Tampilkan postingan dengan label doktor. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label doktor. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 31 Agustus 2013

Wisudawan Doktor Tercepat-Termuda (28 Tahun) dan Tiga Bersaudara Doktor UI

DEPOK - Seorang wisudawan Pascasarjana Universitas Indonesia peraih gelar doktor berhasil memecahkan rekor.

Pada usia 28 tahun, Ahmad Redi berhasil menuntaskan disertasinya dan menjadi peraih gelar doktor tercepat dan termuda dalam sejarah Fakultas Hukum UI.

Dalam waktu 3 tahun, Redi tercatat mampu menyelesaikan studinya dengan predikat cum laude, IPK 3,80.

Hal menarik lainnya dalam Upacara Wisuda UI Program Pascasarjana 31 Agustus 2013 ini adalah tiga kakak beradik lulus doktoral secara bersamaan.

Mereka adalah Donny Tjahja Rimbawan yang lulus sebagai Doktor Ilmu Politik. Lalu Firman Kurniawan dan Guntur Freddy Prisanto, sebagai Doktor Filsafat. Sumber *

Senin, 24 Desember 2012

Mobil Tucuxi Dahlan Iskan Akan Diproduksi di Jogja

Mobil listrik merk Tucuxi yang kini dipakai Menteri BUMN, Dahlan Iskan, dipastikan bakal diproduksi di Jogja. Produksi mobil ciptaan Danet Suryatama itu membutuhkan ratusan tenaga kerja.

Mobil listrik Tucuxi bakal diproduksi massal untuk mengangkat produk otomotif lokal. Dahlan Iskan menyebutkan, mobil itu sudah dipesan sebanyak 100 unit. Di antara pemesan itu termasuk duta besar dari Eropa yang akan memboyong mobil mirip Ferrari itu ke Benua Biru. Danet Suryatama, si perancang mobil listrik dikonfirmasi Harian Jogja, Minggu (23/12) memastikan, produksi mobil listri berharga miliaran rupiah itu bakal dilakukan di Jogja.

Jogja dipilih karena kota ini sebagai salah satu kota perjuangan. Pria bergelar doktor lulusan University of Michigan USA itu mengakui ingin memberikan yang terbaik bagi Indonesia di kota perjuangan. Alasan lainya karena Jogja memiliki banyak tenaga terampil yang dapat mendukung proses produksi.

“Kan ada Semarang ke sana tak sampai satu hari. Jogja cukup strategis karena di Jawa dan letaknya di tengah, saya ingin memberi yang terbaik bagi Indonesia di kota ini,” ungkap President and Founder Elektrik Car, LLC yang berbasis di Amerika serikat itu.

Rabu, 08 Agustus 2012

Imam Masjid Kota Joplin Orang Indonesia Bernama Lahmuddin

Sebuah masjid di Joplin, Missouri, AS dibakar orang tak dikenal. Seluruh bangunan masjid habis dilalap si jago merah. Pelaku pembakaran tengah dilacak FBI.

Namun di balik terbakarnya masjid itu, ada kisah lain yang terungkap. Imam masjid Kota Joplin itu ternyata orang Indonesia bernama Lahmuddin. Pria berusia 45-an tahun ini sudah 4 tahun menjadi imam di masjid itu.

"Insya Allah ada hikmah yang bisa kita ambil dari peristiwa ini. Doakan kami mendapat yang lebih baik," terang doktor sejarah lulusan Arkansas University ini saat berbincang dengan detikcom, Rabu (8/8/2012).

Lahmuddin bercerita awal mula dia bisa 'terdampar' di AS. Dahulu, pada 1995 dia mendapat beasiswa Fullbright untuk mengambil program master dari Universitas Arkansas. Dia kuliah hingga 1997, kemudian pulang ke Indonesia.

"Pada 1998, saya mendapat beasiswa program S3 dari Universitas Arkansas," jelas Lahmuddin.

Selesai menempuh pendidikan doktor, pada 2004, dia menjadi terbang ke New York, karena ditawari menjadi imam masjid warga Indonesia di kota Big Apple itu. Pada 2008, Lahmuddin kembali pulang ke Indonesia dan mengajar di almamaternya di IAIN Sumut.

Saat itu, sebelum pulang, dia mendapat tawaran untuk menjadi imam masjid di Joplin, Missouri. Kebetulan di kota itu, banyak dokter asal Pakistan dan India serta beberapa negara lain di Timur Tengah yang bekerja di Joplin.

Mereka baru membeli gereja yang tidak terpakai, dan dialihfungsikan menjadi masjid. Nah, masjid itu membutuhkan seorang imam. Lahmuddin yang ditawari bersedia, namun meminta agar suratnya sebagai religius worker diurus.

"Ketika saya pulang pada 1998, ternyata jamaah masjid itu mengurus surat itu. Sebelum Ramadan 2008, saya terbang ke Joplin dengan surat dan dokumen yang telah selesai diurus," imbuhnya.

Tidak ada warga Indonesia di kota itu. Hanya Lahmuddin serta 5 anaknya dan sang istri saja yang berasal dari Indonesia. Warga Muslim yang lain merupakan dokter dari negara-negara Pakistan, India dan lainnya.

"Di masjid, belajar agama bagi anak-anak, mengajar Alquran, dan untuk beribadah," tutur Lahmuddin.

Pembakaran oleh orang tidak dikenal itu memang di luar dugaan. Selama ini tidak pernah ada teror atau gangguan kepada jamaah. Lepas dari itu, jamaah masjid itu menerima dengan ikhlas apa yang terjadi sebagai ketentuan yang kuasa.

"Ada pemimpin gereja yang menawarkan tempat untuk beribadah di Ramadan ini. Ada juga imam masjid di kota lain, tapi kita memakai rumah jamaah untuk salat tarawih," jelas Lahmuddin.

Lebaran kali ini dia pun tak akan mudik ke Indonesia. Lahmuddin dan warga Muslim lainnya memilih merayakan Lebaran di Joplin dalam keterbatasan.

"Doakan kami bisa lebih baik," tutur Lahmuddin yang saat dihubungi baru akan melaksanakan sahur.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
//** Like Button FB **//
//** Like Button FB **//