Tampilkan postingan dengan label Thailand. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Thailand. Tampilkan semua postingan

Selasa, 17 September 2013

Evan Dimas Hattrick, Indonesia Tundukkan Thailand

Indonesia berhasil meraih kemenangan penting di Piala AFF U-19. Tim besutan Indra Sjafri menekuk Thailand 3-1 di Stadion Gelora Delta Sidoarjo, Senin 16 September 2013. Evan Dimas sukses menorehkan hattrick di laga ini.

Evan membuka keunggulan Indonesia menit ke-15. Menerima umpan Muchlis Hadi Ning, Evan langsung melepaskan tendangan dari luar kotak penalti. Bola tendangannya sempat mengenai pemain Thailand sehingga membuat kiper Thailand, Rattanai Songsangchan mati langkah.

Thailand menyamakan kedudukan di masa injury time babak pertama. Tandukan Ratchanon Phunklai membobol gawang Indonesia yang dikawal Ravi Murdianto. Selanjutnya *

Video


Selasa, 03 September 2013

RI Diminta Tiru Thailand Terkait Pemenuhan Kebutuhan Dolar

Jakarta : Pelemahan nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dan meningkatnya defisit neraca berjalan Indonesia yang terjadi belakangan tak ayal karena kurangnya jumlah dolar di pasar Indonesia. Dengan adanya hal itu, Indonesia dinilai perlu meniru strategi Thailand dalam memenuhi kebutuhan mata uang dolar.

Ketua Ikatan Bankir Indonesia (IBI) Zulkifli Zaini mengatakan Thailand memiliki ketentuan dari hasil ekspor yang masuk ke negara dalam bentuk dolar wajib ditukarkan dalam mata uang bath dalm jangka waktu yang telah ditentukan pemerintah Thailand.

"Jadi sepengetahuan saya, di Thailand itu ada ketentuan devisa hasil ekspor seperti yang kita miliki tapi tambahannya adalah bahwa kalau di Thailand itu ada kewajiban dari eksportir itu untuk menukarkan hasil ekspornya dalam hal ini dari dolar AS ke bath, mata uang lokalnya mereka,"ungkapnya seperti yang ditulis Selasa (3/9/2013). Selanjutnya *

Minggu, 04 Agustus 2013

4 Perusahaan RI Masuk Kategori Terbaik Versi "Forbes"

Majalah Forbes baru saja merilis 200 perusahaan kategori kecil dan menengah terbaik di Asia Pasifik. Kategori yang masuk dalam daftar tersebut adalah jumlah penjualan di bawah 1 miliar dollar AS atau di bawah Rp 10 triliun.

Perusahaan-perusahaan dari China dan Jepang mendominasi daftar itu. Sementara itu dari kawasan Asia Tenggara, perusahaan asal Malaysia, Singapura, dan Thailand lebih banyak yang masuk ke jajaran itu jika dibandingkan dengan Indonesia.

Dari Malaysia ada 10 perusahaan, Singapura 7 perusahaan dan Thailand 8 perusahaan. Untuk Indonesia, setidaknya masih bisa berbangga lantaran bisa diwakili oleh 4 perusahaan, yang sebagian besar bergerak di bidang properti.

Berikut adalah daftar perusahaan asal Indonesia yang masuk dalam daftarForbes tersebut: Selanjutnya *

Rabu, 19 Juni 2013

Lion, Maskapai Penerbangan Dengan Pertumbuhan Penumpang 2011-2012: 34,6% (Nomor 2 Menurut CNBC)

Lion Air adalah maskapai penerbangan bertarif murah terbesar di Indonesia dan berharap bisa memperluas pasar domestik dengan memanfaatkan namanya yang sudah kuat.

"Ini adalah raksasa tidur. Ini salah satu negara terbesar di dunia dan memiliki geografi yang sangat cocok untuk penerbangan. Menjadi negara kepulauan, Anda tidak bersaing dengan bus dan kereta api, hanya dengan kapal ferry," kata analis CAPA Sobie kepada CNBC.

Penguatan ekonomi dan pertumbuhan kelas menengah juga membantu pertumbuhan Lion Air. Saat ini Lion Air ingin memperluas rute penerbangannya ke Thailand, Malaysia dan Australia.

"Lion Air terus menjadi salah satu kelompok maskapai yang tercepat di dunia dan mereka sangat yakin bahwa akan terus tumbuh sangat pesat dan mereka akan berada di dekat atau di bagian atas daftar ini selama bertahun-tahun yang akan datang," tambah Sobie.

Sumber *

Kamis, 28 Februari 2013

Winai, Cucu KH Amad Dahlan yang Jadi 'Sang Pencerah' Bagi Muslim Thailand

Kisah hidup pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan diangkat ke layar lebar dalam film besutan Hanung Bramantyo berjudul 'Sang Pencerah', merujuk pada jasa besar sosok salah satu pahlawan nasional itu. Dan ternyata cucu Ahmad Dahlan, Winai Dahlan juga memiliki peran yang begitu besar bagi muslim Thailand, khususnya dalam teknologi produk halal.

Muslim di Thailand merupakan minoritas. Di tengah banyaknya zat-zat haram yang menjadi campuran bahan mentah di Thailand, Winai yang merupakan profesor dalam bidang ilmu kesehatan pada tahun 1995 menggagas penelitian untuk menelaah kandungan zat-zat yang meragukan dalam bahan makanan yang ada di Thailand.

Program penelitiannnya yang dilakukan di salah satu laboratorium kecil di Universitas Chulalongkorn -- Universitas Tertua di Thailand-- itu sukses dan diberi nama The Halal Science Center. Perlahan namun pasti, lembaga ini berhasil mengembangkan teknologi produk halal yang memaksa negara tetangga untuk menoleh kepada mereka.

Salah satu contohnya kesuksesannya, The Halal Science Center menerapkan aplikasi scaning barcode, yang bisa dilakukan warga menggunakan tablet ataupun smartphone. Jadi, pihak The Halal Science Center menyediakan software gratis untuk pemindaian label yang bisa didownload oleh siapapun.

Setelah dilakukan pemindaian, maka nanti di gadget akan muncul profil dari makanan terkait. Mulai dari siapa produsennya, batas akhir waktu konsumsi dan tentunya kepastian kehalalannya. Dengan teknologi ini, maka menutup ruang terjadinya penipuan.

Pada tahun 2006, Malaysia langsung melalui perdana menterinya Abdullah Ahmad Badawi memberi anugrah 'Best Innovation in Halal Industry' kepada The Halal Science Center. Pada tahun 2009, penghargaan serupa didapatkan dari Filipina. Lalu di 2011, Malaysia kembali memberi penghargaan dengan titel Halal Research Summit.

Tak hanya negara tetangga yang melemparkan pujian dan penghargaan kepada Winai dan lembaga yang dipimpinnya. Kerajaan Thailand pada 2009 memberikan penghargaan kepada Winai atas jasanya mengembangkan produk halal yang terbukti sangat membantu kaum muslim di Thailand, dalam memberikan rasa aman atas apa yang mereka konsumsi.

"Di negara muslim yang jumlahnya besar seperti milik Anda (Indonesia), akan merasa sangat aman soal perkara halal dan haram. Namun bagi kami yang tinggal di negara non muslim, kami harus sangat hati-hati," ujar Winai kepada wartawan dari Indonesia di Chulalongkorn, Bangkok ini.

Winai tampak begitu antusias menyambut rombingan wartawan dari Indonesia. Maklum saja, meski dia merupakan warga negara Thailand, darah yang mengalir di tubuhnya 100 persen Indonesia. Ayahnya, Irfan Dahlan anak Keempat dari Ahmad Dahlan merupakan seorang Jawa, begitu juga pula ibunya, seorang warga Thailand muslim dari perkampungan Jawa di negeri itu.

"Ayahnya saya dari Indonesia, dari Kauman (Yogyakarta). Ibu saya merupakan anak dari imam yang ada di masjid kampung jawa," ujar Winai yang tidak berbahasa Indonesia itu.

Winai pun menceritakan mengapa ada keturunan Ahmad Dahlan yang bisa 'terdampar' di Thailand. Ayahnya, Irfan Dahlan, dikirim belajar ke luar negeri tepatnya di Pakistan pada tahun 1924. Sepulang belajar dari Pakistan pada 1933, Irfan tidak dapat masuk ke Indonesia karena situasi politik yang tidak memungkinkan. Sebab, saat itu Lautan Hindia menjadi medan tempur Perang Dunia II antara sekutu dan Jepang.

Irfan adalah anak KH Ahmad Dahlan dengan Siti Walidah yang dikenal sebagai Nyai Ahmad Dahlan, seorang Pahlawanan Nasional dan pendiri pergerakan Aisyiyah. Dari perkawinannya dengan Siti Walidah, KH Ahmad Dahlan mempunyai enam orang anak. Yaitu, Djohanah, Siradj Dahlan, Siti Busyro, Irfan Dahlan, Siti Aisyah, dan Siti Zaharah.

"Ayah saya memutuskan untuk tinggal di Thailand. Kenapa Thailand, karena di sini banyak warga Indonesia yang bermukim di sini dan bernasib sama,’’ kata Winai mengenang cerita dari ayahnya.

Situasi politik yang tidak stabil pada saat itu, membuat Irfan Dahlan tidak memiliki kesempatan untuk kembali ke Indonesia. Akhirnya, Irfan memutuskan untuk benar-benar menetap di Thailand. "Ayah saya tak sempat lagi untuk tinggal di Indonesia. Sejak pergi ke Pakistan, dia baru sekali diberi kesempatan pulang. Dia meninggal di sini," ujar Winai.

Meski merupakan keturunan langsung dari Ahmad Dahlan, Winai bukan seorang kader Muhammadiyah. Meski begitu dia mengaku cukup kagum dengan amal usaha Muhammadiyah. Dia mendapatkan pengetahuan tentang Muhammadiyah dari sejumlah buku. "Dan terakhir, film sang pencerah. Film itu menyadarkan saya mengenai betapa hebatnya upaya mendirikan Muhamadiyah," ujarnya.

Meski terpisah jarak dan status kewarganegaraan, Winai tetap menjalin hubungan dengan keluarga besar keturunan Ahmad Dahlan di Indonesia, terutama di Yogyakarta. Pria berusia 60 tahun ini sudah beberapa kali pulang ke Kauman untuk bertemu dengan sepupu dan kerabat lain.

"Ketika beberapa tahun lalu pihak keluarga memutuskan untuk mewakafkan rumah di Kauman untuk Muhammadiyah, saya juga diajak berembug," tutur pria yang masih bisa menyanyikan lagu 'Naik Kereta Api' ini.

Jumat, 20 Juli 2012

Giliran Titus Bonai Dikontrak BEC Tero Sasana Thailand Setahun

JAKARTA - Indonesia kembali mengirim pemain terbaiknya untuk berlaga di kompetisi luar negeri. Setelah Ahmad Bustomi yang dikabarkan akan segera bergabung dengan klub J-League Omiya Ardija, kini giliran Titu Bonai yang diberitakan akan dikontrak oleh klub Thailand BEC Tero Sasana.

Saat dikonfirmasi oleh wartawan, Kamis (19/7/2012), jebolan timnas U-23 Sea Games 2011 itu membenarkan berita tersebut.

"Saya dikontrak untuk jangka waktu satu tahun. Mengenai harga saya tidak bisa sebutkan berapa nominalnya,"ujarnya.

Ketertarikan salah satu klub besar di Liga Thailand itu bermula dari hubungan yang dilakukan oleh The Fire Dragons.

"Sekitar empat hari lalu The Fire Dragon menghubungi saya dan saya diminta oleh Presiden klub BEC Tero Sasana untuk segera ke Thailand. Tentu saja ini membuat saya senang, semoga masyarakat Indonesia mendukung saya,"katanya.

Bagi Tibo, ini adalah langkah awal bagi pemain Indonesia, ke depan siapa tahu saya bisa membawa teman-teman untuk bermain di luar negeri.

Senin, 19 Maret 2012

Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir, Juara Swiss Open, Gelar Kedua di Eropa

Ganda campuran Indonesia Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir kembali mengibarkan bendera Merah Putih di Eropa. Tontowi/Liliyana sukses mengalahkan pasangan Thailand, Sudket Prapakamol/Saralee Thoungthongkam, pada final Swiss Open, Minggu 18 Maret 2012.

Tontowi/Liliyana tidak menemui masalah untuk mengalahkan Sudket/Saralee di St Jakobshalle. Hanya dalam 23 menit, Tontowi/Liliyana menang 21-16 dan 21-14 atas Sudket/Saralee.

Selanjutnya ...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
//** Like Button FB **//
//** Like Button FB **//