Jakarta:Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo memuji Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo yang berhasil menurunkan laju inflasi Provinsi DKI Jakarta selama dua kuartal di tahun 2013. Joko Widodo, menurut Agus, telah memberikan prioritas pada pengendalian tingkat inflasi daerah yang dipimpinnya.
"Dia pengendali inflasi Provinsi DKI Jakarta yang terbaik," kata Agus di kantornya, Jumat, 13 September 2013. Ia pun mengapresiasi beberapa kepala daerah yang telah berkomitmen menekan inflasi. Untuk itu, kata dia, langkah tersebut perlu dilakukan oleh kepala daerah lain yang belum berfokus untuk menekan laju inflasi di daerahnya.
Agus mengatakan Provinsi DKI Jakarta berperan 22,5 persen terhadap inflasi nasional dan menyumbang 18 persen kepada pertumbuhan ekonomi nasional. Berdasarkan data Bank Indonesia, ia mengatakan sepanjang 2011 dan 2012 inflasi Provinsi DKI Jakarta selalu lebih tinggi dari inflasi nasional. "Sementara selama dua kuartal terakhir 2013, inflasi Jakarta lebih rendah dibandingkan inflasi nasional," kata dia. Selanjutnya *
Tampilkan postingan dengan label inflasi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label inflasi. Tampilkan semua postingan
Minggu, 15 September 2013
Kamis, 01 Agustus 2013
MUI: Konsumerisme Umat Islam Jelang Lebaran Wajar
Jakarta (Antara) - Ketua Majelis Ulama Indonesia Slamet Effendi Yusuf menilai sikap konsumerisme umat Islam menjelang hari raya Lebaran merupakan hal yang wajar, karena dianggap sebagai budaya yang berkaitan dengan ibadah.
"Saya memandang perilaku umat Islam yang seperti ini masih wajar, karena sekonsumerismenya mereka itu tidak seberapa dibandingkan orang lain yang membeli rumah di luar negeri. Jadi itu adalah perilaku budaya yang biasa," kata Slamet Effendi Yusuf di Jakarta, Selasa.
"Saya memandang perilaku umat Islam yang seperti ini masih wajar, karena sekonsumerismenya mereka itu tidak seberapa dibandingkan orang lain yang membeli rumah di luar negeri. Jadi itu adalah perilaku budaya yang biasa," kata Slamet Effendi Yusuf di Jakarta, Selasa.
Label:
budaya,
dikhawatirkan,
ibadah,
inflasi,
Islam,
Jelang,
kenaikan bbm,
Konsumerisme,
Lebaran,
luar negeri,
MUI,
perencanaan,
rumah,
sekonsumerismenya,
Slamet Effendi Yusuf,
strategi,
umat,
Wajar
Jumat, 22 Februari 2013
Elpiji Naik, Golongan Mampu Beralih ke Elpiji Subsidi
Sejumlah ekonom menyatakan, rencana kenaikan harga gas elpiji 12 kilogram akan membuat inflasi naik. Meskipun diperkirakan tak terlalu besar dan tak menghambat pertumbuhan ekonomi, dampak langsung terhadap masyarakat lebih dikhawatirkan.
"Kenaikan harga gas pasti tidak berhenti sampai situ. Harga makanan di warung makan di perkotaan pasti ikut naik karena mereka kebanyakan menggunakan elpiji 12 kilogram," kata ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance, Ahmad Erani Yustika, ketika dihubungi Tempo, Kamis, 21 Januari 2013.
Kepala Ekonom Bank Mandiri Destry Damayanti mengatakan, sumbangan komponen elpiji 12 kilogram terhadap inflasi tidak terlalu terasa. Berbeda dengan bahan bakar minyak yang berpengaruh signifikan.
"Setiap harga BBM naik 10 persen, inflasi akan naik sekitar 0,5 persen sampai 0,7 persen. Kalau elpiji, setiap naik 10 persen, dampaknya menaikkan inflasi sekitar 0,2 persen," kata Destry ketika dihubungi secara terpisah.
Destry justru mengkhawatirkan ekses di masyarakat jika harga dinaikkan. Misalnya, penyimpangan gas bersubsidi dengan pengoplosan gas dari tabung 3 kilogram, yang bersubsidi, dipindahkan ke tabung 12 kilogram yang nonsubsidi.
Dia juga memperkirakan akan ada pergeseran konsumsi elpiji. Misalnya, konsumen yang tergolong mampu dan selama ini menggunakan elipiji nonsubsidi bergeser ke elpiji bersubsidi.
"Kenaikan harga gas di segmen atas diharapkan membuat konsumen melakukan efisiensi, tetapi mungkin akan ada sebagian yang justru beralih ke gas yang lebih murah," kata Destry.
Erani mengakui kenaikan harga ini dipicu oleh kenaikan harga gas di pasar internasional karena kebutuhan elpiji masih banyak dipenuhi dari impor. Namun, harus dikaji apakah ketergantungan impor ini dipengaruhi kontrak ekspor gas jangka panjang sehingga menyebabkan pasokan dalam negeri kurang. "Kalau iya, saya rasa tidak adil masyarakat yang dibebani," kata Erani.
Sumber: *
Label:
12kg,
3kg,
Bank Mandiri,
Destry Damayanti,
ELpiji,
golongan,
inflasi,
Institute for Development of Economics and Finance,
mampu,
naik,
pengoplosan,
warung makan
Selasa, 11 September 2012
"Bahan bakar minyak tidak jadi naik, tapi inflasi terjadi. Siapa yang menderita? Rakyat!" kata Menteri Keuangan Agus Martowardojo, Sambil Menggebrak Meja
Berlarut-larutnya rapat kerja Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2013 tak urung membuat Menteri Keuangan Agus Martowardojo kesal.
Mantan Direktur Utama Bank Mandiri ini pun menggebrak meja lantaran anggota Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat tak juga menyepakati pembahasan asumsi ekonomi makro untuk menentukan anggaran. "Bahan bakar minyak tidak jadi naik, tapi inflasi terjadi. Siapa yang menderita? Rakyat!" kata dia sambil menggebrak meja.
Label:
2013,
Agus Martowardojo,
Bahan bakar minyak,
Direktur Utama Bank Mandiri,
DPR,
ekonomi makro,
inflasi,
Komisi XI,
mantan,
menggebrak meja,
Menteri Keuangan,
RAPBN
Langganan:
Postingan (Atom)