Tampilkan postingan dengan label marah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label marah. Tampilkan semua postingan
Senin, 28 April 2014
Jumat, 30 Agustus 2013
SBY Marah Anas Menolak Tanda Tangan
"Saya sangat sadar, bahwa poin-poin penyelamatan ini inkonstitusional dan de facto kudeta atas diri saya," ujar Anas Urbaningrum kepada Ma'mun Murod.
Terkait poin ketujuh, Anas Urbaningrum keberatan karena memposisikan dirinya mempunyai masalah hukum.
"Sebaiknya poin itu (7) dihapus. Saya mohon maaf, kalau yang lain (maksudnya: anggota Majelis Tinggi lainnya) setuju, saya tidak setuju dengan poin ini, dan saya tidak akan tanda tangan," ujar Anas Urbaningrum.
Mendengar penolakan Anas, raut wajah SBY langsung menampakkan kemarahan yang luar biasa. Selengkapnya *
Minggu, 18 Agustus 2013
Bripka Maulana, Sosok Penyabar dalam Keluarga
Tangerang - Rofiah, istri almarhum Brigadir Perwira Kepala (Bripka) Ahmad Maulana bercerita tentang karakter suaminya selama masih hidup. Menurut perempuan 34 tahun ini, Cecep, sapaan akrab Maulana, adalah sosok penyabar.
"Selama 13 tahun kami menikah, bapak adalah sosok yang penyabar," ujar Rofiah, Sabtu, 17 Agustus 2013. Maulana dikenal tidak pernah marah-marah. "Kepada anak-anak juga sabar dan sayang."
Rofiah mengaku selama hidup bersama Maulana, ia tidak pernah sedikitpun mendapat perlakuan kasar. "Berantem pun tidak, baik dari pacaran maupun nikah," katanya lagi. Rofiah mengingat terakhir kali berkomunikasi dengan sang suami pada Jumat, 16 Agustus malam pukul 22.00 WIB.
Dia tidak menyangka itulah perpisahan dengan sang suami. "Padahal Jumat jam 10 malam, bapak baru saja sms saya menanyakan kabar anak-anak." Selanjutnya *
"Selama 13 tahun kami menikah, bapak adalah sosok yang penyabar," ujar Rofiah, Sabtu, 17 Agustus 2013. Maulana dikenal tidak pernah marah-marah. "Kepada anak-anak juga sabar dan sayang."
Rofiah mengaku selama hidup bersama Maulana, ia tidak pernah sedikitpun mendapat perlakuan kasar. "Berantem pun tidak, baik dari pacaran maupun nikah," katanya lagi. Rofiah mengingat terakhir kali berkomunikasi dengan sang suami pada Jumat, 16 Agustus malam pukul 22.00 WIB.
Dia tidak menyangka itulah perpisahan dengan sang suami. "Padahal Jumat jam 10 malam, bapak baru saja sms saya menanyakan kabar anak-anak." Selanjutnya *
Minggu, 14 Juli 2013
Insiden LP Tanjung Gusta Jadikan Indonesia "Mendunia"
Sebagaimana yang dimuat oleh harian New York Times, koran tersebut dengan panjang lebar mengulas insiden tersebut. Pada edisi cetak yang terbit hari ini, Sabtu (13/7/2013) di halaman A8, koran ini menuliskan kerusuhan yang dipicu matinya aliran listrik dan air itu mengganggu kekhusyukan umat Islam yang sedang melaksanakan ibadah puasa.
Label:
air,
BBC,
CNN,
Djoko Suyanto,
gusar,
Heru Prakoso,
Indonesia,
Islam,
kekhusyukan,
listrik,
LP Tanjung Gusta,
marah,
Medan,
mendunia,
New York Times,
pengelolaan,
puasa,
SBY,
terorisme,
umat
Selasa, 11 Juni 2013
Ketika Cak Imin sepelekan rusuh TKI di Jeddah
Ribuan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) mengamuk karena kesal mengantre di Konsulat Jenderal RI (KJRI) Jeddah, Arab Saudi untuk mengurus mengurus Surat Perjalanan Laksana Paspor (SPLP) sebagai syarat mendapatkan amnesti atau pemutihan. Satu orang TKI meninggal. Sayangnya, respons Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar atas insiden ini terkesan menyepelekan dan menyebut hal itu sebagai masalah kecil yang dibesar-besarkan.
Antrean itu bermula dari keputusan Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Tenaga Kerja Arab Saudi secara resmi mengumumkan pemberlakuan kebijakan amnesti/pemutihan bagi seluruh warga negara asing di Arab Saudi yang tidak memiliki izin tinggal.
Ditambah lagi, ada isu jika hari itu merupakan hari terakhir pelayanan pembuatan SPLP. Padahal, kebijakan tersebut berlaku mulai minggu kedua bulan Mei 2013 hingga 3 Juli 2013.
Kabar itulah yang memancing amarah para TKI yang sebagian besar berstatus overstayers alias izin masa tinggal mereka telah kedaluwarsa. Diperkirakan ada 12 ribu TKI yang sedang mengantre saat itu.
Minggu (9/6) kemarin, ribuan TKI datang secara bersamaan ke gedung KJRI di Jeddah yang terletak di Jalan Al Rehab Distrik. Awalnya mereka mengantre dengan tertib. Namun, pelayanan yang lambat dari petugas konsulat membuat mereka marah.
Antrean itu bermula dari keputusan Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Tenaga Kerja Arab Saudi secara resmi mengumumkan pemberlakuan kebijakan amnesti/pemutihan bagi seluruh warga negara asing di Arab Saudi yang tidak memiliki izin tinggal.
Ditambah lagi, ada isu jika hari itu merupakan hari terakhir pelayanan pembuatan SPLP. Padahal, kebijakan tersebut berlaku mulai minggu kedua bulan Mei 2013 hingga 3 Juli 2013.
Kabar itulah yang memancing amarah para TKI yang sebagian besar berstatus overstayers alias izin masa tinggal mereka telah kedaluwarsa. Diperkirakan ada 12 ribu TKI yang sedang mengantre saat itu.
Label:
amnesti,
Cak Imin,
hari terakhir,
isu,
Jeddah,
kedaluwarsa,
KJRI,
lambat,
marah,
masalah kecil,
mengamuk,
meninggal,
menyepelekan,
overstayers,
Respons,
rusuh,
sepelekan,
Surat Perjalanan Laksana Paspor,
TKI
Senin, 10 Juni 2013
Jokowi Marah Pesta Rakyat Diibaratkan Pameran Kerak Telor
Gubenur DKI Jakarta Joko Widodo marah atas pernyataan tentang pesta rakyat Jakarta yang diibaratkan seperti pameran kerak telor. Jokowi menilai pernyataan itu salah besar.
Hal itu disampaikan Jokowi ketika ditanya tentang pernyataan Komisaris Utama PT Jakarta International Expo (PT JIExpo), Murdaya Poo, pekan lalu. Pada pertemuan dengan Wakil Gubenur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, Selasa (4/6/2013), Murdaya Poo menyanggah PRJ hanya mengakomodasi industri skala besar dan mengabaikan industri kecil. Menurutnya, PT JIExpo telah proporsional dalam menempatkan usaha kecil dan industri besar.
"Sekarang itu, sudah dua kali lipat (keberadaan usaha kecil di PRJ), tiap tahun dilipatkan terus. Memang, di luar ada, di dalam ada, karena ini kan bukan pameran kerak telor," kata Murdaya kepada wartawan setelah bertemu dengan Basuki, Selasa.
Jokowi menilai salah besar jika pesta rakyat yang digagas olehnya diadakan untuk menyingkirkan Pekan Raya Jakarta yang selama ini digelar oleh PT JIExpo. "Karena dia (Murdaya Poo) enggak mulai dari awal. Dia ngertinya kan hanya untung, hanya untung, hanya untung. Tahu kamu?" kata Jokowi dengan nada tinggi kepada wartawan ketika ia membeli kerak telor di tepi Jalan Benyamin Sueb, Kemayoran, Jakarta Pusat, Senin (10/6/2013) siang.
Pernyataan tegas dengan mimik serius dari mantan Wali Kota Surakarta tersebut sempat membuat sejumlah wartawan terkejut. Tidak biasanya Jokowi melontarkan pernyataan dengan nada tinggi seperti itu karena Jokowi selalu melayani pertanyaan media dengan gaya santai.
Hal itu disampaikan Jokowi ketika ditanya tentang pernyataan Komisaris Utama PT Jakarta International Expo (PT JIExpo), Murdaya Poo, pekan lalu. Pada pertemuan dengan Wakil Gubenur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, Selasa (4/6/2013), Murdaya Poo menyanggah PRJ hanya mengakomodasi industri skala besar dan mengabaikan industri kecil. Menurutnya, PT JIExpo telah proporsional dalam menempatkan usaha kecil dan industri besar.
"Sekarang itu, sudah dua kali lipat (keberadaan usaha kecil di PRJ), tiap tahun dilipatkan terus. Memang, di luar ada, di dalam ada, karena ini kan bukan pameran kerak telor," kata Murdaya kepada wartawan setelah bertemu dengan Basuki, Selasa.
Jokowi menilai salah besar jika pesta rakyat yang digagas olehnya diadakan untuk menyingkirkan Pekan Raya Jakarta yang selama ini digelar oleh PT JIExpo. "Karena dia (Murdaya Poo) enggak mulai dari awal. Dia ngertinya kan hanya untung, hanya untung, hanya untung. Tahu kamu?" kata Jokowi dengan nada tinggi kepada wartawan ketika ia membeli kerak telor di tepi Jalan Benyamin Sueb, Kemayoran, Jakarta Pusat, Senin (10/6/2013) siang.
Pernyataan tegas dengan mimik serius dari mantan Wali Kota Surakarta tersebut sempat membuat sejumlah wartawan terkejut. Tidak biasanya Jokowi melontarkan pernyataan dengan nada tinggi seperti itu karena Jokowi selalu melayani pertanyaan media dengan gaya santai.
Label:
Ahok,
Diibaratkan,
gaya santai,
Joko Widodo,
Jokowi,
Kerak Telor,
marah,
menyanggah,
Murdaya Poo,
nada tinggi,
pameran,
Pesta Rakyat,
PRJ,
proporsional,
salah besar,
terkejut,
untung,
wartawan
Kamis, 25 Oktober 2012
Nilai Sepuluh Untuk Pidato Jokowi Pada Hari Kesepuluh
Gubernur DKI Jakarta Jokowi untuk pertama kalinya mengumpulkan para wali kota, bupati, 44 camat dan 267 lurah se-Jakarta. Jokowi memberi wejangan tentang perlunya perubahan birokrasi sebagai abdi pelayan masyarakat.
Wejangan Jokowi disampaikan di Balai Agung Balai Kota, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Kamis (25/10/2012). Semua hadirin mengenakan batik, tak terkecuali Jokowi yang berkemeja batiklengan panjang warna coklat.
Berikut pidato tanpa teks Jokowi tersebut:
Saya minta tersenyum semuanya. Jangan tegang. Saya lihat tegang semuanya. Saya tidak akan marah hari ini. Camat dan Lurah adalah partner saya. Rekan kerja saya yang berada di front paling depan yang berhubungan dengan masyarakat. Sehingga saya minta semuanya nanti mempunyai visi, budaya kerja, dan budaya pelayanan yang sama.
Saya tidak ingin bicara banyak. Yang kemarin (sidak-red) saya nggak ada urus. Sudahlah. Tapi ke depan, saya pengin semuanya punya visi yang sama. Jadi jangan takut yang kemarin saya kunjungi jadi nggak nyenyak tidur. Tidurlah yang nyenyak, nggak ada. (Hadirin tertawa kecil-red).
Saya lihat di kelurahan dan kecamatan (Jokowi memperlihatkan foto-foto hasil kunjungannya dengan Infocus-red) banyak ruangan yang tertutup. Pakai sistem loket sudah 200 tahun ketinggalan. Coba lihat tempat pelayanan di bank. Nggak ada yang pakai loket, semuanya open, terbuka. Jadi kalau memang jam 07.30 sudah buka, mestinya harus sudah siap melayani.
Kemudian ada tempat pelayanan yang campur-campur. Mulailah dibersihkan sehingga menjadi tempat yang nyaman. Kalau ada anggaran tahun sekarang, kita bangun sekarang. Tapi kalau belum, mulailah didesain supaya nanti menjadi tempat yang nyaman.
Saya kemarin nyoba mau buat KTP, saya nunggunya di mana? Hanya ada satu kursi, dua kursi. Kalau ada yang lain, antrenya di mana, apa harus duduk di lantai? Kita ini melayani masyarakat. Mereka itu ibaratnya konsumen. Harus dilayani seperti raja.
Ke depan, tata ruang di kelurahan, kecamatan, walikota, semua wilayah, bupati, semuanya tempat pelayanan itu kayak bank, terbuka. Tempat duduknya yang dilayani justru harus enak. Tolong Pak Lurah, Bu Lurah, Pak Camat dan Bu Camat, beritahu mereka, kalau masyarakat datang, beri ucapan selamat pagi. Kalau siang, selamat siang. Ini melayani.
Jangan yang ada di front depan, sudah tehnya nggak enak, nggak ngucapin salam, merengut. Makanya pasang yang cantik di depan. Ini tempat pelayanan, budaya itu harus diubah. Saya yakin SDM di DKI ini luar biasa bagus. Luar biasa bagus.
Kita punya recource SDM yang baik. Kita cuma ingin mengubah dari pola lama ke pola yang baru. Dan saya yakin semuanya sanggup untuk itu. Gimana sanggup nggak? (hadirin menjawab sangguup!-red). Saya tunggu tanggal mainnya.
Untuk tempat ngantre buatkan sofa yang bagus. Niru bank-lah. Ada gambar tata ruang yang sama, di seluruh kelurahan dan kecamatan sehingga kelihatan bahwa kita sedang berubah sistem pelayanan. Kalau perlu yang di depan pakai pakaian khusus, jas dasi. Kalau perlu beli air conditioner. Orang nunggu 1 jam juga enak. Ini yang harus kita ubah.
Pada hari ini saya ingin menyampaikan ini saja. Saya kira semuanya sudah paham apa yang diinginkan. Jadi jangan kira saya datang ke kelurahan, kecamatan, walikota, hanya hari itu saja. Tidak. Setiap hari saya akan datang ke tempat pelayanan. Baik puskesmas, kelurahan, kecamatan, dan jangan kaget saya bisa datang pagi. Datang sore juga. Jam berapa habis kerja? (Ada yang menjawab jam empat!-red). Jam empat di sana pas akhir.
Saya datang juga tidak mau marah-marah. Hanya dolan saja, main saja. Paling kalau ada yang tidak beres, saya catat. Tapi yang kemarin saya tidak catat. Nggak akan saya tulis apa-apa. Ke depan, mesti saya bawa catatan. Itu rapor. Rapor itu perlu.
Saya dolan ke Pak Lurah, Bu Lurah, senang nggak? (Hadirin menjawab: Senaaang-red)
Saya dolan aja kok.
Wejangan Jokowi disampaikan di Balai Agung Balai Kota, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Kamis (25/10/2012). Semua hadirin mengenakan batik, tak terkecuali Jokowi yang berkemeja batiklengan panjang warna coklat.
Berikut pidato tanpa teks Jokowi tersebut:
Saya minta tersenyum semuanya. Jangan tegang. Saya lihat tegang semuanya. Saya tidak akan marah hari ini. Camat dan Lurah adalah partner saya. Rekan kerja saya yang berada di front paling depan yang berhubungan dengan masyarakat. Sehingga saya minta semuanya nanti mempunyai visi, budaya kerja, dan budaya pelayanan yang sama.
Saya tidak ingin bicara banyak. Yang kemarin (sidak-red) saya nggak ada urus. Sudahlah. Tapi ke depan, saya pengin semuanya punya visi yang sama. Jadi jangan takut yang kemarin saya kunjungi jadi nggak nyenyak tidur. Tidurlah yang nyenyak, nggak ada. (Hadirin tertawa kecil-red).
Saya lihat di kelurahan dan kecamatan (Jokowi memperlihatkan foto-foto hasil kunjungannya dengan Infocus-red) banyak ruangan yang tertutup. Pakai sistem loket sudah 200 tahun ketinggalan. Coba lihat tempat pelayanan di bank. Nggak ada yang pakai loket, semuanya open, terbuka. Jadi kalau memang jam 07.30 sudah buka, mestinya harus sudah siap melayani.
Kemudian ada tempat pelayanan yang campur-campur. Mulailah dibersihkan sehingga menjadi tempat yang nyaman. Kalau ada anggaran tahun sekarang, kita bangun sekarang. Tapi kalau belum, mulailah didesain supaya nanti menjadi tempat yang nyaman.
Saya kemarin nyoba mau buat KTP, saya nunggunya di mana? Hanya ada satu kursi, dua kursi. Kalau ada yang lain, antrenya di mana, apa harus duduk di lantai? Kita ini melayani masyarakat. Mereka itu ibaratnya konsumen. Harus dilayani seperti raja.
Ke depan, tata ruang di kelurahan, kecamatan, walikota, semua wilayah, bupati, semuanya tempat pelayanan itu kayak bank, terbuka. Tempat duduknya yang dilayani justru harus enak. Tolong Pak Lurah, Bu Lurah, Pak Camat dan Bu Camat, beritahu mereka, kalau masyarakat datang, beri ucapan selamat pagi. Kalau siang, selamat siang. Ini melayani.
Jangan yang ada di front depan, sudah tehnya nggak enak, nggak ngucapin salam, merengut. Makanya pasang yang cantik di depan. Ini tempat pelayanan, budaya itu harus diubah. Saya yakin SDM di DKI ini luar biasa bagus. Luar biasa bagus.
Kita punya recource SDM yang baik. Kita cuma ingin mengubah dari pola lama ke pola yang baru. Dan saya yakin semuanya sanggup untuk itu. Gimana sanggup nggak? (hadirin menjawab sangguup!-red). Saya tunggu tanggal mainnya.
Untuk tempat ngantre buatkan sofa yang bagus. Niru bank-lah. Ada gambar tata ruang yang sama, di seluruh kelurahan dan kecamatan sehingga kelihatan bahwa kita sedang berubah sistem pelayanan. Kalau perlu yang di depan pakai pakaian khusus, jas dasi. Kalau perlu beli air conditioner. Orang nunggu 1 jam juga enak. Ini yang harus kita ubah.
Pada hari ini saya ingin menyampaikan ini saja. Saya kira semuanya sudah paham apa yang diinginkan. Jadi jangan kira saya datang ke kelurahan, kecamatan, walikota, hanya hari itu saja. Tidak. Setiap hari saya akan datang ke tempat pelayanan. Baik puskesmas, kelurahan, kecamatan, dan jangan kaget saya bisa datang pagi. Datang sore juga. Jam berapa habis kerja? (Ada yang menjawab jam empat!-red). Jam empat di sana pas akhir.
Saya datang juga tidak mau marah-marah. Hanya dolan saja, main saja. Paling kalau ada yang tidak beres, saya catat. Tapi yang kemarin saya tidak catat. Nggak akan saya tulis apa-apa. Ke depan, mesti saya bawa catatan. Itu rapor. Rapor itu perlu.
Saya dolan ke Pak Lurah, Bu Lurah, senang nggak? (Hadirin menjawab: Senaaang-red)
Saya dolan aja kok.
Rabu, 25 Juli 2012
Krisis Tahu & Tempe di Jakarta
Mulai hari ini, Rabu 25 Juli 2012, tempe dan tahu hilang di pasaran. Pantauan VIVAnews di sejumlah pasar di Jakarta, para pedagang tahu dan tempe tidak berjualan.
Di Pasar Inpres Kramat Jati, misalnya, tak satu pun pedagang tempe dan tahu terlihat. Kios pedagang tahu dan tempe yang kerap ramai dikunjungi pembeli, kali ini tutup. Dari sekitar 20 kios tahu dan tempe, semuanya kompak tutup.
"Tadi malam sudah ada pengumuman dari produsen tempe, selama tiga hari ke depan tidak ada yang berdagang tempe," ujar Sutini, salah seorang pedagang tahu kepada VIVAnews.
Ia mengatakan, sejak tadi malam puluhan orang yang diduga para perajin tahu dan tempe melakukan razia ke pedagang tahu dan tempe di Pasar Inpres Kramat Jati untuk memastikan tak ada lagi yang berdagang.
"Kalau ada yang dagang tahu tempe, langsung dikarungin dagangannya," Sutini menambahkan.
Karena tidak berdagang tahu dan tempe, Sutini akhirnya menjadi pedagang kolang-kaling dan cincau dadakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari- hari. "Ya mumpung bulan puasa, dari pada kosong," dia menambahkan.
Selain di Pasar Kramat Jati, hilangnya tahu dan tempe juga terjadi di Pasar Enjo, Jatinegara. Di pasar itu, kios pedagang tahu dan tempe tampak kosong. Para pedagang menjaga kiosnya, tapi tak ada transaksi jual beli makanan berbahan baku kedelai itu.
Menurut salah seorang pedagang tahu dan tempe, Syaifuddin, aksi mogok berjualan tempe dan tahu selama tiga hari ke depan ini adalah bentuk protes kepada pemerintah. Sebab, pemerintah dianilai tidak mampu menekan harga kacang kedelai.
"Harga kedelai naik, otomatis harga jual di pasar pasti naik. Kalau harga naik, ya pasti orangnggak mau beli," katanya. Dia menambahkan, upaya mensiati mahalnya harga kedelai dengan memperkecil ukuran tahu atau tempe juga sulit. "Pembeli pasti rewel".
Hilangnya tempe dan tahu ini dirasakan langsung oleh masyarakat. Badriah, 35 tahun, menyayangkan hilangnya tempe di pasaran. Buatnya, tempe dan tahu adalah makanan wajib yang selalu ada di meja makan.
"Kalau sekarang nggak ada, pusing juga kalau anak nanya. Kenapa nggak ada tempe," tuturnya.
Selain itu, di seluruh pasar di Bekasi, pedagang tahu dan tempe juga tidak terlihat. Agen tempe dan tahu yang biasa mengirim ke para pedagang, menghentikan suplai sejak semalam.
Pika, salah satu pedagang yang ditemui di Pasar Tambun, mengatakan, sejak semalam, pasokan tahu dan tempe untuk daerah Bekasi sudah dihentikan. Bahkan, ia berani menjamin, tidak akan ditemukan satu pedagang pun yang menjual produk hasil olahan kedelai itu di seluruh Bekasi.
"Nggak akan ketemu deh yang jual tahu tempe. Biar dicari ke mana pun mulai hari ini sampai malam Sabtu," kata Pika kepada VIVAnews di Tambun, Bekasi, Rabu 25 Juli 2012.
Ancaman perajin tahu dan tempe untuk menghentikan produksinya, terbukti. Para perajin tahu dan tempe marah dan mogok produksi karena harga kedelai mahal.
Sumber: *
Di Pasar Inpres Kramat Jati, misalnya, tak satu pun pedagang tempe dan tahu terlihat. Kios pedagang tahu dan tempe yang kerap ramai dikunjungi pembeli, kali ini tutup. Dari sekitar 20 kios tahu dan tempe, semuanya kompak tutup.
"Tadi malam sudah ada pengumuman dari produsen tempe, selama tiga hari ke depan tidak ada yang berdagang tempe," ujar Sutini, salah seorang pedagang tahu kepada VIVAnews.
Ia mengatakan, sejak tadi malam puluhan orang yang diduga para perajin tahu dan tempe melakukan razia ke pedagang tahu dan tempe di Pasar Inpres Kramat Jati untuk memastikan tak ada lagi yang berdagang.
"Kalau ada yang dagang tahu tempe, langsung dikarungin dagangannya," Sutini menambahkan.
Karena tidak berdagang tahu dan tempe, Sutini akhirnya menjadi pedagang kolang-kaling dan cincau dadakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari- hari. "Ya mumpung bulan puasa, dari pada kosong," dia menambahkan.
Selain di Pasar Kramat Jati, hilangnya tahu dan tempe juga terjadi di Pasar Enjo, Jatinegara. Di pasar itu, kios pedagang tahu dan tempe tampak kosong. Para pedagang menjaga kiosnya, tapi tak ada transaksi jual beli makanan berbahan baku kedelai itu.
Menurut salah seorang pedagang tahu dan tempe, Syaifuddin, aksi mogok berjualan tempe dan tahu selama tiga hari ke depan ini adalah bentuk protes kepada pemerintah. Sebab, pemerintah dianilai tidak mampu menekan harga kacang kedelai.
"Harga kedelai naik, otomatis harga jual di pasar pasti naik. Kalau harga naik, ya pasti orangnggak mau beli," katanya. Dia menambahkan, upaya mensiati mahalnya harga kedelai dengan memperkecil ukuran tahu atau tempe juga sulit. "Pembeli pasti rewel".
Hilangnya tempe dan tahu ini dirasakan langsung oleh masyarakat. Badriah, 35 tahun, menyayangkan hilangnya tempe di pasaran. Buatnya, tempe dan tahu adalah makanan wajib yang selalu ada di meja makan.
"Kalau sekarang nggak ada, pusing juga kalau anak nanya. Kenapa nggak ada tempe," tuturnya.
Selain itu, di seluruh pasar di Bekasi, pedagang tahu dan tempe juga tidak terlihat. Agen tempe dan tahu yang biasa mengirim ke para pedagang, menghentikan suplai sejak semalam.
Pika, salah satu pedagang yang ditemui di Pasar Tambun, mengatakan, sejak semalam, pasokan tahu dan tempe untuk daerah Bekasi sudah dihentikan. Bahkan, ia berani menjamin, tidak akan ditemukan satu pedagang pun yang menjual produk hasil olahan kedelai itu di seluruh Bekasi.
"Nggak akan ketemu deh yang jual tahu tempe. Biar dicari ke mana pun mulai hari ini sampai malam Sabtu," kata Pika kepada VIVAnews di Tambun, Bekasi, Rabu 25 Juli 2012.
Ancaman perajin tahu dan tempe untuk menghentikan produksinya, terbukti. Para perajin tahu dan tempe marah dan mogok produksi karena harga kedelai mahal.
Sumber: *
Label:
3 hari,
Bekasi,
cincau,
dikarungin,
Jakarta,
Jatinegara,
kolang-kaling,
Kramat Jati,
krisis,
marah,
mogok,
pasar,
Pasar Enjo,
perajin,
razia,
tahu,
Tambun,
tempe,
tutup
Sabtu, 24 Maret 2012
HP Android Murah, Bikin Marah, Kenapa?
Kehadiran sistem operasi Android menjanjikan ponsel pintar dengan pilihan spesifikasi, merek, dan harga yang beragam.
Fungsinya tak lagi sebatas melakukan telepon atau berbalas pesan. Lebih dari itu, Android juga digunakan untuk berinternet, main game,bahkan nonton video.
Selanjutnya ...
Fungsinya tak lagi sebatas melakukan telepon atau berbalas pesan. Lebih dari itu, Android juga digunakan untuk berinternet, main game,bahkan nonton video.
Selanjutnya ...
Langganan:
Postingan (Atom)