Tampilkan postingan dengan label sejarah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label sejarah. Tampilkan semua postingan

Selasa, 03 September 2013

Harga Kedelai Tertinggi Sepanjang Sejarah

Akhir-akhir ini kita kembali dikejutkan dengan meroketnya harga komoditas kedelai yang rata-rata mencapai Rp 9.200 per kilogram (kg). Naiknya harga kedelai tidak lepas dari melemahnya nilai tukar Rupiah dan ulah importir nakal yang menahan pasokan hingga terjadi kelangkaan.

Melonjaknya harga kedelai ini sudah memasuki fase mengkhawatirkan. Hal itu diungkapkan Ketua Umum Asosiasi Tempe (Gakoptindo), Aip Syarifudin kepada merdeka.com, Jakarta, Senin (2/9) malam.

"Tahun ini paling tinggi sepanjang sejarah harga kedelai ya hingga mencapai kisaran Rp 8.900 - Rp 9.600 per kg," ujarnya. Selanjutnya *

Jumat, 30 Agustus 2013

Rusdi Kirana Bangga Catatkan Transaksi Terbesar dalam Sejarah Penerbangan‬

JAKARTA - CEO Lion Air Rusdi Kirana berbagi pengalaman saat dirinya menandatangani kontrak dengan dua perusahaan produsen pesawat ternama asal Perancis dan Amerika Serikat, yaitu Airbus dan Boeing.

Karena baginya, membawa Indonesia di atas podium Istana Elysee, Perancis, adalah satu kehormatan yang dengan penuh ketulusan ingin ia persembahkan untuk Negeri ini.

Ini adalah satu dari tiga kehormatan yang dirasakan Rusdi Kirana. Dua lainnya yaitu saat menerima undangan dari Komite Konvensi Partai Demokrat, dan satu lagi, ketika memutuskan tidak ikut konvensi karena memberi jalan pada figur terbaik untuk menjadi calon pemimpin bangsa ini. Selanjutnya *

Sabtu, 04 Mei 2013

'SANG KIAI', Kisah Perjuangan Untuk Agama Dan Bangsa

Dilatarbelakangi sebuah harapan untuk mengangkat peran kaum agamis dalam sejarah Indonesia, RAPI FILMS menghadirkan film SANG KIAI, sebuah film kolosal yang mengangkat kisah perjuangan ulama kharismatik pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari, yang juga menjadi tokoh kunci dalam menggerakan santri-santri dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan.

Tak sekadar mengangkat cerita mengenai tokoh Sang Kiai, film karya Rako Prijanto ini juga mengangkat peran dan perjuangan SANG KIAI di era 1942 sampai 1947 lewat Resolusi Jihad-nya serta perjuangan orang-orang di sekitarnya. K.H. Wahid Hasyim, putra Sang Kiai, bersama-sama dengan para santri, yang dikomandoi oleh Harun berusaha mencari jalan keluar dengan caranya masing-masing untuk membebaskan Sang Kiai dari tangkapan serdadu Jepang.

Cara diplomasi yang dijalankan putra Sang Kiai ternyata sangat berbeda dengan Harun yang lebih memilih cara emosional anak muda yang berapi-api. Tekad yang kuat membela agama dan bangsa yang dicabik-cabik penjajah mendorong Harun bersama dua sahabatnya, Hamzah dan Abdi berjuang sampai ke Surabaya.

"Dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia peranan kaum agamis kurang terangkat, sementara kaum ini memiliki andil yang sangat besar. Bahkan dasar negara Pancasila dalam sila pertama menyebutkan Ketuhanan yang Maha Esa yang berarti bahwa masyarakat Indonesia adalah masyarakat agamis," ujar Rako Prijanto, sutradara sekaligus penggagas film SANG KIAI.

Sementara menurut Gope T. Samtani, produser film ini, cerita tokoh kepahlawanan dari sejarah jarang ditampilkan sehingga nyaris kalah dengan cerita kepahlawanan fiksi dari luar negeri. Hal inilah yang menarik perhatian Gope untuk mengangkat cerita seorang Pahlawan Nasional.

Menampilkan sederetan aktor dan aktris papan atas dengan kemampuan akting yang tidak diragukan lagi seperti Ikranagara, Christine Hakim, Agus Kuncoro, Adipati Dolken, Dimas Aditya, serta pendatang baru Meriza Febriani.

“Tidak ada kandidat lain kecuali Ikranagara untuk memerankan karakter K.H. Hasyim Asy’ari. Karena disamping secara usia mendekati real karakternya, keadaan fisik dan wajah yang bisa didekatkan ke karakter juga kemampuan aktingnya. Kendala terberat karena ini film sejarah yang tokoh karakternya pernah hidup maka kita harus mencari semirip mungkin tapi juga harus professional,” jelas Rako.

Memakan waktu cukup panjang dalam menyelesaikan film ini. Shooting kurang lebih 60 hari, 2,5 tahun untuk pra-production serta 6 bulan masa post production. Persiapan 2,5 tahun ini dikarenakan pesiapannya dalam mencari bahan informasi, pencarian lokasi, pemain yang sesuai dengan karakter. Syuting film berlatar belakang tahun 1940-an ini mengambil lokasi di Kediri, Gondang, Magelang, Ambarawa dan Semarang.

Film ini menjadi lebih istimewa dengan hadirnya suara grup band papan atas, Ungu, yang akan mengisisoundtrack-nya. Khusus untuk film ini, Ungu menciptakan dua judul lagu berjudul Bila Tiba dan Bunga.

"Hadirnya film SANG KIAI ini diharapkan tak hanya sekadar menghibur dan mendidik saja, namun juga bagi generasi muda khususnya dapat mengenal siapa K.H. Hasyim Asy’ari dan memahami bagaimanapemikiran dan perjuangan beliau untuk agama dan bangsa Indonesia.

Saksikan film SANG KIAI di seluruh bioskop Indonesia mulai 30 Mei 2013!

Rabu, 08 Agustus 2012

Imam Masjid Kota Joplin Orang Indonesia Bernama Lahmuddin

Sebuah masjid di Joplin, Missouri, AS dibakar orang tak dikenal. Seluruh bangunan masjid habis dilalap si jago merah. Pelaku pembakaran tengah dilacak FBI.

Namun di balik terbakarnya masjid itu, ada kisah lain yang terungkap. Imam masjid Kota Joplin itu ternyata orang Indonesia bernama Lahmuddin. Pria berusia 45-an tahun ini sudah 4 tahun menjadi imam di masjid itu.

"Insya Allah ada hikmah yang bisa kita ambil dari peristiwa ini. Doakan kami mendapat yang lebih baik," terang doktor sejarah lulusan Arkansas University ini saat berbincang dengan detikcom, Rabu (8/8/2012).

Lahmuddin bercerita awal mula dia bisa 'terdampar' di AS. Dahulu, pada 1995 dia mendapat beasiswa Fullbright untuk mengambil program master dari Universitas Arkansas. Dia kuliah hingga 1997, kemudian pulang ke Indonesia.

"Pada 1998, saya mendapat beasiswa program S3 dari Universitas Arkansas," jelas Lahmuddin.

Selesai menempuh pendidikan doktor, pada 2004, dia menjadi terbang ke New York, karena ditawari menjadi imam masjid warga Indonesia di kota Big Apple itu. Pada 2008, Lahmuddin kembali pulang ke Indonesia dan mengajar di almamaternya di IAIN Sumut.

Saat itu, sebelum pulang, dia mendapat tawaran untuk menjadi imam masjid di Joplin, Missouri. Kebetulan di kota itu, banyak dokter asal Pakistan dan India serta beberapa negara lain di Timur Tengah yang bekerja di Joplin.

Mereka baru membeli gereja yang tidak terpakai, dan dialihfungsikan menjadi masjid. Nah, masjid itu membutuhkan seorang imam. Lahmuddin yang ditawari bersedia, namun meminta agar suratnya sebagai religius worker diurus.

"Ketika saya pulang pada 1998, ternyata jamaah masjid itu mengurus surat itu. Sebelum Ramadan 2008, saya terbang ke Joplin dengan surat dan dokumen yang telah selesai diurus," imbuhnya.

Tidak ada warga Indonesia di kota itu. Hanya Lahmuddin serta 5 anaknya dan sang istri saja yang berasal dari Indonesia. Warga Muslim yang lain merupakan dokter dari negara-negara Pakistan, India dan lainnya.

"Di masjid, belajar agama bagi anak-anak, mengajar Alquran, dan untuk beribadah," tutur Lahmuddin.

Pembakaran oleh orang tidak dikenal itu memang di luar dugaan. Selama ini tidak pernah ada teror atau gangguan kepada jamaah. Lepas dari itu, jamaah masjid itu menerima dengan ikhlas apa yang terjadi sebagai ketentuan yang kuasa.

"Ada pemimpin gereja yang menawarkan tempat untuk beribadah di Ramadan ini. Ada juga imam masjid di kota lain, tapi kita memakai rumah jamaah untuk salat tarawih," jelas Lahmuddin.

Lebaran kali ini dia pun tak akan mudik ke Indonesia. Lahmuddin dan warga Muslim lainnya memilih merayakan Lebaran di Joplin dalam keterbatasan.

"Doakan kami bisa lebih baik," tutur Lahmuddin yang saat dihubungi baru akan melaksanakan sahur.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
//** Like Button FB **//
//** Like Button FB **//