JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo selalu merajai hasil survei terkait calon presiden pada Pemilu 2014. Di tengah tingkat elektabilitas Jokowi yang kian melesat ini, muncul sejumlah isu yang mempertanyakan apakah Joko Widodo (Jokowi) merupakan kader PDI Perjuangan. Sebab karir Jokowi sangat cepat dari menjabat sebagai Walikota Solo lalu memimpin Ibukota.
Politisi senior PDI Perjuangan Sabam Sirait menegaskan Jokowi bukanlah kader yang muncul tiba-tiba. Jokowi sudah sejak lama terlibat dalam proses kaderisasi partai dan bukan tanpa alasan dimajukan dalam Pilkada Solo hingga dua periode. Kini Jokowi menjabat di struktur PDI Perjuangan Jawa Tengah.
"Jokowi itu kader murni PDI Perjuangan," kata Sabam dalam keterangan yang diterima Tribunnews.com, Minggu (4/8/2013).
Jokowi, lanjut Sabam, pun akhirnya ditugaskan oleh Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati, untuk memperbaiki kondisi Ibukota. Menurut Sabam, hal itu juga bukan tanpa alasan. Selama memimpin Solo, Jokowi berhasil menata kota budaya itu dengan baik, dan di saat yang sama Jokowi menampilkan figur yang bersih, jujur dan merakyat.
"Bila saja ada setengahnya kepala daerah seperti Jokowi di Indonesia, maka Indonesia akan maju dan akan mengalahkan kemajuan Malasyia, Singapura dan Thailand," puji Sabam, yang merupakan deklarator sekaligus juga ideolog PDI Perjuangan. Selanjutnya *
Tampilkan postingan dengan label budaya. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label budaya. Tampilkan semua postingan
Senin, 05 Agustus 2013
Bila Banyak Pemimpin Seperti Jokowi, Indonesia Kalahkan Malaysia
Label:
Banyak,
bersih,
Bila,
budaya,
Indonesia,
Jawa Tengah,
Jokowi,
jujur,
kader,
Kalahkan,
Malaysia,
merakyat,
murni,
PDI Perjuangan,
pemimpin,
Sabam Sirait,
Seperti
Minggu, 04 Agustus 2013
Empat Kota Indonesia, Kandidat Kota Kreatif Unesco
Jakarta -Empat kota di Indonesia diusulkan menjadi kota kreatif kepada Unesco, lembaga PBB bidang pendidikan, ilmu pengetahuan dan budaya. Kota-kota ini diharapkan bisa mendapat pengakuan dunia. Prosesnya pada tahun ini dan diumumkan tahun depan.
Hal ini diungkapkan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu pada akhir Juli lalu di Jakarta. Menurut Mari, pihak kementrian pariwisata dan ekonomi kreatif sudah mengajukan berkas dan menunjuk konsultan untuk persiapan itu.
Empat kota, Bandung, Solo, Pekalongan dan Yogyakarta ini diusulkan untuk mendapat julukan sebagai creative city seperti yang diberikan kepada London dan Paris.”Empat kota ini dipilih karena dinilai maju dalam seni, industri kreatif dan desain,” kata Mari.
Nantinya, Unesco akan menerapkan kriteria untuk memenuhi syarat menjadi kota kreatif. Ada dua kriteria dikeluarkan Unesco, yakni kota kreatif berbasis seni kerajinan dan kota kreatif berbasis desain. Selanjutnya *
Hal ini diungkapkan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu pada akhir Juli lalu di Jakarta. Menurut Mari, pihak kementrian pariwisata dan ekonomi kreatif sudah mengajukan berkas dan menunjuk konsultan untuk persiapan itu.
Empat kota, Bandung, Solo, Pekalongan dan Yogyakarta ini diusulkan untuk mendapat julukan sebagai creative city seperti yang diberikan kepada London dan Paris.”Empat kota ini dipilih karena dinilai maju dalam seni, industri kreatif dan desain,” kata Mari.
Nantinya, Unesco akan menerapkan kriteria untuk memenuhi syarat menjadi kota kreatif. Ada dua kriteria dikeluarkan Unesco, yakni kota kreatif berbasis seni kerajinan dan kota kreatif berbasis desain. Selanjutnya *
Label:
Bandung,
budaya,
creative city,
desain,
eni kerajinan,
ilmu pengetahuan,
kandidat,
konsultan,
London,
Mari Elka Pangestu,
Paris,
Pekalongan,
pendidikan,
pengakuan dunia,
Solo,
Unesco,
Yogyakarta
Kamis, 01 Agustus 2013
MUI: Konsumerisme Umat Islam Jelang Lebaran Wajar
Jakarta (Antara) - Ketua Majelis Ulama Indonesia Slamet Effendi Yusuf menilai sikap konsumerisme umat Islam menjelang hari raya Lebaran merupakan hal yang wajar, karena dianggap sebagai budaya yang berkaitan dengan ibadah.
"Saya memandang perilaku umat Islam yang seperti ini masih wajar, karena sekonsumerismenya mereka itu tidak seberapa dibandingkan orang lain yang membeli rumah di luar negeri. Jadi itu adalah perilaku budaya yang biasa," kata Slamet Effendi Yusuf di Jakarta, Selasa.
"Saya memandang perilaku umat Islam yang seperti ini masih wajar, karena sekonsumerismenya mereka itu tidak seberapa dibandingkan orang lain yang membeli rumah di luar negeri. Jadi itu adalah perilaku budaya yang biasa," kata Slamet Effendi Yusuf di Jakarta, Selasa.
Label:
budaya,
dikhawatirkan,
ibadah,
inflasi,
Islam,
Jelang,
kenaikan bbm,
Konsumerisme,
Lebaran,
luar negeri,
MUI,
perencanaan,
rumah,
sekonsumerismenya,
Slamet Effendi Yusuf,
strategi,
umat,
Wajar
Langganan:
Postingan (Atom)