Tampilkan postingan dengan label terbakar. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label terbakar. Tampilkan semua postingan
Minggu, 28 Desember 2014
Jumat, 09 Agustus 2013
Pengemudi Honda City yang Terbalik & Terbakar Dilarikan ke RS
Jakarta - Honda City dengan nopol B 300 US terbalik dan terbakar di Tol Jakarta-Tangerang (Janger) KM 2.800 di Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Pengemudi mobil tersebut langsung dilarikan ke Rumah Sakit (RS) untuk mendapatkan perawatan.
Sang pengemudi diketahui bernama Rizal Sumargono Ramli warga Jl Hayam Wuruk, Jakarta Barat. Rizal diduga mengantuk saat mengendarai Honda City itu, akibatnya mobil yang dikendarainya menabrak pembatas jalan dan lalu terbalik. Tak lama, mobil tersebut terbakar.
"Pengemudinya kini dibawa ke RS Al Qadr, Tangerang. Belum diketahui seberapa parah luka yang dialaminya," ujar seorang petugas Jasa Marga Rafli saat dikonfirmasi detikcom, Jumat (9/8/2013). Selanjutnya *
Sang pengemudi diketahui bernama Rizal Sumargono Ramli warga Jl Hayam Wuruk, Jakarta Barat. Rizal diduga mengantuk saat mengendarai Honda City itu, akibatnya mobil yang dikendarainya menabrak pembatas jalan dan lalu terbalik. Tak lama, mobil tersebut terbakar.
"Pengemudinya kini dibawa ke RS Al Qadr, Tangerang. Belum diketahui seberapa parah luka yang dialaminya," ujar seorang petugas Jasa Marga Rafli saat dikonfirmasi detikcom, Jumat (9/8/2013). Selanjutnya *
Sabtu, 20 Juli 2013
Inkubator Rusak, Bayi di Dalamnya Terpanggang
Beijing - Bayi yang baru lahir meninggal karena luka bakar dalam inkubator yang rusak di sebuah rumah sakit di Cina. Foto bayi yang hangus beredar luas di Weibo, Twitter ala Cina.
Dalam foto itu, seorang bayi merah terlihat tertelungkup di atas selimut putih di atas meja. Punggung dan kakinya berwarna coklat gelap terbakar. Kaki kecilnya terlihat berjelaga. Staf rumah sakit tampaknya merenung di sekitar meja, saat beberapa orang mengambil foto tragis itu sebelum mengunggahnya ke situs jejaring sosial negeri itu.
Menurut Beijingcream.com, bayi itu meninggal di Rumah Sakit Anak Quanzhou di Quanzhou, provinsi Fujian, di pantai timur selatan China. Media ini melaporkan bayi itu ditempatkan di inkubator semalam sebelumnya sebagai tindakan pencegahan karena tubuhnya mendingin tak lama setelah dilahirkan.
Bayi itu kemudian dibiarkan semalam dalam inkubator yang memiliki bantalan hangat. Rupanya, suhu bantalan ini terlalu panas. Media ini mengomentari insiden itu sebagai 'kecelakaan mengerikan'.
Dalam foto itu, seorang bayi merah terlihat tertelungkup di atas selimut putih di atas meja. Punggung dan kakinya berwarna coklat gelap terbakar. Kaki kecilnya terlihat berjelaga. Staf rumah sakit tampaknya merenung di sekitar meja, saat beberapa orang mengambil foto tragis itu sebelum mengunggahnya ke situs jejaring sosial negeri itu.
Menurut Beijingcream.com, bayi itu meninggal di Rumah Sakit Anak Quanzhou di Quanzhou, provinsi Fujian, di pantai timur selatan China. Media ini melaporkan bayi itu ditempatkan di inkubator semalam sebelumnya sebagai tindakan pencegahan karena tubuhnya mendingin tak lama setelah dilahirkan.
Bayi itu kemudian dibiarkan semalam dalam inkubator yang memiliki bantalan hangat. Rupanya, suhu bantalan ini terlalu panas. Media ini mengomentari insiden itu sebagai 'kecelakaan mengerikan'.
Label:
bantalan,
bayi,
Beijing,
coklat,
gelap,
Inkubator,
kaki,
kecelakaan,
luka bakar,
mendingin,
mengerikan,
meninggal,
pencegahan,
punggung,
Rumah Sakit Anak Quanzhou,
Rusak,
terbakar,
Terpanggang,
Weibo
Rabu, 08 Agustus 2012
Imam Masjid Kota Joplin Orang Indonesia Bernama Lahmuddin
Sebuah masjid di Joplin, Missouri, AS dibakar orang tak dikenal. Seluruh bangunan masjid habis dilalap si jago merah. Pelaku pembakaran tengah dilacak FBI.
Namun di balik terbakarnya masjid itu, ada kisah lain yang terungkap. Imam masjid Kota Joplin itu ternyata orang Indonesia bernama Lahmuddin. Pria berusia 45-an tahun ini sudah 4 tahun menjadi imam di masjid itu.
"Insya Allah ada hikmah yang bisa kita ambil dari peristiwa ini. Doakan kami mendapat yang lebih baik," terang doktor sejarah lulusan Arkansas University ini saat berbincang dengan detikcom, Rabu (8/8/2012).
Lahmuddin bercerita awal mula dia bisa 'terdampar' di AS. Dahulu, pada 1995 dia mendapat beasiswa Fullbright untuk mengambil program master dari Universitas Arkansas. Dia kuliah hingga 1997, kemudian pulang ke Indonesia.
"Pada 1998, saya mendapat beasiswa program S3 dari Universitas Arkansas," jelas Lahmuddin.
Selesai menempuh pendidikan doktor, pada 2004, dia menjadi terbang ke New York, karena ditawari menjadi imam masjid warga Indonesia di kota Big Apple itu. Pada 2008, Lahmuddin kembali pulang ke Indonesia dan mengajar di almamaternya di IAIN Sumut.
Saat itu, sebelum pulang, dia mendapat tawaran untuk menjadi imam masjid di Joplin, Missouri. Kebetulan di kota itu, banyak dokter asal Pakistan dan India serta beberapa negara lain di Timur Tengah yang bekerja di Joplin.
Mereka baru membeli gereja yang tidak terpakai, dan dialihfungsikan menjadi masjid. Nah, masjid itu membutuhkan seorang imam. Lahmuddin yang ditawari bersedia, namun meminta agar suratnya sebagai religius worker diurus.
"Ketika saya pulang pada 1998, ternyata jamaah masjid itu mengurus surat itu. Sebelum Ramadan 2008, saya terbang ke Joplin dengan surat dan dokumen yang telah selesai diurus," imbuhnya.
Tidak ada warga Indonesia di kota itu. Hanya Lahmuddin serta 5 anaknya dan sang istri saja yang berasal dari Indonesia. Warga Muslim yang lain merupakan dokter dari negara-negara Pakistan, India dan lainnya.
"Di masjid, belajar agama bagi anak-anak, mengajar Alquran, dan untuk beribadah," tutur Lahmuddin.
Pembakaran oleh orang tidak dikenal itu memang di luar dugaan. Selama ini tidak pernah ada teror atau gangguan kepada jamaah. Lepas dari itu, jamaah masjid itu menerima dengan ikhlas apa yang terjadi sebagai ketentuan yang kuasa.
"Ada pemimpin gereja yang menawarkan tempat untuk beribadah di Ramadan ini. Ada juga imam masjid di kota lain, tapi kita memakai rumah jamaah untuk salat tarawih," jelas Lahmuddin.
Lebaran kali ini dia pun tak akan mudik ke Indonesia. Lahmuddin dan warga Muslim lainnya memilih merayakan Lebaran di Joplin dalam keterbatasan.
"Doakan kami bisa lebih baik," tutur Lahmuddin yang saat dihubungi baru akan melaksanakan sahur.
Namun di balik terbakarnya masjid itu, ada kisah lain yang terungkap. Imam masjid Kota Joplin itu ternyata orang Indonesia bernama Lahmuddin. Pria berusia 45-an tahun ini sudah 4 tahun menjadi imam di masjid itu.
"Insya Allah ada hikmah yang bisa kita ambil dari peristiwa ini. Doakan kami mendapat yang lebih baik," terang doktor sejarah lulusan Arkansas University ini saat berbincang dengan detikcom, Rabu (8/8/2012).
Lahmuddin bercerita awal mula dia bisa 'terdampar' di AS. Dahulu, pada 1995 dia mendapat beasiswa Fullbright untuk mengambil program master dari Universitas Arkansas. Dia kuliah hingga 1997, kemudian pulang ke Indonesia.
"Pada 1998, saya mendapat beasiswa program S3 dari Universitas Arkansas," jelas Lahmuddin.
Selesai menempuh pendidikan doktor, pada 2004, dia menjadi terbang ke New York, karena ditawari menjadi imam masjid warga Indonesia di kota Big Apple itu. Pada 2008, Lahmuddin kembali pulang ke Indonesia dan mengajar di almamaternya di IAIN Sumut.
Saat itu, sebelum pulang, dia mendapat tawaran untuk menjadi imam masjid di Joplin, Missouri. Kebetulan di kota itu, banyak dokter asal Pakistan dan India serta beberapa negara lain di Timur Tengah yang bekerja di Joplin.
Mereka baru membeli gereja yang tidak terpakai, dan dialihfungsikan menjadi masjid. Nah, masjid itu membutuhkan seorang imam. Lahmuddin yang ditawari bersedia, namun meminta agar suratnya sebagai religius worker diurus.
"Ketika saya pulang pada 1998, ternyata jamaah masjid itu mengurus surat itu. Sebelum Ramadan 2008, saya terbang ke Joplin dengan surat dan dokumen yang telah selesai diurus," imbuhnya.
Tidak ada warga Indonesia di kota itu. Hanya Lahmuddin serta 5 anaknya dan sang istri saja yang berasal dari Indonesia. Warga Muslim yang lain merupakan dokter dari negara-negara Pakistan, India dan lainnya.
"Di masjid, belajar agama bagi anak-anak, mengajar Alquran, dan untuk beribadah," tutur Lahmuddin.
Pembakaran oleh orang tidak dikenal itu memang di luar dugaan. Selama ini tidak pernah ada teror atau gangguan kepada jamaah. Lepas dari itu, jamaah masjid itu menerima dengan ikhlas apa yang terjadi sebagai ketentuan yang kuasa.
"Ada pemimpin gereja yang menawarkan tempat untuk beribadah di Ramadan ini. Ada juga imam masjid di kota lain, tapi kita memakai rumah jamaah untuk salat tarawih," jelas Lahmuddin.
Lebaran kali ini dia pun tak akan mudik ke Indonesia. Lahmuddin dan warga Muslim lainnya memilih merayakan Lebaran di Joplin dalam keterbatasan.
"Doakan kami bisa lebih baik," tutur Lahmuddin yang saat dihubungi baru akan melaksanakan sahur.
Label:
Arkansas University,
AS,
beasiswa,
doktor,
FBI,
Fullbright,
habis,
IAIN Sumut,
Imam,
Joplin,
kisah,
Lahmuddin,
Masjid,
Missouri,
sejarah,
terbakar
Langganan:
Postingan (Atom)