Jakarta - Petunjuk teknis (Juknis) aturan mobil murah ramah lingkungan (Low Cost and Green Car/LCGC) telah selesai. Sementara ini, produsen mobil yang lolos verifikasi pemerintah adalah Daihatsu dan Toyota, selanjutnya mereka mulai menjual mobil murahnya September nanti.
Demikian dikatakan oleh Menteri Perindustrian, MS Hidayat saat ditemui selepas Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VI DPR RI, di Gedung DPR MPR RI, Senayan, Jakarta, Rabu (28/8/2013).
"Sudah selesai Juknisnya yang sudah maju Daihatsu, kalau nggak salah September sudah mulai jualan," kata Hidayat.
Namun, sayangnya, Hidayat tidak menyebutkan secara rinci, berapa unit dan harga mobil yang akan dijual perusahaan dari Jepang tersebut.
Selain Daihatsu, perusahaan lain yang sudah lolos verifikasi ialah Toyota, yang juga siap untuk memproduksi dan menjual mobil murah. Dikatakan Hidayat, perusahaan lain yakni Honda diperkirakan pada bulan Desember 2013 akan memproduksi mobil jenis tersebut.
"Jadi baru 2 Daihatsu dan Toyota, nanti Honda katanya Desember. Yang penting buat saya TKDN-nya (Tingkat Kandungan Dalam Negeri), mesti bener, dan industri komponennya juga," kata Hidayat. Sumber *
Tampilkan postingan dengan label lolos. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label lolos. Tampilkan semua postingan
Rabu, 28 Agustus 2013
Minggu, 23 Juni 2013
Ingin Lolos Piala Dunia, Indonesia Harus Pindah ke Zona Oseania
Sebuah gagasan menarik dilontarkan Timo Scheunemann. Salah satu pegiat sepak bola usia muda Indonesia ini mengusulkan agar PSSI pindah zona konfederasi, dari zona Asia ke zona Oseania.
Menurut Timo, kepindahan zona ini bisa memperlancar langkah Indonesia untuk meraih mimpi tampil di Piala Dunia. Tak seperti di Asia, pria berdarah Jerman ini menambahkan, tantangan bagi Indonesia hanya bakal datang dari Selandia Baru dan tim-tim yang menempati peringkat keempat di zona Concacaf (Amerika Tengah).
"Sementara, jika tetap berada di Asia, ada Thailand, Malaysia dan lain-lain. Lalu, hadangan utama datang dari sekitar 10 tim kuat, negara-negara Arab, Korea, Jepang, Australia dan lain-lain," tutur Timo.
"Dari segi geografis, ide ini masuk akal. Dari segi ras, kita adalah Melayu dan Polynesia," sambung pemegang Lisensi A Kepelatihan dari UEFA ini.
Lebih lanjut, mantan Direktur Pembinaan Usia Muda PSSI ini mengakui bahwa idenya ini terbilang kontroversial. Namun, Timo menegaskan bahwa idenya ini sangat realistis dan rasional.
"Australia pindah ke Asia karena tidak ada lagi lawan tangguh setelah mereka berkembang pesat. Selain itu, mereka pindah, karena ada lawan terakhir wakil Amerika Selatan - biasanya Uruguay - yang dianggap terlalu tangguh dan membuat mereka gagal. Waktu itu, bagi mereka, pindah ke Asia lebih menjanjikan untuk lolos ke Piala Dunia," papar Timo.
"Namun, saat ini berbeda. Hadangan terakhir wakil Oseania ke Piala Dunia adalah rangking 4 dari wakil Zona Concacaf - biasanya Panama atau Honduras. Jadi, ada kemungkinan kita untuk lolos," tandasnya.
Menurut Timo, kepindahan zona ini bisa memperlancar langkah Indonesia untuk meraih mimpi tampil di Piala Dunia. Tak seperti di Asia, pria berdarah Jerman ini menambahkan, tantangan bagi Indonesia hanya bakal datang dari Selandia Baru dan tim-tim yang menempati peringkat keempat di zona Concacaf (Amerika Tengah).
"Sementara, jika tetap berada di Asia, ada Thailand, Malaysia dan lain-lain. Lalu, hadangan utama datang dari sekitar 10 tim kuat, negara-negara Arab, Korea, Jepang, Australia dan lain-lain," tutur Timo.
"Dari segi geografis, ide ini masuk akal. Dari segi ras, kita adalah Melayu dan Polynesia," sambung pemegang Lisensi A Kepelatihan dari UEFA ini.
Lebih lanjut, mantan Direktur Pembinaan Usia Muda PSSI ini mengakui bahwa idenya ini terbilang kontroversial. Namun, Timo menegaskan bahwa idenya ini sangat realistis dan rasional.
"Australia pindah ke Asia karena tidak ada lagi lawan tangguh setelah mereka berkembang pesat. Selain itu, mereka pindah, karena ada lawan terakhir wakil Amerika Selatan - biasanya Uruguay - yang dianggap terlalu tangguh dan membuat mereka gagal. Waktu itu, bagi mereka, pindah ke Asia lebih menjanjikan untuk lolos ke Piala Dunia," papar Timo.
"Namun, saat ini berbeda. Hadangan terakhir wakil Oseania ke Piala Dunia adalah rangking 4 dari wakil Zona Concacaf - biasanya Panama atau Honduras. Jadi, ada kemungkinan kita untuk lolos," tandasnya.
Label:
Australia,
berdarah Jerman,
Concacaf,
geografis,
Harus,
Indonesia,
Ingin,
kontroversial,
Lisensi A Kepelatihan,
lolos,
Piala Dunia,
Pindah,
rasional,
realistis,
Selandia Baru,
Timo Scheunemann,
Zona Oseania
Jumat, 10 Agustus 2012
Esemka Rajawali Lolos Uji Emisi di Balai Termodinamika, Motor, dan Sistem Propulsi (BTMP)
Surakarta – Mobil rakitan siswa sekolah menengah kejuruan di Surakarta, Esemka Rajawali, lolos uji emisi di Balai Termodinamika, Motor, dan Sistem Propulsi (BTMP). Wakil Wali Kota Surakarta Hadi Rudyatmo mengatakan sudah mendapat informasi bahwa Esemka lolos uji emisi.
“Saat ini Pak Wali sedang mengurus surat-surat resmi lolos uji emisi di Dirjen Hubdat (Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan),” kata Hadi kepada wartawan di Surakarta, Jumat 10 Agustus 2012.
Selain mengurus surat resmi yang menyatakan Esemka sudah lolos uji emisi, pemerintah Surakarta segera mengurus surat uji tipe sebagai syarat utama memulai produksi massal. “Meskipun buat saya pribadi, kepastian lolos uji emisi sudah bisa menjadi dasar dimulainya produksi massal,” Hadi menambahkan.
Hadi mengatakan pengumuman Esemka sudah lolos uji emisi secara resmi akan dilakukan pada 17 Agustus 2012 mendatang. Dia juga berencana mengarak Esemka keliling Surakarta pada 16 Agustus.
Di lain pihak, Direktur Pelayanan dan Pengembangan Solo Techno Park, Gampang Sarwono, membenarkan berita itu. Gampang yang baru saja kembali dari Jakarta memastikan bahwa BTMP sudah meloloskan Esemka untuk uji emisi. “Saat di Jakarta saya sudah diinformasikan. Sekarang tinggal menunggu surat resminya,” ujarnya.
Menurut Gampang, Esemka berhasil memenuhi ambang batas uji emisi seperti standar yang ditetapkan BTMP. Untuk CO, ambang batasnya 5 gram perkm dan untuk HC+NOX, ambang batasnya 0,70 gram per km.
Namun Gampang mengaku belum tahu berapa hasil yang didapat Esemka untuk CO maupun HC+NOX. “Saya belum tahu angkanya. Yang jelas di bawah ambang batas karena sudah dikatakan lolos,” katanya.
Pada uji emisi pertama akhir Februari lalu, Esemka gagal lolos karena emisi gas buangnya masih tinggi. Untuk CO mencapai 11,63 gram per km, kemudian untuk HC+ NOX, Esemka tercatat mencapai 2,69 gr per km.
Dia menjelaskan saat ini mobil Esemka masih berada di BTMP dan dalam waktu dekat akan dibawa ke Solo. Gampang mengatakan pekan depan diharapkan surat resmi yang menyatakan Esemka lolos uji emisi sudah diterima.
“Kalau untuk pengumuman resmi dan arak-arakan keliling kota, kami belum bisa memastikan. Yang penting surat resmi lolos uji emisi didapat dulu,” katanya.
“Saat ini Pak Wali sedang mengurus surat-surat resmi lolos uji emisi di Dirjen Hubdat (Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan),” kata Hadi kepada wartawan di Surakarta, Jumat 10 Agustus 2012.
Selain mengurus surat resmi yang menyatakan Esemka sudah lolos uji emisi, pemerintah Surakarta segera mengurus surat uji tipe sebagai syarat utama memulai produksi massal. “Meskipun buat saya pribadi, kepastian lolos uji emisi sudah bisa menjadi dasar dimulainya produksi massal,” Hadi menambahkan.
Hadi mengatakan pengumuman Esemka sudah lolos uji emisi secara resmi akan dilakukan pada 17 Agustus 2012 mendatang. Dia juga berencana mengarak Esemka keliling Surakarta pada 16 Agustus.
Di lain pihak, Direktur Pelayanan dan Pengembangan Solo Techno Park, Gampang Sarwono, membenarkan berita itu. Gampang yang baru saja kembali dari Jakarta memastikan bahwa BTMP sudah meloloskan Esemka untuk uji emisi. “Saat di Jakarta saya sudah diinformasikan. Sekarang tinggal menunggu surat resminya,” ujarnya.
Menurut Gampang, Esemka berhasil memenuhi ambang batas uji emisi seperti standar yang ditetapkan BTMP. Untuk CO, ambang batasnya 5 gram perkm dan untuk HC+NOX, ambang batasnya 0,70 gram per km.
Namun Gampang mengaku belum tahu berapa hasil yang didapat Esemka untuk CO maupun HC+NOX. “Saya belum tahu angkanya. Yang jelas di bawah ambang batas karena sudah dikatakan lolos,” katanya.
Pada uji emisi pertama akhir Februari lalu, Esemka gagal lolos karena emisi gas buangnya masih tinggi. Untuk CO mencapai 11,63 gram per km, kemudian untuk HC+ NOX, Esemka tercatat mencapai 2,69 gr per km.
Dia menjelaskan saat ini mobil Esemka masih berada di BTMP dan dalam waktu dekat akan dibawa ke Solo. Gampang mengatakan pekan depan diharapkan surat resmi yang menyatakan Esemka lolos uji emisi sudah diterima.
“Kalau untuk pengumuman resmi dan arak-arakan keliling kota, kami belum bisa memastikan. Yang penting surat resmi lolos uji emisi didapat dulu,” katanya.
Label:
17 Agustus 2012,
arakan,
BTMP,
Drijen Hubdat,
emisi,
Esemka,
Gampang Sarwono,
Hadi Rudiyatmo,
ijin tipe,
lolos,
produksi masal,
Rajawali,
surat resmi,
uji
Langganan:
Postingan (Atom)