Tampilkan postingan dengan label lurah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label lurah. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 31 Agustus 2013

Kisah Susan Jasmine Akhirnya Menjabat Lurah Lenteng Agung

JAKARTA — Senyum manis seketika terpancar dari paras ayu Kepala Kelurahan Lenteng Agung Susan Jasmine Zulkifli saat Warta Kota memasuki ruangan kantornya di lantai dua Kantor Kelurahan Lenteng Agung, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Rabu (28/8/2013) petang.

Dia yang masih terlihat segar dan ceria, lengkap dengan pakaian dinasnya, menyapa ramah dan memulai perbincangan dengan mengenalkan diri dan jabatan tangannya yang lembut.

Nama Susan melambung lantaran ia diprotes sejumlah warga yang menolak dirinya menduduki jabatan sebagai lurah di kawasan tersebut. Bahkan, kelompok warga tersebut sampai menggelar demo penolakan, beberapa hari belakangan. Selanjutnya *

Kamis, 29 Agustus 2013

Dipimpin Lurah Susan, Warga Lenteng Tak Ambil Pusing

Jakarta - Sejumlah warga di Kelurahan Lenteng Agung, Jakarta Selatan, tidak terlalu mempermasalahkan daerahnya dipimpin oleh Lurah Susan Jasmine Zulkifli yang beragama Nasrani. Terpenting, Lurah Susan menjalankan tugasnya dengan baik.

Lili, ibu rumah tangga, mengatakan tidak terlalu mau ambil pusing dengan agama yang dipeluk Lurah Susan. "Kalau saya pribadi tidak membedakan agama," kata wanita 51 tahun itu kepada Tempo, Kamis, 29 Agustus 2013. "Kalau lurahnya muslim tapi enggak bener bagaimana?" Selanjutnya *

Rabu, 28 Agustus 2013

Lurah Susan : Saya Hanya Menjalankan SK Gubernur

Jakarta - Lurah Lenteng Agung Susan Jasmine Zulkifli masih irit berkomentar soal penolakan sejumlah warga terhadap dirinya. "Saya masih no comment soal itu," ujarnya saat ditemui di kantornya, Senin, 26 Agustus 2013.

Ia mengatakan masalah yang terjadi di wilayahnya sudah selesai dan tak perlu lagi dibesar-besarkan. "Saya tak punya salah. Saya menjalankan instruksi sesuai surat keputusan dari gubernur soal penempatan di sini," ujarnya.

Sejumlah warga lewat Forum Penolakan Warga terhadap Penempatan Lurah Lenteng Agung memprotes kebijakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Warga menganggap Lurah Susan yang beragama non-muslim seharusnya tak memimpin di daerah yang mayoritas penduduknya muslim. Selanjutnya *

Kamis, 27 Juni 2013

Jaya Suprana: Pelantikan Serentak 415 Pejabat DKI Rekor Dunia

JAKARTA--Upacara Pengambilan Sumpah dan Pelantikan Camat dan Lurah serta Pejabat Eselon III dan IV di Lingkungan Pemprov DKI Jakarta mendapat penghargaan sebagai rekor pelantikan pejabat secara serentak dengan jumlah terbanyak dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI).

Jaya Suprana, pendiri MURI yang secara khusus hadir dalam acara pelantikan tersebut, menyatakan pelantikan camat, lurah, kepala kantor wilayah, dan asisten kantor wilayah secara serentak baru terjadi di DKI Jakarta. Ditegaskan, belum pernah terjadi di seluruh nusantara bahkan dunia, acara serupa dilakukan.

"Rekor ini diajukan sebagai rekor nasional, tapi dengan berat hati kami terpaksa menolak. Karena rekor ini adalah rekor dunia!" tutur Jaya dengan senyum sumringah.

Dalam acara ini, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo atau Jokowi secara serentak melanitik 415 pejabat hari ini, Kamis pagi (26/6/2013) di lapangan Balaikota, Jakarta Pusat. Pejabat yang dilantik terdiri dari Pejabat Eselon III sebanyak 78 orang dan Pejabat Eselon IV sebanyak 337 orang untuk menjadi camat dan lurah pada berbagai wilayah di DKI Jakarta.

Kamis, 25 Oktober 2012

Nilai Sepuluh Untuk Pidato Jokowi Pada Hari Kesepuluh

Gubernur DKI Jakarta Jokowi untuk pertama kalinya mengumpulkan para wali kota, bupati, 44 camat dan 267 lurah se-Jakarta. Jokowi memberi wejangan tentang perlunya perubahan birokrasi sebagai abdi pelayan masyarakat.

Wejangan Jokowi disampaikan di Balai Agung Balai Kota, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Kamis (25/10/2012). Semua hadirin mengenakan batik, tak terkecuali Jokowi yang berkemeja batiklengan panjang warna coklat.

Berikut pidato tanpa teks Jokowi tersebut:

Saya minta tersenyum semuanya. Jangan tegang. Saya lihat tegang semuanya. Saya tidak akan marah hari ini. Camat dan Lurah adalah partner saya. Rekan kerja saya yang berada di front paling depan yang berhubungan dengan masyarakat. Sehingga saya minta semuanya nanti mempunyai visi, budaya kerja, dan budaya pelayanan yang sama.

Saya tidak ingin bicara banyak. Yang kemarin (sidak-red) saya nggak ada urus. Sudahlah. Tapi ke depan, saya pengin semuanya punya visi yang sama. Jadi jangan takut yang kemarin saya kunjungi jadi nggak nyenyak tidur. Tidurlah yang nyenyak, nggak ada. (Hadirin tertawa kecil-red).

Saya lihat di kelurahan dan kecamatan (Jokowi memperlihatkan foto-foto hasil kunjungannya dengan Infocus-red) banyak ruangan yang tertutup. Pakai sistem loket sudah 200 tahun ketinggalan. Coba lihat tempat pelayanan di bank. Nggak ada yang pakai loket, semuanya open, terbuka. Jadi kalau memang jam 07.30 sudah buka, mestinya harus sudah siap melayani.

Kemudian ada tempat pelayanan yang campur-campur. Mulailah dibersihkan sehingga menjadi tempat yang nyaman. Kalau ada anggaran tahun sekarang, kita bangun sekarang. Tapi kalau belum, mulailah didesain supaya nanti menjadi tempat yang nyaman.

Saya kemarin nyoba mau buat KTP, saya nunggunya di mana? Hanya ada satu kursi, dua kursi. Kalau ada yang lain, antrenya di mana, apa harus duduk di lantai? Kita ini melayani masyarakat. Mereka itu ibaratnya konsumen. Harus dilayani seperti raja.

Ke depan, tata ruang di kelurahan, kecamatan, walikota, semua wilayah, bupati, semuanya tempat pelayanan itu kayak bank, terbuka. Tempat duduknya yang dilayani justru harus enak. Tolong Pak Lurah, Bu Lurah, Pak Camat dan Bu Camat, beritahu mereka, kalau masyarakat datang, beri ucapan selamat pagi. Kalau siang, selamat siang. Ini melayani.

Jangan yang ada di front depan, sudah tehnya nggak enak, nggak ngucapin salam, merengut. Makanya pasang yang cantik di depan. Ini tempat pelayanan, budaya itu harus diubah. Saya yakin SDM di DKI ini luar biasa bagus. Luar biasa bagus.

Kita punya recource SDM yang baik. Kita cuma ingin mengubah dari pola lama ke pola yang baru. Dan saya yakin semuanya sanggup untuk itu. Gimana sanggup nggak? (hadirin menjawab sangguup!-red). Saya tunggu tanggal mainnya.

Untuk tempat ngantre buatkan sofa yang bagus. Niru bank-lah. Ada gambar tata ruang yang sama, di seluruh kelurahan dan kecamatan sehingga kelihatan bahwa kita sedang berubah sistem pelayanan. Kalau perlu yang di depan pakai pakaian khusus, jas dasi. Kalau perlu beli air conditioner. Orang nunggu 1 jam juga enak. Ini yang harus kita ubah.

Pada hari ini saya ingin menyampaikan ini saja. Saya kira semuanya sudah paham apa yang diinginkan. Jadi jangan kira saya datang ke kelurahan, kecamatan, walikota, hanya hari itu saja. Tidak. Setiap hari saya akan datang ke tempat pelayanan. Baik puskesmas, kelurahan, kecamatan, dan jangan kaget saya bisa datang pagi. Datang sore juga. Jam berapa habis kerja? (Ada yang menjawab jam empat!-red). Jam empat di sana pas akhir.

Saya datang juga tidak mau marah-marah. Hanya dolan saja, main saja. Paling kalau ada yang tidak beres, saya catat. Tapi yang kemarin saya tidak catat. Nggak akan saya tulis apa-apa. Ke depan, mesti saya bawa catatan. Itu rapor. Rapor itu perlu.

Saya dolan ke Pak Lurah, Bu Lurah, senang nggak? (Hadirin menjawab: Senaaang-red)
Saya dolan aja kok.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
//** Like Button FB **//
//** Like Button FB **//