Tampilkan postingan dengan label Piala Dunia. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Piala Dunia. Tampilkan semua postingan

Minggu, 23 Juni 2013

Ingin Lolos Piala Dunia, Indonesia Harus Pindah ke Zona Oseania

Sebuah gagasan menarik dilontarkan Timo Scheunemann. Salah satu pegiat sepak bola usia muda Indonesia ini mengusulkan agar PSSI pindah zona konfederasi, dari zona Asia ke zona Oseania.

Menurut Timo, kepindahan zona ini bisa memperlancar langkah Indonesia untuk meraih mimpi tampil di Piala Dunia. Tak seperti di Asia, pria berdarah Jerman ini menambahkan, tantangan bagi Indonesia hanya bakal datang dari Selandia Baru dan tim-tim yang menempati peringkat keempat di zona Concacaf (Amerika Tengah).

"Sementara, jika tetap berada di Asia, ada Thailand, Malaysia dan lain-lain. Lalu, hadangan utama datang dari sekitar 10 tim kuat, negara-negara Arab, Korea, Jepang, Australia dan lain-lain," tutur Timo.

"Dari segi geografis, ide ini masuk akal. Dari segi ras, kita adalah Melayu dan Polynesia," sambung pemegang Lisensi A Kepelatihan dari UEFA ini.

Lebih lanjut, mantan Direktur Pembinaan Usia Muda PSSI ini mengakui bahwa idenya ini terbilang kontroversial. Namun, Timo menegaskan bahwa idenya ini sangat realistis dan rasional.

"Australia pindah ke Asia karena tidak ada lagi lawan tangguh setelah mereka berkembang pesat. Selain itu, mereka pindah, karena ada lawan terakhir wakil Amerika Selatan - biasanya Uruguay - yang dianggap terlalu tangguh dan membuat mereka gagal. Waktu itu, bagi mereka, pindah ke Asia lebih menjanjikan untuk lolos ke Piala Dunia," papar Timo.

"Namun, saat ini berbeda. Hadangan terakhir wakil Oseania ke Piala Dunia adalah rangking 4 dari wakil Zona Concacaf - biasanya Panama atau Honduras. Jadi, ada kemungkinan kita untuk lolos," tandasnya.

Rabu, 17 April 2013

Mencari Jejak Prestasi Tim Nasional Indonesia

Sepak bola merupakan olahraga paling populer di negara ini. tetapi apakah kegilaan suporter sudah sebanding dengan prestasi tim nasional selama ini?  

Mungkin ini pertanyaan akan selalu menggelitik lantaran jawabannya adalah, berbanding terbalik. Suporter melakukan segala daya dan upaya untuk mendukung Garuda, namun sang pujaan justru belum memberikan hasil maksimal. Sejak tahun 1991, timnas belum pernah memenangkan kejuaraan, seperti Piala AFF dan medali emas SEA Games. 

Bagaimanapun, timnas tetap menjadi kebanggaan bangsa. Dalam suasana menyambut ulang tahun Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) yang ke-83 tahun tanggal 19 April 2013 nanti, tidak ada salahnya kita mengingat apa yang pernah dicapai oleh timnas selama negeri ini merdeka. 

Tentunya Piala Dunia 1938 tidak masuk dalam hitungan karena itu merupakan timnas Hindia Belanda, bukan Indonesia. 

Setelah Proklamasi Indonesia, PSSI membentuk tim nasional yang mewakili nama Indonesia di pentas internasional. Seperti halnya politik, era 1950 dianggap sebagai the golden-fifties. Timnas untuk pertama kalinya berlaga di Olimpiade Melbourne 1956. Tidak ada raihan medali, tapi cerita yang selalu dikisahkan adalah tentang aksi heroik timnas yang berhasil menahan imbang Uni Soviet tanpa gol. Pemain terus berlari sepanjang pertandingan, sampai-sampai ketika permainan berakhir, banyak pemain yang membutuhkan bantuan oksigen. Sayangnya, dalam pertandingan ulangan keesokan harinya, gawang Maulwi Saelan dibobol empat kali tanpa balas. 

Kisah di tahun 1950-an belum berakhir. Cerita indah berlanjut ketika timnas mengikuti kualifikasi Piala Dunia Swedia 1958. Kita berhasil menyingkirkan Cina dan melangkah ke babak selanjutnya. Lawan yang harus dihadapi adalah Israel, dan di sinilah masalah mulai menghinggapi. 

Karena kebijakan politik Indonesia waktu itu berada di pihak Palestina dan tidak mengakui keberadaan Israel, Indonesia kemudian menolak bertanding melawan Israel. Kebijakan tersebut otomatis membuat Indonesia terkena diskualifikasi dan harus melupakan mimpi bermain di Piala Dunia Swedia 1958. Yang tersisa dari sini adalah timnas nyaris ke Piala Dunia. 

Timnas Pra-Piala Dunia Swedia ini dipertahankan untuk Asian Games 1962 yang dihelat di rumah sendiri, Jakarta. Optimisme tinggi menjelang Asian Games runtuh setelah beredar rumor “Skandal Senayan”. Punggawa timnas disuap oleh pihak ketiga. Timnas pun dibekukan. 

Pada 1964, Menteri Olahraga, Maladi menunjuk Abdul Wahab Joyohadikusuma sebagai Ketua Umum PSSI. Perbaikan di tubuh PSSI dan sepak bola secara keseluruhan dilakukan. Timnas pun kembali dibentuk untuk mengikuti Aga Khan Cup 1966 di Pakistan. Karena tetap memutar kompetisi domestik, tidak sulit bagi PSSI untuk membangun timnas. 

Endang Witarsa ditunjuk sebagai pelatih setelah dianggap berhasil mengantarkan Persija Jakarta sebagai juara kompetisi nasional 1964/1965. Tim Persija menjadi kerangka utama dan ditambah dengan beberapa pemain dari seluruh penjuru Indonesia demi menyempurnakan komposisi timnas. Dengan dibekali pemain dengan kemampuan bagus dan kombinasi strategi mumpuni, Indonesia akhirnya menjuarai Aga Khan Cup setelah menang 2-1 atas Dakka Sporting Club di final. 

Berkat prestasinya itu, Endang Witarsa tetap dipertahankan sebagai pelatih timnas hingga satu dekade kemudian. Selama menukangi timnas Garuda, Endang Witarsa berhasil memberikan lima gelar internasional bagi Indonesia. 

Endang Witarsa berhasil membawa Merah Putih menjuarai King’s Cup 1968, kejuaraan yang diselenggarakan oleh Raja Thailand untuk memperingati hari ulang tahunnya. Di final, Indonesia mengalahkan Myanmar 1-0. Gelar ketiga adalah saat menjuarai Anniversary Cup 1972 yang dihelat di Jakarta setelah berhasil mengandaskan perlawanan Korea Selatan 5-2 di final. Kemenangan 3-2 di Merdeka Games melawan tuan rumah Malaysia di final memberikan gelar keempat bagi Indonesia. 

Tapi yang paling fenomenal adalah gelar kelima, saat mengikuti Pesta Sukan Singapura. Fenomenal karena terjadi All Indonesian Final di final Pesta Sukan antara PSSI A yang ditukangi oleh Endang Witarsa melawan PSSI B yang diarsiteki oleh EA Mangindaan, yang biasanya menjadi asisten Endang. Kemenangan akhirnya diperoleh PSSI A setelah menang 2-1. Rekor lima gelar yang dipersembahkan timnas dibawah era Endang Witarsa ini hingga kini belum bisa disamai oleh satu pun pelatih Indonesia. 

Setelah era Endang Witarsa, timnas Pra-Piala Dunia 1978 asuhan Tony Pogacnik sempat mencuri perhatian besar dari masyarakat setelah bermain meyakinkan ketika beruji coba internasional melawan tim dari Eropa dan Amerika Latin. Sayang optimisme yang berlebihan justru menjadi bumerang di turnamen yang sesungguhnya. Melakoni babak penyisihan di Singapura, timnas justru keok 1-4 dari Hongkong dan 2-3 dari Thailand. Hanya mampu bermain imbang tanpa gol dengan Malaysia dan cuma mampu meraih kemenangan dari Singapura dengan skor 4 -0, timnas pun gagal melangkah ke babak selanjutnya. 

Timnas Pra-Piala Dunia 1985 untuk Meksiko 1986 yang diarsiteki Sinyo Aliandoe dan bermaterikan pemain seperti Bambang Nurdiansyah, Rully Neere, Herry Kiswanto, Warta Kusuma dan kawan-kawan bisa membanggakan Indonesia setelah menjuarai Subgrup IIIB Asia Timur. Kita waktu itu mengandaskan perlawanan Thailand, India, dan Bangladesh. Namun, langkah kita akhirnya terhenti di final Grup III setelah kalah 0-2 dan 1-4 dari Korea Selatan. 

Setelah kegagalan tersebut, timnas mengalami perombakan meski tak cukup signifikan. Perubahan terbesar di tubuh timnas adalah diangkatnya Bartje Matulapelwa sebagai pelatih kepala timnas Garuda. Hasilnya? Secara mengejutkan timnas berhasil masuk ke babak semifinal Asian Games 1986. Penampilan menawan timnas di bawah Bartje Matulapelwa berhasil dipertahankan dan mencapai puncak permainan setahun setelah gelaran Asian Games.  

Kita juga berhasil meraih juara di ajang Piala Kemerdekaan 1987 dan berhasil meraih medali emas di ajang SEA Games di tahun yang sama saat diadakan di Jakarta. Di era Bartje Matulapelwa ini ada sederet bintang yang patut dikenang, seperti Ricky Yakobi, Ribut Waidi, Nasrul Koto, hingga Budi Wahyono. 

Satu medali emas lagi yang pernah kita raih adalah saat SEA Games Manila 1991. Pelatih timnas kala itu Anatoly Polosin menerapkan pola latihan fisik keras. Banyak pemain yang kepayahan mengikuti porsi latihannya. Namun saat turnamen, timnas bisa mengungguli semua lawan lantaran punya fisik yang jauh lebih prima dari lawan-lawannya. 

Sejauh ini Indonesia baru mendapatkan tujuh gelar internasional (sebenarnya sembilan jika kemenangan di Piala Kemerdekaan 1987 dan 2008 dimasukkan) dan lima di antaranya dipersembahkan oleh era 1960-an hingga awal 1970-an.  

Dengan kata lain, setelah era keemasan itu sepak bola Indonesia mengalami kemerosotan prestasi.

Prestasi Tim Nasional di Ajang Resmi
 
No. Tahun                Prestasi       
1.    1958          Medali Perunggu Asian Games Tokyo 1956       
2.    1979          Medali Perak Sea Games       
3.    1981          Medali Perunggu Sea Games       
4.    1987          Medali Emas Sea Games       
5.    1989          Medali Perunggu Sea Games       
6.    1991          Medali Emas Sea Games       
7.    1996          Babak I Piala Asia       
8.    1997          Medali Perak Sea Games       
9.    1998          Peringkat Ketiga Piala AFF (Piala Tiger)       
10.   1999         Medali Perunggu Sea Games       
11.   2000         Runner up Piala AFF (Piala Tiger)       
12.   2000         Babak I Piala Asia       
13.   2002         Runner up Piala Tiger       
14.   2004         Runner up Piala Tiger       
15.   2004         Babak I Piala Asia       
16.   2007         Babak I Piala AFF (Piala Tiger)       
17.   2007         Babak I Piala Asia       
18.   2008         Semifinalis Piala AFF       
19.   2009         Babak I Sea Games       
20.   2010         Runner up Piala AFF       
21.   2011         Medali Perak Sea Games       
22.   2012         Babak I Piala AFF     

Sumber: *

Selasa, 05 Februari 2013

Terungkap, Jaringan Pengaturan Pertandingan di Seluruh Dunia

Sebuah skandal pengaturan pertandingan yang diduga melibatkan 680 laga di seluruh dunia terungkap. Berbasis di Singapura, jaringan tersebut dicurigai bisa mengatur laga di Liga Champions dan Kualifikasi Piala Dunia.

Sebanyak 680 pertandingan yang dicurigai terlibat dalam pengaturan pertandingan itu melibatkan laga-laga dari turnamen besar dunia baik level tim nasional maupun tingkat klub. Skandal ini terungkap berkat penyelidikan yang dilakukan oleh Satuan kepolisian Uni Eropa, atau yang dikenal dengan Europol.

Pertandingan-pertandingan yang dicurigai melibatkan aktivitas kriminal dimulai dari tahun 2008 sampai 2011. Dari 680 pertandingan, sekitar 380 di antaranya dicurigai merupakan laga di kompetisi Eropa, sementara 300 lainnya teridentifikasi di Afrika, Asia dan Amerika Latin.

Sebuah komplotan kriminal global diyakini terlibat dalam jaringan pengaturan pertandingan ini, yang melibatkan bandar-bandar judi di Asia terutama dengan basis di Singapura. Sebuah laporan badan anti-korupsi tahun lalu mengungkapkan kalau setiap tahunnya uang senilai US$ 1 triliun berputar di judi olahraga, dengan US$ 3 miliar di antaranya khusus pada pertandingan-pertandingan sepakbola

Pihak penyelidik dari Jerman mengungkapkan kalau jarinagn tersebut menyediakan uang suap buat semua pertandingan di seluruh dunia dengan cara membayar pemain dan wasit untuk menentukan hasil akhir sebuah laga. Disebutkan juga kalau aktivitas tersebut melibatkan setidaknya 425 ofisial yang korup dari 15 negara di dunia.

"Kami punya bukti untuk 150 kasus terkait penyelidikan ini, dan operasinya terjadi di Singapura dengan jumlah uang suap mencapai 100.000 euro per pertandingan," ujar kepala investigasi yang berasalan dari kepolisian Jerman, Friedhelm Althans seperti diberitakan Reuters.

Pihak penyelidik menolak menyebutkan nama pemain, klub atau negara yang terlibat dalam pengaturan pertandingan tersebut sampai investigasi selesai dilakukan. Namun dipastikan kalau di antara pertandingan yang di atur adalah laga-laga di antara neara Eropa, dua pertandingan Liga Champions, termasuk salah satunya dipertandingkan di Inggris.

Dalam pernyataan resminya, UEFA menyebut kalau mereka akan menerima informasi lebih lanjut dari Europol dalam beberapa hari mendatang.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
//** Like Button FB **//
//** Like Button FB **//