Sebagaimana yang dimuat oleh harian New York Times, koran tersebut dengan panjang lebar mengulas insiden tersebut. Pada edisi cetak yang terbit hari ini, Sabtu (13/7/2013) di halaman A8, koran ini menuliskan kerusuhan yang dipicu matinya aliran listrik dan air itu mengganggu kekhusyukan umat Islam yang sedang melaksanakan ibadah puasa.
Tampilkan postingan dengan label listrik. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label listrik. Tampilkan semua postingan
Minggu, 14 Juli 2013
Insiden LP Tanjung Gusta Jadikan Indonesia "Mendunia"
Sebagaimana yang dimuat oleh harian New York Times, koran tersebut dengan panjang lebar mengulas insiden tersebut. Pada edisi cetak yang terbit hari ini, Sabtu (13/7/2013) di halaman A8, koran ini menuliskan kerusuhan yang dipicu matinya aliran listrik dan air itu mengganggu kekhusyukan umat Islam yang sedang melaksanakan ibadah puasa.
Label:
air,
BBC,
CNN,
Djoko Suyanto,
gusar,
Heru Prakoso,
Indonesia,
Islam,
kekhusyukan,
listrik,
LP Tanjung Gusta,
marah,
Medan,
mendunia,
New York Times,
pengelolaan,
puasa,
SBY,
terorisme,
umat
Jumat, 22 Februari 2013
Rincian Penghasilan Anggota DPR
Berdasarkan Surat Edaran Setjen DPR RI No. KU.00/9414/DPR RI/XII/2010 tentang Gaji Pokok dan Tunjangan Anggota DPR, total take home pay untuk anggota DPR yang merangkap ketua alat kelengkapan adalah Rp 54,9 juta. Sedangkan gaji untuk anggota DPR yang merangkap anggota alat kelengkapan adalah Rp 51,5 juta.
Total take home pay anggota DPR yang merangkap ketua alat kelengkapan adalah Rp 54,9 juta, dan untuk anggota DPR yang merangkap anggota alat kelengkapan adalah Rp 51,5 juta.
Sebagi pembanding, gaji dari anggota DPR tahun 2004 - 2009 gaji bulanan Rp 46.100.000. Namun ditambah biaya tunjangan, biaya reses, dan gaji ke-13, setiap anggota DPR RI per tahun kira-kria mencapai Rp 1 miliar per tahun.
Total take home pay anggota DPR yang merangkap ketua alat kelengkapan adalah Rp 54,9 juta, dan untuk anggota DPR yang merangkap anggota alat kelengkapan adalah Rp 51,5 juta.
Sebagi pembanding, gaji dari anggota DPR tahun 2004 - 2009 gaji bulanan Rp 46.100.000. Namun ditambah biaya tunjangan, biaya reses, dan gaji ke-13, setiap anggota DPR RI per tahun kira-kria mencapai Rp 1 miliar per tahun.
Berikut Rincian Gaji DPR RI Masa Bhakti 2004 - 2009 Rutin perbulan meliputi :
Gaji pokok : Rp 15.510.000
Tunjangan listrik : Rp 5.496.000
Tunjangan Aspirasi : Rp 7.200.000
Tunjangan kehormatan : Rp 3.150.000
Tunjangan Komunikasi : Rp 12.000.000
Tunjangan Pengawasan : Rp 2.100.000
Total : Rp 46.100.000/bulan
Total per tahun : Rp 554.000.000
Masing-masing anggota DPR mendapatkan gaji yang sama. Sedangkan penerimaan nonbulanan atau nonrutin. Dimulai dari penerimaan gaji ke-13 setiap bulan Juni.
Gaji ke-13 : Rp 16.400.000
Dana penyerapan (reses) : Rp 31.500.000
Dalam satu tahun sidang ada empat kali reses jika ditotal selama pertahun totalnya sekitar Rp 118.000.000 setahun. Sementara penghasilan yang bersifat sewaktu-waktu yaitu:
Dana intensif pembahasan rancangan undang-undang dan honor melalui uji kelayakan dan kepatutan sebesar Rp 5.000.000/kegiatan
Dana kebijakan intensif legislative sebesar Rp 1.000.000/RUU
Jumlah keseluruhan yang diterima anggota DPR dalam setahun mencapai hampir Rp 1 milyar. Data tahun 2006 jumlah per tahun dana yang diterima anggota DPR mencapai Rp 761.000.000, dan tahun 2007 mencapai Rp 787.100.000.
Fasilitas anggota DPR RI, 2004-2009
Gaji pokok : Rp 15.510.000
Tunjangan listrik : Rp 5.496.000
Tunjangan Aspirasi : Rp 7.200.000
Tunjangan kehormatan : Rp 3.150.000
Tunjangan Komunikasi : Rp 12.000.000
Tunjangan Pengawasan : Rp 2.100.000
Total : Rp 46.100.000/bulan
Total per tahun : Rp 554.000.000
Masing-masing anggota DPR mendapatkan gaji yang sama. Sedangkan penerimaan nonbulanan atau nonrutin. Dimulai dari penerimaan gaji ke-13 setiap bulan Juni.
Gaji ke-13 : Rp 16.400.000
Dana penyerapan (reses) : Rp 31.500.000
Dalam satu tahun sidang ada empat kali reses jika ditotal selama pertahun totalnya sekitar Rp 118.000.000 setahun. Sementara penghasilan yang bersifat sewaktu-waktu yaitu:
Dana intensif pembahasan rancangan undang-undang dan honor melalui uji kelayakan dan kepatutan sebesar Rp 5.000.000/kegiatan
Dana kebijakan intensif legislative sebesar Rp 1.000.000/RUU
Jumlah keseluruhan yang diterima anggota DPR dalam setahun mencapai hampir Rp 1 milyar. Data tahun 2006 jumlah per tahun dana yang diterima anggota DPR mencapai Rp 761.000.000, dan tahun 2007 mencapai Rp 787.100.000.
Fasilitas anggota DPR RI, 2004-2009
A. Gaji pokok dan tunjangan
1. Rp 4.200.000/bulan
2. Tunjangan
a. Jabatan Rp 9.700.000/ bulan
b. Uang paket Rp 2.000.000/bulan
c. Beras Rp 30.090/jiwa/ bulan
d. Keluarga:
Suami/istri (10% X Gaji pokok Rp 420.000/bln)
Anak (25 X Gaji pokok Rp 84.000/jiwa/ bulan)
e. Khusus pph, pasal 21 Rp 2.699.813
B. Penerimaan lain-lain
1. Tunjangan kehormatan Rp 3.720.000/bulan
2. Komunikasi intensif Rp 4.140.000/bulan
3. Bantuan langganan listrik dan telepon Rp 4.000.000
4. Pansus Rp 2.000.000/undang- undang per paket
5. Asisten anggota (1 orang Rp 2.250.000/bulan)
6. Fasilitas kredit mobil Rp 70.000.000/orang/ per periode
C. Biaya perjalanan
a. Jabatan Rp 9.700.000/ bulan
b. Uang paket Rp 2.000.000/bulan
c. Beras Rp 30.090/jiwa/ bulan
d. Keluarga:
Suami/istri (10% X Gaji pokok Rp 420.000/bln)
Anak (25 X Gaji pokok Rp 84.000/jiwa/ bulan)
e. Khusus pph, pasal 21 Rp 2.699.813
B. Penerimaan lain-lain
1. Tunjangan kehormatan Rp 3.720.000/bulan
2. Komunikasi intensif Rp 4.140.000/bulan
3. Bantuan langganan listrik dan telepon Rp 4.000.000
4. Pansus Rp 2.000.000/undang- undang per paket
5. Asisten anggota (1 orang Rp 2.250.000/bulan)
6. Fasilitas kredit mobil Rp 70.000.000/orang/ per periode
C. Biaya perjalanan
1. Paket pulang pergi sesuai daerah tujuan masing-masing
2. Uang harian:
a. Daerah tingkat I Rp 500.000/hari
b. Derah tingkat II Rp 400.000/hari
a. Daerah tingkat I Rp 500.000/hari
b. Derah tingkat II Rp 400.000/hari
3. Uang representasi:
a. Daerah Tingkat I Rp 400.000
b. Daerah Tingkat II Rp 300.000
(keterangan: lamanya perjalanan sesuai program kerja, dan sebanyak-banyaknya 7 hari untuk kunjungan kerja per orangan, dan 5 hari untuk kunjungan kerja tim komisi/gabungan komisi)
D. Rumah jabatan
a. Daerah Tingkat I Rp 400.000
b. Daerah Tingkat II Rp 300.000
(keterangan: lamanya perjalanan sesuai program kerja, dan sebanyak-banyaknya 7 hari untuk kunjungan kerja per orangan, dan 5 hari untuk kunjungan kerja tim komisi/gabungan komisi)
D. Rumah jabatan
1. Anggaran pemeliharaan
- RJA Kalibata, Jakarta Selatan Rp 3.000.000/rumah/ tahun
- RJA Ulujami, Jakarta Barat Rp 5.000.000/rumah/ tahun
- RJA Kalibata, Jakarta Selatan Rp 3.000.000/rumah/ tahun
- RJA Ulujami, Jakarta Barat Rp 5.000.000/rumah/ tahun
2.. Perlengkapan rumah lengkap
E. Perawatan kesehatan uang duka dan biaya pemakaman
E. Perawatan kesehatan uang duka dan biaya pemakaman
1. Biaya pengobatan (oleh PT Askes)
- Anggota DPR, suami/anak kandung/istri dan atau anak angkat dari anggota yang bersangkutan.
- Jangkauan pelayanan nasional:
Diprovider di seluruh Indonesia yang ditunjuk termasuk provider ekslusif untuk rawat jalan dan rawat inap.
2. Uang duka :
- wafat (3 bulan X gaji)
- tewas (6 bulan x gaji)
- Anggota DPR, suami/anak kandung/istri dan atau anak angkat dari anggota yang bersangkutan.
- Jangkauan pelayanan nasional:
Diprovider di seluruh Indonesia yang ditunjuk termasuk provider ekslusif untuk rawat jalan dan rawat inap.
2. Uang duka :
- wafat (3 bulan X gaji)
- tewas (6 bulan x gaji)
3. Biaya pemakaman Rp 1.050.000/orang
Label:
anggota,
aspirasi,
DPR,
gaji,
Gaji Pokok dan Tunjangan Anggota DPR,
kehormatan,
komunikasi,
listrik,
pengawasan,
penghasilan,
pokok,
reses,
rincian,
SE Setjen DPR RI No KU.00/9414/DPR RI/XII/2010,
sidang,
tunjangan
Jumat, 21 Desember 2012
Mobil Sport Listrik Tucuxi Pesanan Dahlan Iskan
Menteri BUMN Dahlan Iskan Mengemudikan Mobil Sport Listrik Tucuxi di Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Kamis (20/12). Mobil ini dipesan Dahlan seharga 3 milyar rupiah.
Rabu, 22 Agustus 2012
Cara Sehat Menyalurkan Sakit Hati Ala Dahlan Iskan (BUMN Merah Putih)
Sakit hati, ada kalanya sangat penting. Banyak orang sukses bermula karena sakit hati: kepada saudara, tetangga, teman, mantan pacar, mantan kongsi, atau kepada pesaing yang pernah mengalahkannya.
Sakit hati kadang juga menyangkut harga diri. Banyak orang sukses bukan karena ingin kaya, tapi karena tidak ingin harga dirinya diremehkan. Mereka ini golongan yang, setelah sukses, tidak kelihatan menikmati kekayaannya untuk kemewahan hidupnya.
Sakit hati juga biasa datang dari orang pandai yang merasa kepandaiannya tidak dimanfaatkan. Bisa juga datang dari orang yang merasa terjajah, yang kemudian ingin mengalahkan bekas penjajahnya.
Bisakah sakit hati dilakukan secara berjamaah? Oleh satu kelompok? Agar kelompok itu sukses secara bersama-sama? Bisakah sakit hati dilakukan secara nasional? Sehingga bangsa itu secara keseluruhan bisa sukses?
Sebagai orang yang pernah sakit hati, saya mencoba mengumpulkan banyak orang yang sudah lama sakit hati. Yakni para engineer yang selama ini bekerja di perusahaan-perusahaan BUMN. Mereka inilah yang merasa sakit hati setiap kali melihat kemampuan mereka diremehkan.
Salah satu puncaknya adalah saat mereka melihat proyek pembangkit listrik 10.000 MW. Mereka mempertanyakan: mengapa untuk pembangkit yang sekecil 2x7 MW pun harus mentah-mentah didatangkan dari Tiongkok? Apalagi ketika pada akhirnya proyek itu sama sekali tidak bisa dikatakan murah -oleh berbagai sebab, termasuk penyebab dari dalam negeri.
Rabu pagi tanggal 8 Agustus 2012 lalu, mereka berkumpul di aula kantor pusat Pertamina. Selama ini mereka benar-benar sakit hati. Hanya saja mereka cuma berani mengeluhkannya secara diam-diam dan sendiri-sendiri. Mereka adalah kelompok sakit hati yang meskipun tidak destruktif tapi juga tidak aktif. Mereka pada dasarnya “sakit hati, tapi setengah tidak berdaya”.
Padahal kemampuan mereka luar biasa. Asal ada yang mempersatukan dan mengkoordinasikan.
Selama ini mereka kurang diberi kesempatan sehingga kapasitas itu tercerai-berai di berbagai BUMN. Mereka bukan saja tidak bersinergi, bahkan sering saling jegal!
Lihatlah pabrik di Pasuruan ini. Siapa yang menyangka bahwa BUMN yang kelihatan setengah sekarat itu –PT Boma Bisma Indra (BBI)- mampu membuat kondensor. Alat yang menjadi bagian sangat penting dalam pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).
Waktu saya berkunjung ke PT BBI Pasuruan tiga minggu lalu tiga kondensor sudah terlihat jadi. Siap diekspor ke Eropa. Kondensor itu memang dipesan oleh pabrikan besar di Eropa. Untuk dipasang di PLTU di seluruh dunia.
Tapi PT BBI sedang kelimpungan. Ini akibat buruknya manajemen di masa-masa yang lalu. Utangnya ke Bank Mandiri sudah macet selama 10 tahun! Bunga dan dendanya terus menggunung. Assetnya banyak tersandera sebagai jaminan bank yang tidak bisa diapa-apakan. Perusahaan ini di-blacklist oleh bank mana pun.
PT BBI juga masih punya utang dagang pada PT Krakatau Steel (KS) yang sangat besar. Juga sudah macet lebih 10 tahun. Sebagian asset PT BBI juga ditahan oleh KS sebagai jaminan sehingga tidak bisa digerakkan.
Akibatnya, kemampuan yang tinggi yang dimiliki para ahli dan karyawan PT BBI tersandera oleh keadaan perusahaan yang ‘termehek-mehek’. Mereka sakit hati dan frustrasi. Ahli tapi tidak berdaya.
Mereka ahli membuat kondensor, boiler, pabrik kelapa sawit, dan pekerjaan engineering lainnya, tapi mereka tidak ahli dalam menyelesaikan problem utang macet yang membelit perusahaannya.
Maka saya bersyukur ketika Dirut PT BBI yang sekarang, Dr Ir Lalak Indiyono, punya ide brilian untuk menguraikan benang kusut itu. Dengan skema yang cerdas, akhir tahun ini saya targetkan benang kusut tersebut sudah harus selesai. Agar tahun depan sudah bisa berlari, mengubah sakit hati menjadi ‘balas dendam’ untuk kemajuan bersama.
Dalam forum rapat akbar engineering BUMN Rabu lalu itu, Dirut PLN, Ir Nur Pamudji, juga menawarkan pembangunan 30 unit PLTU di seluruh Indonesia. Terutama yang ukurannya 20 MW ke bawah. PLTU-PLTU ini harus dibangun sepenuhnya oleh putra-putra bangsa sendiri. Baik BUMN maupun BUMN dan swasta nasional.
Inilah “Proyek 30 PLTU Merah Putih”, yang kami proklamasikan menjelang perayaan 17 Agustus 2012 untuk segera dikerjakan.
Pembagian tugas pun diputuskan: turbin dibuat PT NTP Bandung, anak perusahaan PT Dirgantara Indonesia. Dengan membuat 30 turbin sekaligus, para engineer di PT NTP akan sibuk dan bisa mencapai skill yang tangguh.
Generatornya dibuat oleh PT Pindad Bandung. Membuat 30 generator sekaligus bisa sangat efisien. Boilernya dibuat PT Barata Surabaya. PT BBI membuat kondensornya. Dan PT Wika membangun sipilnya. Secara teknik, perusahaan-perusahaan BUMN tersebut benar-benar mampu mengerjakannya.
Selama ini mereka terserak, tidak terkoordinasi, dan bahkan saling menjatuhkan.
Dalam forum itu para engineer BUMN juga memproklamasikan "Pabrik Gula Merah Putih". BUMN memang akan membangun pabrik gula baru di Glenmore, Banyuwangi. Pabrik baru yang akan menjadi yang terbesar di Jawa itu, 100 persen akan made in Indonesia!
Kalau proyek ini sukses (dan harus sukses) maka revitalisasi pabrik-pabrik gula tua di seluruh Indonesia akan dikerjakan sendiri oleh putra-putra bangsa.
Alangkah akan sibuknya para engineer kita. Alangkah hidupnya pabrik-pabrik rekayasa permesinan kita. Alangkah berkembangnya kemampuan insinyur-insinyur kita.
Belum lagi proyek monorail Jakarta yg mangkrak sejak lebih 10 tahun lalu itu. Kalau Gubernur Jakarta mengeluarkan izinnya, satu BUMN yang selama ini banyak dosanya, PT Adhi Karya, akan menebus dosanya itu dengan pengabdian nyata.
Monorail Jakarta itu akan selesai dalam 26 bulan. Adhi Karya akan didukung dua BUMN lainnya, PT LEN untuk sistem elektroniknya dan PT INKA untuk keretanya. Maka begitu pilkada selesai izin akan diajukan.
Yang masih akan dirumuskan adalah: bagaimana agar putra-putra bangsa juga bisa segera memiliki kemampuan mengerjakan proyek petrochemical dan oleochemical. Sedang untuk teknologi hidrogen dan fuel cell yang kelak akan jadi alternatif sumber tenaga untuk mobil listrik juga sedang dirancang.
Kita sudah punya ahli fuel cell yang kini bekerja di BPPT dan di LIPI. Mereka sudah setuju untuk membuat prototipe fuel cell pertama di Indonesia, dengan biaya BUMN PT Batantek pimpinan Dr Ir Yudiutomo Imardjoko. Dua ilmuwan hebat akan berkolaborasi untuk energi masa depan Indonesia.
Maka dalam enam bulan, kita akan bisa melihat apakah Dr Ir Ennya Lestyani Dewi yang sekolah S1 sampai S3-nya di Jepang (atas biaya BJ Habibie) itu bisa melahirkan teknologi fuel cell Indonesia.
Tentu ilmuwan-ilmuwan energi masa depan lainnya yang belum saya ketahui dimohon bergabung ke sini.
Seperti yang sudah dibuktikan minggu lalu, salah satu putra bangsa kita juga sudah berhasil membuat prototipe permanent magnetic motor pertama di Indonesia. PMM 25 kv itu sdh terbukti berhasil dipasang di mobil listrik buatan Pindad dan berfungsi dengan sempurna.
Untuk teknologi fuel cell pun, saya melihat di balik jilbab Dr Ennya Lestyani Dewi, putri Secang, Magelang, ini menyinarkan otak encernya.
Saat ini, dari Makkah saya berdoa untuk Dr Ennya yang lagi merancang teknologi fuel cell-nya.
Sakit hati, kelihatannya memang perlu sering-sering terjadi. Asal terbuka penyalurannya.
Sakit hati kadang juga menyangkut harga diri. Banyak orang sukses bukan karena ingin kaya, tapi karena tidak ingin harga dirinya diremehkan. Mereka ini golongan yang, setelah sukses, tidak kelihatan menikmati kekayaannya untuk kemewahan hidupnya.
Sakit hati juga biasa datang dari orang pandai yang merasa kepandaiannya tidak dimanfaatkan. Bisa juga datang dari orang yang merasa terjajah, yang kemudian ingin mengalahkan bekas penjajahnya.
Bisakah sakit hati dilakukan secara berjamaah? Oleh satu kelompok? Agar kelompok itu sukses secara bersama-sama? Bisakah sakit hati dilakukan secara nasional? Sehingga bangsa itu secara keseluruhan bisa sukses?
Sebagai orang yang pernah sakit hati, saya mencoba mengumpulkan banyak orang yang sudah lama sakit hati. Yakni para engineer yang selama ini bekerja di perusahaan-perusahaan BUMN. Mereka inilah yang merasa sakit hati setiap kali melihat kemampuan mereka diremehkan.
Salah satu puncaknya adalah saat mereka melihat proyek pembangkit listrik 10.000 MW. Mereka mempertanyakan: mengapa untuk pembangkit yang sekecil 2x7 MW pun harus mentah-mentah didatangkan dari Tiongkok? Apalagi ketika pada akhirnya proyek itu sama sekali tidak bisa dikatakan murah -oleh berbagai sebab, termasuk penyebab dari dalam negeri.
Rabu pagi tanggal 8 Agustus 2012 lalu, mereka berkumpul di aula kantor pusat Pertamina. Selama ini mereka benar-benar sakit hati. Hanya saja mereka cuma berani mengeluhkannya secara diam-diam dan sendiri-sendiri. Mereka adalah kelompok sakit hati yang meskipun tidak destruktif tapi juga tidak aktif. Mereka pada dasarnya “sakit hati, tapi setengah tidak berdaya”.
Padahal kemampuan mereka luar biasa. Asal ada yang mempersatukan dan mengkoordinasikan.
Selama ini mereka kurang diberi kesempatan sehingga kapasitas itu tercerai-berai di berbagai BUMN. Mereka bukan saja tidak bersinergi, bahkan sering saling jegal!
Lihatlah pabrik di Pasuruan ini. Siapa yang menyangka bahwa BUMN yang kelihatan setengah sekarat itu –PT Boma Bisma Indra (BBI)- mampu membuat kondensor. Alat yang menjadi bagian sangat penting dalam pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).
Waktu saya berkunjung ke PT BBI Pasuruan tiga minggu lalu tiga kondensor sudah terlihat jadi. Siap diekspor ke Eropa. Kondensor itu memang dipesan oleh pabrikan besar di Eropa. Untuk dipasang di PLTU di seluruh dunia.
Tapi PT BBI sedang kelimpungan. Ini akibat buruknya manajemen di masa-masa yang lalu. Utangnya ke Bank Mandiri sudah macet selama 10 tahun! Bunga dan dendanya terus menggunung. Assetnya banyak tersandera sebagai jaminan bank yang tidak bisa diapa-apakan. Perusahaan ini di-blacklist oleh bank mana pun.
PT BBI juga masih punya utang dagang pada PT Krakatau Steel (KS) yang sangat besar. Juga sudah macet lebih 10 tahun. Sebagian asset PT BBI juga ditahan oleh KS sebagai jaminan sehingga tidak bisa digerakkan.
Akibatnya, kemampuan yang tinggi yang dimiliki para ahli dan karyawan PT BBI tersandera oleh keadaan perusahaan yang ‘termehek-mehek’. Mereka sakit hati dan frustrasi. Ahli tapi tidak berdaya.
Mereka ahli membuat kondensor, boiler, pabrik kelapa sawit, dan pekerjaan engineering lainnya, tapi mereka tidak ahli dalam menyelesaikan problem utang macet yang membelit perusahaannya.
Maka saya bersyukur ketika Dirut PT BBI yang sekarang, Dr Ir Lalak Indiyono, punya ide brilian untuk menguraikan benang kusut itu. Dengan skema yang cerdas, akhir tahun ini saya targetkan benang kusut tersebut sudah harus selesai. Agar tahun depan sudah bisa berlari, mengubah sakit hati menjadi ‘balas dendam’ untuk kemajuan bersama.
Dalam forum rapat akbar engineering BUMN Rabu lalu itu, Dirut PLN, Ir Nur Pamudji, juga menawarkan pembangunan 30 unit PLTU di seluruh Indonesia. Terutama yang ukurannya 20 MW ke bawah. PLTU-PLTU ini harus dibangun sepenuhnya oleh putra-putra bangsa sendiri. Baik BUMN maupun BUMN dan swasta nasional.
Inilah “Proyek 30 PLTU Merah Putih”, yang kami proklamasikan menjelang perayaan 17 Agustus 2012 untuk segera dikerjakan.
Pembagian tugas pun diputuskan: turbin dibuat PT NTP Bandung, anak perusahaan PT Dirgantara Indonesia. Dengan membuat 30 turbin sekaligus, para engineer di PT NTP akan sibuk dan bisa mencapai skill yang tangguh.
Generatornya dibuat oleh PT Pindad Bandung. Membuat 30 generator sekaligus bisa sangat efisien. Boilernya dibuat PT Barata Surabaya. PT BBI membuat kondensornya. Dan PT Wika membangun sipilnya. Secara teknik, perusahaan-perusahaan BUMN tersebut benar-benar mampu mengerjakannya.
Selama ini mereka terserak, tidak terkoordinasi, dan bahkan saling menjatuhkan.
Dalam forum itu para engineer BUMN juga memproklamasikan "Pabrik Gula Merah Putih". BUMN memang akan membangun pabrik gula baru di Glenmore, Banyuwangi. Pabrik baru yang akan menjadi yang terbesar di Jawa itu, 100 persen akan made in Indonesia!
Kalau proyek ini sukses (dan harus sukses) maka revitalisasi pabrik-pabrik gula tua di seluruh Indonesia akan dikerjakan sendiri oleh putra-putra bangsa.
Alangkah akan sibuknya para engineer kita. Alangkah hidupnya pabrik-pabrik rekayasa permesinan kita. Alangkah berkembangnya kemampuan insinyur-insinyur kita.
Belum lagi proyek monorail Jakarta yg mangkrak sejak lebih 10 tahun lalu itu. Kalau Gubernur Jakarta mengeluarkan izinnya, satu BUMN yang selama ini banyak dosanya, PT Adhi Karya, akan menebus dosanya itu dengan pengabdian nyata.
Monorail Jakarta itu akan selesai dalam 26 bulan. Adhi Karya akan didukung dua BUMN lainnya, PT LEN untuk sistem elektroniknya dan PT INKA untuk keretanya. Maka begitu pilkada selesai izin akan diajukan.
Yang masih akan dirumuskan adalah: bagaimana agar putra-putra bangsa juga bisa segera memiliki kemampuan mengerjakan proyek petrochemical dan oleochemical. Sedang untuk teknologi hidrogen dan fuel cell yang kelak akan jadi alternatif sumber tenaga untuk mobil listrik juga sedang dirancang.
Kita sudah punya ahli fuel cell yang kini bekerja di BPPT dan di LIPI. Mereka sudah setuju untuk membuat prototipe fuel cell pertama di Indonesia, dengan biaya BUMN PT Batantek pimpinan Dr Ir Yudiutomo Imardjoko. Dua ilmuwan hebat akan berkolaborasi untuk energi masa depan Indonesia.
Maka dalam enam bulan, kita akan bisa melihat apakah Dr Ir Ennya Lestyani Dewi yang sekolah S1 sampai S3-nya di Jepang (atas biaya BJ Habibie) itu bisa melahirkan teknologi fuel cell Indonesia.
Tentu ilmuwan-ilmuwan energi masa depan lainnya yang belum saya ketahui dimohon bergabung ke sini.
Seperti yang sudah dibuktikan minggu lalu, salah satu putra bangsa kita juga sudah berhasil membuat prototipe permanent magnetic motor pertama di Indonesia. PMM 25 kv itu sdh terbukti berhasil dipasang di mobil listrik buatan Pindad dan berfungsi dengan sempurna.
Untuk teknologi fuel cell pun, saya melihat di balik jilbab Dr Ennya Lestyani Dewi, putri Secang, Magelang, ini menyinarkan otak encernya.
Saat ini, dari Makkah saya berdoa untuk Dr Ennya yang lagi merancang teknologi fuel cell-nya.
Sakit hati, kelihatannya memang perlu sering-sering terjadi. Asal terbuka penyalurannya.
Label:
Adhi Karya,
Barata,
BBI,
berdaya,
BUMN,
Dahlan Iskan,
engineer,
harga diri,
kondensor,
Krakatau Steel,
Lalak Indiyono,
listrik,
Merah Putih,
monorail,
Nur Pamudji,
Pertamina,
Pindad,
sakit hati,
Tiongkok,
Wika
Senin, 23 Juli 2012
Mobil Listrik Menjadi Mobil Nasional
Pemerintah akan mengembangkan mobil listrik menjadi mobil nasional. Tahun 2014 direncanakan sebanyak 10.000 unit akan diproduksi. "Kita akan jadikan mobil nasional. Kalau kita bicara mobil nasional ya diproduksi nasional, otaknya nasional, ototnya nasional," sebut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa, di Jakarta, Senin (23/7/2012).
Pada hari ini, Hatta mendapatkan laporan bahwa riset sejumlah universitas telah melakukan perkembangan yang berarti terkait dengan mobil listrik. Ia pun menyebutkan, mobil listrik yang dibuat oleh alumnus ITB Dasep Ahmadi sudah masuk ke level 7 dalam technology readyness level. Mobil tersebut pun siap masuk ke level 9.
"LIPI sudah produksi kendaraan listrik bus juga berbagai macam kendaraan-kendaraan city car model-modelnya yang sudah masuk kategori kalau dalam istilah Menristek itu skala 9, sempurna itu 9, kita berada di skala 7 sekarang untuk city car," papar Hatta.
Karena keyakinan itu maka Pemerintah pun memutuskan untuk segera membentuk Pusat Pengembangan Teknologi dan Industri Otomotif. Pusat ini akan melibatkan Kementerian Riset dan Teknologi, Kementerian Perindustrian, Kementerian Perhubungan, dan BUMN. Lalu, Pemerintah akan menyelesaikan semua Peraturan Pemerintah yang terkait dengan insentif dan disinsentif.
Pemerintah, lanjut Hatta, juga akan melakukan quick win pada tanggal 30 Agustus mendatang yakni saat Hari Kebangkitan Teknologi Nasional. Pada hari itu, kata Hatta, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akan hadir di Bandung. Dan, berbagai produk-produk yang sudah berhasil dibuat seperti bus sampai kendaraan city car pun akan digelar.
"Itu akan kita gelar sambil tetap mengembangkan industri-industri komponen terutama batere itu yang paling penting. Jadi ini keputusan kita tadi dan kita optimis akan berhasil," lanjut Hatta.
Tahun 2014, ia pun optimistis mobil listrik akan diproduksi sebanyak 10.000 unit. Ia yakin akan ada investor dan BUMN yang akan memberikan dukungan dalam memproduksi mobil ini secara massal. "Kalau itu (swasta) sih banyak begitu kita kasih kemudahan dan insentif," tandasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Pelaksana Tugas Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Bambang Brodjonegoro, mengatakan, insentif kepada mobil listrik adalah bebas bea masuk dan PPn BM (Pajak Penjualan atas Barang Mewah) untuk, diantaranya mesin dan batere. "Pokoknya komponen utama maupun komponen penunjangnya," sebut Bambang.
Pada hari ini, Hatta mendapatkan laporan bahwa riset sejumlah universitas telah melakukan perkembangan yang berarti terkait dengan mobil listrik. Ia pun menyebutkan, mobil listrik yang dibuat oleh alumnus ITB Dasep Ahmadi sudah masuk ke level 7 dalam technology readyness level. Mobil tersebut pun siap masuk ke level 9.
"LIPI sudah produksi kendaraan listrik bus juga berbagai macam kendaraan-kendaraan city car model-modelnya yang sudah masuk kategori kalau dalam istilah Menristek itu skala 9, sempurna itu 9, kita berada di skala 7 sekarang untuk city car," papar Hatta.
Karena keyakinan itu maka Pemerintah pun memutuskan untuk segera membentuk Pusat Pengembangan Teknologi dan Industri Otomotif. Pusat ini akan melibatkan Kementerian Riset dan Teknologi, Kementerian Perindustrian, Kementerian Perhubungan, dan BUMN. Lalu, Pemerintah akan menyelesaikan semua Peraturan Pemerintah yang terkait dengan insentif dan disinsentif.
Pemerintah, lanjut Hatta, juga akan melakukan quick win pada tanggal 30 Agustus mendatang yakni saat Hari Kebangkitan Teknologi Nasional. Pada hari itu, kata Hatta, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akan hadir di Bandung. Dan, berbagai produk-produk yang sudah berhasil dibuat seperti bus sampai kendaraan city car pun akan digelar.
"Itu akan kita gelar sambil tetap mengembangkan industri-industri komponen terutama batere itu yang paling penting. Jadi ini keputusan kita tadi dan kita optimis akan berhasil," lanjut Hatta.
Tahun 2014, ia pun optimistis mobil listrik akan diproduksi sebanyak 10.000 unit. Ia yakin akan ada investor dan BUMN yang akan memberikan dukungan dalam memproduksi mobil ini secara massal. "Kalau itu (swasta) sih banyak begitu kita kasih kemudahan dan insentif," tandasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Pelaksana Tugas Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Bambang Brodjonegoro, mengatakan, insentif kepada mobil listrik adalah bebas bea masuk dan PPn BM (Pajak Penjualan atas Barang Mewah) untuk, diantaranya mesin dan batere. "Pokoknya komponen utama maupun komponen penunjangnya," sebut Bambang.
Label:
Bandung,
batere,
BUMN,
bus,
Dasep Ahmadi,
Hatta Rajasa,
insentif,
investor,
ITB,
kompenen,
level,
LIPI,
listrik,
mobil,
nasional,
otak,
otot,
pemerintah,
swasta
Kamis, 12 April 2012
Bat Mobile From Bandung
Ketika banyak orang ramai membicarakan mobil listrik, diam-diam bengkel Singal Kostum Built membuat mobil listrik kreasi mereka. Tampilannya pun tidak cemen, malah terlihat gagah mirip Bat Mobile atau mobil Batman yang digunakan saat melawan Joker di film Darknight.
Mobil ini merupakan rombakan total dari Nissan Ceviro jadul dan dipamerkan di Bandung Car Modification Contest pada pekan lalu. "Mobil ini dari klub Connection yang mempercayakan kepada kami untuk diubah total secara ekstrem," ujar Roni dari Signal Kostum Built saat ditemui pekan lalu.
Mobil ini merupakan rombakan total dari Nissan Ceviro jadul dan dipamerkan di Bandung Car Modification Contest pada pekan lalu. "Mobil ini dari klub Connection yang mempercayakan kepada kami untuk diubah total secara ekstrem," ujar Roni dari Signal Kostum Built saat ditemui pekan lalu.
Label:
Bandung Car Modification Contest,
Bat Mobile,
bengkel,
cemen,
Darknight,
film,
gagah,
jadul,
Jocker,
kreasi,
listrik,
mobil,
mobil Batman,
Nissan Ceviro,
rombak total,
Roni,
Singal KostumBuilt
Lokasi:
Bandung, Indonesia
Langganan:
Postingan (Atom)