajar dari Pakistan pada 1933, Irfan tidak dapat masuk ke Indonesia karena situasi politik yang tidak memungkinkan. Sebab, saat itu Lautan Hindia menjadi medan tempur Perang Dunia II antara sekutu dan Jepang.
Irfan adalah anak KH Ahmad Dahlan dengan Siti Walidah yang dikenal sebagai Nyai Ahmad Dahlan, seorang Pahlawanan Nasional dan pendiri pergerakan Aisyiyah. Dari perkawinannya dengan Siti Walidah, KH Ahmad Dahlan mempunyai enam orang anak. Yaitu, Djohanah, Siradj Dahlan, Siti Busyro, Irfan Dahlan, Siti Aisyah, dan Siti Zaharah.
"Ayah saya memutuskan untuk tinggal di Thailand. Kenapa Thailand, karena di sini banyak warga Indonesia yang bermukim di sini dan bernasib sama,’’ kata Winai mengenang cerita dari ayahnya.
Situasi politik yang tidak stabil pada saat itu, membuat Irfan Dahlan tidak memiliki kesempatan untuk kembali ke Indonesia. Akhirnya, Irfan memutuskan untuk benar-benar menetap di Thailand. "Ayah saya tak sempat lagi untuk tinggal di Indonesia. Sejak pergi ke Pakistan, dia baru sekali diberi kesempatan pulang. Dia meninggal di sini," ujar Winai.
Meski merupakan keturunan langsung dari Ahmad Dahlan, Winai bukan seorang kader Muhammadiyah. Meski begitu dia mengaku cukup kagum dengan amal usaha Muhammadiyah. Dia mendapatkan pengetahuan tentang Muhammadiyah dari sejumlah buku. "Dan terakhir, film sang pencerah. Film itu menyadarkan saya mengenai betapa hebatnya upaya mendirikan Muhamadiyah," ujarnya.
Meski terpisah jarak dan status kewarganegaraan, Winai tetap menjalin hubungan dengan keluarga besar keturunan Ahmad Dahlan di Indonesia, terutama di Yogyakarta. Pria berusia 60 tahun ini sudah beberapa kali pulang ke Kauman untuk bertemu dengan sepupu dan kerabat lain.
"Ketika beberapa tahun lalu pihak keluarga memutuskan untuk mewakafkan rumah di Kauman untuk Muhammadiyah, saya juga diajak berembug," tutur pria yang masih bisa menyanyikan lagu 'Naik Kereta Api' ini.
Jumat, 28 September 2012
"Tidak ada perintah dalam kitab untuk mendirikan negara," kata Rabbi Yisroel
Rabbi Yisroel Dovid Weiss bersama puluhan rekannya beraksi di depan Markas PBB di New York, AS. Mereka berunjuk rasa untuk perdamaian. Rabbi Yisroel menolak pendirian negara zionis Israel.
"Tidak ada perintah dalam kitab untuk mendirikan negara," kata Rabbi Yisroel yang pernah berkunjung ke Jakarta ini, kepada detikcom, Kamis (27/9/2012).
Yisroel dan rekan-rekannya merupakan komunitas Yahudi di New York. Aksinya ini dilakukan guna menunjukkan kepada dunia, bangsa Yahudi bukan hanya Israel saja.
"Ini agar dunia mengerti. Apa yang disampaikan Netanyahu (PM Israel) adalah pembajakan atas nama orang Yahudi," terang dia.
Bersama rekan-rekannya dengan pakaian khas, mereka meneriakan kata-kata penolakan atas zionisme. Mereka pun meminta agar bangsa Palestina diberi kemerdekaan.
"Kami ingin membangun persaudaraan dengan kaum muslim. Dan harus diingat, gerakan zionis Israel bukan sebuah ajaran religius," kata Rabbi yang mempunyai ribuan pendukung di New York ini.
Aksi para Rabbi Yahudi ini kebetulan bertepatan dengan pidato Netanyahu di sidang umum PBB. Netanyahu sejak awal menolak negara Palestina. Dia juga mendorong permusuhan dengan Iran.
Selain aksi para Rabbi Yahudi ini, ada juga aksi para pendukung Falun Gong dan warga Tibet yang memprotes pemerintah China.
Kedua aksi berlangsung tertib. Ratusan polisi dari NYPD berjaga di sekitar lokasi.
"Tidak ada perintah dalam kitab untuk mendirikan negara," kata Rabbi Yisroel yang pernah berkunjung ke Jakarta ini, kepada detikcom, Kamis (27/9/2012).
Yisroel dan rekan-rekannya merupakan komunitas Yahudi di New York. Aksinya ini dilakukan guna menunjukkan kepada dunia, bangsa Yahudi bukan hanya Israel saja.
"Ini agar dunia mengerti. Apa yang disampaikan Netanyahu (PM Israel) adalah pembajakan atas nama orang Yahudi," terang dia.
Bersama rekan-rekannya dengan pakaian khas, mereka meneriakan kata-kata penolakan atas zionisme. Mereka pun meminta agar bangsa Palestina diberi kemerdekaan.
"Kami ingin membangun persaudaraan dengan kaum muslim. Dan harus diingat, gerakan zionis Israel bukan sebuah ajaran religius," kata Rabbi yang mempunyai ribuan pendukung di New York ini.
Aksi para Rabbi Yahudi ini kebetulan bertepatan dengan pidato Netanyahu di sidang umum PBB. Netanyahu sejak awal menolak negara Palestina. Dia juga mendorong permusuhan dengan Iran.
Selain aksi para Rabbi Yahudi ini, ada juga aksi para pendukung Falun Gong dan warga Tibet yang memprotes pemerintah China.
Kedua aksi berlangsung tertib. Ratusan polisi dari NYPD berjaga di sekitar lokasi.
Label:
Falun Gong,
Israel,
Markas PBB,
menolak pendirian negara zionis Israel,
muslim,
Netanyahu,
New York,
pembajakan,
perdamaian,
PM,
Rabbi Yisroel Dovid Weiss,
Tibet
Senin, 06 Agustus 2012
Masjid Paling Fenomenal di Indonesia
Kata fenomenal tampaknya cocok untuk menggambarkan masjid milik Pesantren Salafiyah di Jawa Timur. Mulai dari arsitekturnya yang luar biasa, hingga namanya yang cukup panjang, akan menuai decak kagum jamaah yang datang.
Masjid adalah rumah ibadah utama umat Muslim. Tak heran banyak yang bermimpi membangun rumah Tuhan ini dengan gaya terbaik. Mulai dari bahan hingga arsitektur, dipilih yang terbaik.
Masjid Pondok Pesantren Salafiyah, Bihaaru Bahri 'Asali Fadlaailir Rahmah di Malang, Jawa Timur adalah salah satu di antara masjid dengan gaya arsitektur terbaik di Indonesia. Keunikan arsitektur masjid dan pesantren ini membuat siapa saja terkagum-kagum.
Semua yang telah datang pun sepakat, bahwa cukup sulit untuk menentukan gaya yang dipakai karena sangat unik. Ada yang bergaya China, India, Romawi, hingga Timur Tengah.
Keunikan ini sudah terlihat sejak Anda tiba di depan gerbang masuk pesantren yang berada di Jl Anggur No 7, Desa Sananrejo, Turen, Malang, Jawa Timur. Sebuah gerbang raksasa bergaya Romawi berdiri dengan gagahnya, menyambut setiap orang yang datang, seperti yang ditulis Buku 100 Masjid Terindah Indonesia dan dikutip detikcom, Senin (30/7/2012).
Selanjutnya, pengunjung akan memasuki sebuah serambi yang mirip seperti berada di dalam gua. Seluruh dinding di ruangan ini dibuat mirip seperti dinding gua, lengkap dengan stalaktit.
Masuk ke dalam masjid, jamaah akan mendapati ruang salat yang tak kalah menarik interiornya. Hampir seluruh bagian masjid penuh dengan ukiran dan kaligrafi cantik.
Sebuah mimbar untuk khotib saat berkhutbah juga disiapkan dengan desain yang mewah. Kursi imam dibuat layaknya kursi seorang raja. Mengagumkan!
Tidak hanya masjid, arsitektur luar biasa ini diterapkan di seluruh bangunan pesantren yang terdiri dari 10 lantai. Uniknya, hampir setiap ruangan yang ada di Pesantren Salafiyah, Bihaaru Bahri 'Asali Fadlaailir Rahmah tidak sama. Jadi, pengunjung yang datang akan menemukan suasana yang berbeda di setiap ruangannya.
Untuk masuk ke dalam ruangan pesantren, pengunjung bisa melalui lorong-lorong yang tentunya dibuat dengan gaya arsitektur yang berbeda-beda. Ada yang lorong dibuat seperti gua lengkap dengan stalaktit, ada pula yang dibuat dengan detil bergaya klasik.
Tak heran wajah setiap pengunjung yang datang akan dipenuhi dengan ekspresi penuh decak kagum. Semua akan terpesona dengan karya unik nan indah milik Pondok Pesantren Salafiyah, Bihaaru Bahri 'Asali Fadlaailir Rahmah.
Yang mengagumkan, ternyata pesantren dan masjid ini dibuat tanpa bantuan seorang arsitek. Semua dibuat berdasarkan hasil salat istikharah sang pemilik pesantren, KH Ahmad Bahru Mafdlaluddin Shaleh Al Mahbub Rahmat Alam.
Saat ini, Pondok Pesantren Salafiyah, Bihaaru Bahri 'Asali Fadlaailir Rahmah dibuka untuk umum. Semua orang bisa masuk untuk melihat keindahan arsitektur pesantren. Jangan sampai terlewatkan, ya!
Masjid adalah rumah ibadah utama umat Muslim. Tak heran banyak yang bermimpi membangun rumah Tuhan ini dengan gaya terbaik. Mulai dari bahan hingga arsitektur, dipilih yang terbaik.
Masjid Pondok Pesantren Salafiyah, Bihaaru Bahri 'Asali Fadlaailir Rahmah di Malang, Jawa Timur adalah salah satu di antara masjid dengan gaya arsitektur terbaik di Indonesia. Keunikan arsitektur masjid dan pesantren ini membuat siapa saja terkagum-kagum.
Semua yang telah datang pun sepakat, bahwa cukup sulit untuk menentukan gaya yang dipakai karena sangat unik. Ada yang bergaya China, India, Romawi, hingga Timur Tengah.
Keunikan ini sudah terlihat sejak Anda tiba di depan gerbang masuk pesantren yang berada di Jl Anggur No 7, Desa Sananrejo, Turen, Malang, Jawa Timur. Sebuah gerbang raksasa bergaya Romawi berdiri dengan gagahnya, menyambut setiap orang yang datang, seperti yang ditulis Buku 100 Masjid Terindah Indonesia dan dikutip detikcom, Senin (30/7/2012).
Selanjutnya, pengunjung akan memasuki sebuah serambi yang mirip seperti berada di dalam gua. Seluruh dinding di ruangan ini dibuat mirip seperti dinding gua, lengkap dengan stalaktit.
Masuk ke dalam masjid, jamaah akan mendapati ruang salat yang tak kalah menarik interiornya. Hampir seluruh bagian masjid penuh dengan ukiran dan kaligrafi cantik.
Sebuah mimbar untuk khotib saat berkhutbah juga disiapkan dengan desain yang mewah. Kursi imam dibuat layaknya kursi seorang raja. Mengagumkan!
Tidak hanya masjid, arsitektur luar biasa ini diterapkan di seluruh bangunan pesantren yang terdiri dari 10 lantai. Uniknya, hampir setiap ruangan yang ada di Pesantren Salafiyah, Bihaaru Bahri 'Asali Fadlaailir Rahmah tidak sama. Jadi, pengunjung yang datang akan menemukan suasana yang berbeda di setiap ruangannya.
Untuk masuk ke dalam ruangan pesantren, pengunjung bisa melalui lorong-lorong yang tentunya dibuat dengan gaya arsitektur yang berbeda-beda. Ada yang lorong dibuat seperti gua lengkap dengan stalaktit, ada pula yang dibuat dengan detil bergaya klasik.
Tak heran wajah setiap pengunjung yang datang akan dipenuhi dengan ekspresi penuh decak kagum. Semua akan terpesona dengan karya unik nan indah milik Pondok Pesantren Salafiyah, Bihaaru Bahri 'Asali Fadlaailir Rahmah.
Yang mengagumkan, ternyata pesantren dan masjid ini dibuat tanpa bantuan seorang arsitek. Semua dibuat berdasarkan hasil salat istikharah sang pemilik pesantren, KH Ahmad Bahru Mafdlaluddin Shaleh Al Mahbub Rahmat Alam.
Saat ini, Pondok Pesantren Salafiyah, Bihaaru Bahri 'Asali Fadlaailir Rahmah dibuka untuk umum. Semua orang bisa masuk untuk melihat keindahan arsitektur pesantren. Jangan sampai terlewatkan, ya!
Label:
arsitektur,
Bihaaru Bahri 'Asali Fadlaailir Rahmah,
China,
fenomenal,
India,
Indonesia,
Jawa Timur,
kagum,
Malang,
Masjid,
muslim,
nama,
panjang,
Pesantren,
ROmawi,
Salafiyah,
terbaik,
Timur Tengah
Langganan:
Postingan (Atom)