Error loading feed.
Tampilkan postingan dengan label Pilpres 2014. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pilpres 2014. Tampilkan semua postingan
Kamis, 13 Februari 2014
'Peluru Panas' Adik Jenderal Prabowo
Jakarta - Tak ada angin dan tak ada hujan, peluru panas dilontarkan adik Letnan Jenderal (Purn) Prabowo Subianto, Hashim Djojohadikusumo. Sasarannya tak lain adalah jenderal-jenderal yang menatap Pilpres 2014. Apakah ini awal 'perang bintang' di Pilpres 2014?
Awanya Hashim hanya membuka fakta bahwa tak hanya kakaknya yang ditolak Amerika. Namun ada 7 jenderal yang ditolak negeri Paman Sam itu. Persoalannya adalah masalah HAM di masa lalu. Hashim mengaku mendapatkan informasi sahih itu dari hasil 8 kali mondar-mandir bertemu orang penting di Washington.
kata Hashim saat berkunjung ke redaksi Trans TV, Jl. Kapten P. Tendean no 12-14A, Jakarta Selatan, Rabu (12/2/2014). Selanjutnya *
Label:
'Peluru Panas,
7 jenderal,
adik,
blacklist,
fakta,
HAM,
Hashim Djojohadikusumo,
Jenderal,
mondar-mandir,
Pilpres 2014,
Prabowo Subianto,
Trans TV,
Washington
Senin, 02 September 2013
Joko Widodo-Jusuf Kalla Berpeluang Menang
JAKARTA - Pengamat politik dari LIPI Ikrar Nusa Bakti berharap PDIP jangan sampai salah menerapkan strategi dalam pencalonan presiden. Mantan Wapres Jusuf Kalla dan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo dinilai lebih berpeluang memenangkan Pilpres 2014.
"Pasangan Jokowi dan Jusuf Kalla lebih berpeluang menang dalam Pilpres 2014, jika kedua tokoh ini berhasil disandingkan. Apalagi, kedua figur tersebut sama-sama mendapat respon positif dan tinggi dalam banyak survei dibandingkan capres yang lain. Karena itu, PDIP jangan sampai salah strategi dalam Pilpres 2014 nanti,” kata Ikrar Nusa Bakti dalam Dialog Pilar Kenegaraan bertajuk “Mencari Pemimpin Bangsa: Geliat Capres Menjelang Pemilu 2014” bersama Wakil Ketua MPR RI Hajrijanto Y Thohari dan Wakil Ketua Umum DPP Gerindra Fadli Zon, Senin (2/9/2013) di Kompleks Parlemen, Jakarta. Selanjutnya *
"Pasangan Jokowi dan Jusuf Kalla lebih berpeluang menang dalam Pilpres 2014, jika kedua tokoh ini berhasil disandingkan. Apalagi, kedua figur tersebut sama-sama mendapat respon positif dan tinggi dalam banyak survei dibandingkan capres yang lain. Karena itu, PDIP jangan sampai salah strategi dalam Pilpres 2014 nanti,” kata Ikrar Nusa Bakti dalam Dialog Pilar Kenegaraan bertajuk “Mencari Pemimpin Bangsa: Geliat Capres Menjelang Pemilu 2014” bersama Wakil Ketua MPR RI Hajrijanto Y Thohari dan Wakil Ketua Umum DPP Gerindra Fadli Zon, Senin (2/9/2013) di Kompleks Parlemen, Jakarta. Selanjutnya *
Label:
Berpeluang,
Dialog Pilar Kenegaraan,
Fadli Zon,
Hajrijanto Y Thohari,
Ikrar Nusa Bakti,
Joko Widodo,
Jusuf Kalla,
LIPI,
menang,
Pilpres 2014,
positif,
respon,
salah strategi,
survei,
tinggi
Senin, 08 Oktober 2012
Jokowi Calon Presiden Alternatif Dari Kalangan Muda?
Gubernur DKI Jakarta terpilih, Joko Widodo dinilai menjadi calon presiden alternatif potensial pada Pemilihan Umum Presiden tahun 2014 nanti. Jokowi dianggap unggul dalam 13 kriteria calon presiden menurut seratus responden terpilih dalam survei yang digelar Pol Tracking Institute.
"Jokowi unggul di hampir semua kriteria," ujar Direktur Eksekutif Pol Tracking, Hanta Yuda dalam rilis survei Mencari Kandidat Muda Potensial 2014, Ahad, 7 Oktober 2012.
Menurut Hanta ada 13 aspek yang dinilai, di antaranya integritas; kapabilitas dan intelektualitas; visioner; kemampuan kepemimpinan; pengalaman; keberanian mengambil keputusan; komunikasi publik; komunikasi elite; kematangan emosi; akseptabilitas publik; dan penerimaan partai. Untuk seluruh aspek ini, Jokowi mendapat rapor 78,6 persen.
Dua nama lain yang juga dijagokan oleh pakar yang terdiri dari akademisi, pegiat LSM, budayawan, tokoh masyarakat, pemuda, dan politikus adalah Rektor Universitas Paramadina, Anies Baswedan dan mantan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Anies memperoleh nilai 73,2 perden dan Sri Mulyani 70,2 persen.
Dalam survei terbatas ini, Pol Tracking mengajukan sejumlah tokoh muda berusia 35 hingga 53 tahun. Nama-nama ini dipilih dari yang sering muncul di media dan punya gagasan bagus tapi tidak terikat kasus hukum.
Sedangkan pemilihan usia 35 tahun didasarkan syarat minimal calon presiden dan 53 tahun sebagai batas psikologis calon presiden yang diterima publik. Penelitian dilakukan pada Agustus - Oktober 2012.
Selain tiga nama tadi, sejumlah tokoh yang masuk dalam survei Pol-Tracking adalah Pramono Anung Wibowo, Puan Maharani, Yenny Wahid, Sandiaga Uno, Anas Urbaningrum, Khofifah Indar Parawangsa, Harry Tanoesudibjo, Zulkifli Hasan, Lukman Hakim Saefuddin, Chairul Tanjung, Rio Capella, dan Anis Matta.
"Jokowi unggul di hampir semua kriteria," ujar Direktur Eksekutif Pol Tracking, Hanta Yuda dalam rilis survei Mencari Kandidat Muda Potensial 2014, Ahad, 7 Oktober 2012.
Menurut Hanta ada 13 aspek yang dinilai, di antaranya integritas; kapabilitas dan intelektualitas; visioner; kemampuan kepemimpinan; pengalaman; keberanian mengambil keputusan; komunikasi publik; komunikasi elite; kematangan emosi; akseptabilitas publik; dan penerimaan partai. Untuk seluruh aspek ini, Jokowi mendapat rapor 78,6 persen.
Dua nama lain yang juga dijagokan oleh pakar yang terdiri dari akademisi, pegiat LSM, budayawan, tokoh masyarakat, pemuda, dan politikus adalah Rektor Universitas Paramadina, Anies Baswedan dan mantan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Anies memperoleh nilai 73,2 perden dan Sri Mulyani 70,2 persen.
Dalam survei terbatas ini, Pol Tracking mengajukan sejumlah tokoh muda berusia 35 hingga 53 tahun. Nama-nama ini dipilih dari yang sering muncul di media dan punya gagasan bagus tapi tidak terikat kasus hukum.
Sedangkan pemilihan usia 35 tahun didasarkan syarat minimal calon presiden dan 53 tahun sebagai batas psikologis calon presiden yang diterima publik. Penelitian dilakukan pada Agustus - Oktober 2012.
Selain tiga nama tadi, sejumlah tokoh yang masuk dalam survei Pol-Tracking adalah Pramono Anung Wibowo, Puan Maharani, Yenny Wahid, Sandiaga Uno, Anas Urbaningrum, Khofifah Indar Parawangsa, Harry Tanoesudibjo, Zulkifli Hasan, Lukman Hakim Saefuddin, Chairul Tanjung, Rio Capella, dan Anis Matta.
Menurut Hanta, dari 13 kriteria yang diuji, tokoh dari luar partai terbukti memiliki penerimaan publik yang lebih luas. Salah satu alasannya politikus di luar partai dianggap lebih pihak pada masyarakat.
Pakar Psikologi Politik, Universitas Indonesia, Hamdi Muluk mengatakan munculnya capres alternatif ini harus menjadi perhatian serius partai. Partai juga harus belajar dari kemenangan Joko Widodo dalam Pilkada DKI Jakarta. Kemunculan Jokowi, kata dia, menunjukkan publik sudah semakin sadar dan melek dalam berpolitik.
Pakar Psikologi Politik, Universitas Indonesia, Hamdi Muluk mengatakan munculnya capres alternatif ini harus menjadi perhatian serius partai. Partai juga harus belajar dari kemenangan Joko Widodo dalam Pilkada DKI Jakarta. Kemunculan Jokowi, kata dia, menunjukkan publik sudah semakin sadar dan melek dalam berpolitik.
Langganan:
Postingan (Atom)