Tampilkan postingan dengan label tempe. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label tempe. Tampilkan semua postingan

Minggu, 05 Januari 2014

SLAMET GUNDONO MENINGGAL, Tak Hanya Wayang Suket Gundono Juga Dikenal Dalang Wayang Gembus

SOLO—Seniman Solo Slamet Gundono meninggal dunia Minggu (4/1/2014). Gundono meninggal Minggu pukul 08.30 WIB pagi di RSIS Yarsis Sukoharjo karena penyakit ginjal.

Gundono dikenal lewat kreasinya yakni sebagai dalang wayang suket. Namun tak hanya itu, seniman ini juga kerap kali menjadikan fenomena social yang sedang ramai saat itu menjadi sebuah wayang.

Salah satunya yakni wayang gembus. Kristis tahu dan tempa pada Juli tahun lalu menjadikan dia menciptakan membuat wayang gembus dan menampilkan gelaran wayang gembus pada 31 Juli 2012 lalu.

Rabu, 25 Juli 2012

Balada Tumpukan Tahu & Tempe Hasil Razia

Bau itu mulai menyengat, membuat setiap orang yang melewati Jalan Persahabatan 10, Rawamangun, Jakarta Timur, ingin menutup kedua lubang hidungnya. Bau yang menusuk hidung itu berasal dari box warna-warni, yang ditaruh di kantor Koperasi Pengrajin Tahu-Tempe Indonesia. Box tersebut diisi dengan tumpukan tahu dan tempe.

Tahu-tempe itu merupakan hasil razia yang dilakukan oleh anggota Gabkoptindo (Gabungan Koperasi Pengrajin Tahu-Tempe Indonesia) yang dipimpin oleh Suyanto selaku Sekjen Gabkoptindo. Sampai saat ini, tahu-tempe yang dirazia ditampung dalam 25 box berwarna.

"Hampir ratusan kilo," ucap Suyanto kepada detikcom, Rabu (25/7/2012), perihal banyaknya tahu-tempe yang sudah disita itu. Tahu-tempe sebanyak itu, hingga saat ini dibiarkan begitu saja.

"Memang kami biarkan begitu saja, kalau tidak ada yang mengambil, ya kami buang," ujar Suyanto yang ditemui di ruangannya. Seperti yang diucapkan Suyanto, hasil sitaan tersebut memang tidak akan digunakan untuk keperluan apapun, dibiarkan begitu saja. Jelas, istilah yang tepat adalah mubazir.

Memang, razia tahu-tempe ini digunakan untuk menekan pemerintah agar lebih baik mengurus kenaikan kedelai yang sangat signifikan belakangan ini. "Bulan Juli harga kedelai masih Rp 6.500 per kilo. Bulan Juni sudah mencapai Rp 8.200," jelas Suyanto yang memakai kacamata saat menjelaskan kenaikan kedelai belakangan ini.

Ketika ditanya oleh Detikcom, apakah tahu-tempe itu akan dipergunakan, misalnya untuk digoreng dan diberikan kepada rakyat miskin sebagai lauk sahur? Suyanto hanya menjawab dengan santai, "Itu bukan milik kita. Kalau kita pakai atau bagikan, kita yang salah."

Hingga saat ini, tahu-tempe yang dirazia dari sejumlah pasar, antara lain pasar Rawamangun, Pasar Klender,dan Pasar Ciracas, hanya didiamkan begitu saja. Didiamkan dan menjadi berbau, menunggu untuk dibuang, menjadi sesuatu yang mubazir.

Krisis Tahu & Tempe di Jakarta

Mulai hari ini, Rabu 25 Juli 2012, tempe dan tahu hilang di pasaran. Pantauan VIVAnews di sejumlah pasar di Jakarta, para pedagang tahu dan tempe tidak berjualan.

Di Pasar Inpres Kramat Jati, misalnya, tak satu pun pedagang tempe dan tahu terlihat. Kios pedagang tahu dan tempe yang kerap ramai dikunjungi pembeli, kali ini tutup. Dari sekitar 20 kios tahu dan tempe, semuanya kompak tutup.

"Tadi malam sudah ada pengumuman dari produsen tempe, selama tiga hari ke depan tidak ada yang berdagang tempe," ujar Sutini, salah seorang pedagang tahu kepada VIVAnews.

Ia mengatakan, sejak tadi malam puluhan orang yang diduga para perajin tahu dan tempe melakukan razia ke pedagang tahu dan tempe di Pasar Inpres Kramat Jati untuk memastikan tak ada lagi yang berdagang.

"Kalau ada yang dagang tahu tempe, langsung dikarungin dagangannya," Sutini menambahkan.

Karena tidak berdagang tahu dan tempe, Sutini akhirnya menjadi pedagang kolang-kaling dan cincau dadakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari- hari. "Ya mumpung bulan puasa, dari pada kosong," dia menambahkan.

Selain di Pasar Kramat Jati, hilangnya tahu dan tempe juga terjadi di Pasar Enjo, Jatinegara. Di pasar itu, kios pedagang tahu dan tempe tampak kosong. Para pedagang menjaga kiosnya, tapi tak ada transaksi jual beli makanan berbahan baku kedelai itu.

Menurut salah seorang pedagang tahu dan tempe, Syaifuddin, aksi mogok berjualan tempe dan tahu selama tiga hari ke depan ini adalah bentuk protes kepada pemerintah. Sebab, pemerintah dianilai tidak mampu menekan harga kacang kedelai.

"Harga kedelai naik, otomatis harga jual di pasar pasti naik. Kalau harga naik, ya pasti orangnggak mau beli," katanya. Dia menambahkan, upaya mensiati mahalnya harga kedelai dengan memperkecil ukuran tahu atau tempe juga sulit. "Pembeli pasti rewel".

Hilangnya tempe dan tahu ini dirasakan langsung oleh masyarakat. Badriah, 35 tahun, menyayangkan hilangnya tempe di pasaran. Buatnya, tempe dan tahu adalah makanan wajib yang selalu ada di meja makan.

"Kalau sekarang nggak ada, pusing juga kalau anak nanya. Kenapa nggak ada tempe," tuturnya.

Selain itu, di seluruh pasar di Bekasi, pedagang tahu dan tempe juga tidak terlihat. Agen tempe dan tahu yang biasa mengirim ke para pedagang, menghentikan suplai sejak semalam.

Pika, salah satu pedagang yang ditemui di Pasar Tambun, mengatakan, sejak semalam, pasokan tahu dan tempe untuk daerah Bekasi sudah dihentikan. Bahkan, ia berani menjamin, tidak akan ditemukan satu pedagang pun yang menjual produk hasil olahan kedelai itu di seluruh Bekasi.

"Nggak akan ketemu deh yang jual tahu tempe. Biar dicari ke mana pun mulai hari ini sampai malam Sabtu," kata Pika kepada VIVAnews di Tambun, Bekasi, Rabu 25 Juli 2012.

Ancaman perajin tahu dan tempe untuk menghentikan produksinya, terbukti. Para perajin tahu dan tempe marah dan mogok produksi karena harga kedelai mahal.

Sumber: *
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
//** Like Button FB **//
//** Like Button FB **//