WASHINGTON - Pemerintah Amerika Serikat (AS), memasukkan dua orang Warga Negara Indonesia ke dalam Daftar Khusus Teroris Internasional lantaran keterlibatan mereka dengan kelompok, al Qaeda dan Jemaah Islamiyah Jemaah Anshorut Tauhid.
Kedua orang yang ditetapkan oleh Departemen Keuangan AS ke dalam Daftar Khusus Teroris Internasional itu adalah, Ahmad Sungkar, dan Afif Abdul Majid.
Ahmad Sungkar, menurut Pemerintah AS, terlibat dalam upaya penggalangan dana untuk Jemaah Islamiyah, dan Jemaah Anshorut Tauhid (JAT). Sementara Afif Abdul Majid dituduh melakukan perekrutan dan pelatihan teroris di Indonesia. Seperti dikutip dari Longwarjournal.org, Kamis (19/9/2013). Selanjutnya *
Tampilkan postingan dengan label internasional. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label internasional. Tampilkan semua postingan
Minggu, 22 September 2013
Minggu, 21 Juli 2013
Indonesia Sabet Emas dan Perak di Ajang Olimpiade Biologi Internasional
Jakarta - Prestasi harum kembali ditorehkan pelajar Indonesia di dunia internasional. Kali ini para pelajar Indonesia berhasil merebut 1 emas dan 3 perak di olimpiade biologi internasional di Bern, Swiss.
Dalam rilis yang diterima detikcom dari Kedutaan Besar Swiss, Minggu (21/7/2013), adalah Rhogerry Deshyka dari SMA Pribadi Bandung yang berhasil merebut medali emas di olimpiade Biologi yang digelar pada 14-21 Juli 2013 itu.
Sedangkan tiga rekannya yang lain, yaitu Muhammad Farhan Maruli (SMAN 78 Jakarta, Kezia Stevanie Tanfriana (SMAK BPK Penabur Gading Serpong) dan Titis Setiyohadi (SMA GBBS Gemolong, Sragen) masing-masing berhasil merebut medali perak.
Dalam rilis yang diterima detikcom dari Kedutaan Besar Swiss, Minggu (21/7/2013), adalah Rhogerry Deshyka dari SMA Pribadi Bandung yang berhasil merebut medali emas di olimpiade Biologi yang digelar pada 14-21 Juli 2013 itu.
Sedangkan tiga rekannya yang lain, yaitu Muhammad Farhan Maruli (SMAN 78 Jakarta, Kezia Stevanie Tanfriana (SMAK BPK Penabur Gading Serpong) dan Titis Setiyohadi (SMA GBBS Gemolong, Sragen) masing-masing berhasil merebut medali perak.
Label:
Ajang,
Albert Einstein,
Bern,
Biologi,
Djoko Susilo,
emas,
Indonesia,
internasional,
Kezia Stevanie Tanfriana,
Muhammad Farhan Maruli,
Olimpiade,
perak,
Rhogerry Deshyka,
Sabet,
Swiss,
Titis Setiyohadi
Kamis, 28 Februari 2013
Java Jazz Sudah Jadi Event Dunia
Memasuki usia ke sembilan, gelaran Java Jazz Festival 2013 terus mendapatkan banyak dukungan dari berbagai pihak. Event musik jazz tahunan berskala internasional ini memang sangat dinanti oleh masyarakat jazz tanah air, bahkan luar negeri.
"Saya bisa merasakan tiap orang memberikan kontribusinya di event ini," ucap Paul Dankmeyer, Program Director Java Festival Production (JFP) saat konferensi pers di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Rabu (27/2).
Pihak Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) melalui wakil menteri Sapta Nugraha bahwa pihaknya merupakan salah satu pendukung kegiatan ini.
"Kami sangat mendukung kegiatan ini, Java Jazz udah milik dunia. Promosi bukan di bidang seni, tapi juga menyatakan bahwa ini negara besar dan aman. Kami juga mendukung kehadiran bintang tamu. Jazz cepat berkolaborasi dengan musik lokal," lanjut Sapta.
Ditambahkan Dewi Gontha, Presiden Director JFP bahwa sejumlah 70 artis internasional akan menunjukkan kebolehannya di gelaran ini.
"Ada 70 artis internasional, udah ada beberapa aktifitas juga dari artis asing yang udah datang. Ada Java Jazz On The Move untuk mendukung acara ini, sampai hari Jumat besok," imbuh Dewi.
"Saya bisa merasakan tiap orang memberikan kontribusinya di event ini," ucap Paul Dankmeyer, Program Director Java Festival Production (JFP) saat konferensi pers di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Rabu (27/2).
Pihak Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) melalui wakil menteri Sapta Nugraha bahwa pihaknya merupakan salah satu pendukung kegiatan ini.
"Kami sangat mendukung kegiatan ini, Java Jazz udah milik dunia. Promosi bukan di bidang seni, tapi juga menyatakan bahwa ini negara besar dan aman. Kami juga mendukung kehadiran bintang tamu. Jazz cepat berkolaborasi dengan musik lokal," lanjut Sapta.
Ditambahkan Dewi Gontha, Presiden Director JFP bahwa sejumlah 70 artis internasional akan menunjukkan kebolehannya di gelaran ini.
"Ada 70 artis internasional, udah ada beberapa aktifitas juga dari artis asing yang udah datang. Ada Java Jazz On The Move untuk mendukung acara ini, sampai hari Jumat besok," imbuh Dewi.
Label:
2013,
Dewi Gontha,
dunia,
event,
Festival,
Hotel Borobudur,
internasional,
Java Jazz,
Java Jazz On The Move,
Kemenparekraf,
musik lokal,
Paul Dankmeyer,
Sapta Nugraha
Rabu, 05 Desember 2012
Skandal Aceng Fikri Bikin Garut Mendunia
Garut sudah terkenal dengan dodol dan domba. Tapi kali ini Garut menjadi lebih terkenal dengan kasus skandal pernikahan siri Bupati Garut Aceng Fikri dengan Fany Octora (18). Pernikahan yang bertahan 4 hari, dan memancing unjuk rasa warga menuntut mundurnya Aceng juga menjadi pemberitaan media internasional.
Berdasarkan penelusuran detikcom, Rabu (5/12/2012) dua kantor berita asing Associated Press (AP) dan Agence France de Press (AFP) pun menyorot kasus Aceng Fikri. 2 Kantor berita itu banyak dikutip media internasional lainnya.
Label:
4 hari,
Aceng Fikri,
AFP,
AP,
Bupati Garut,
dodol,
domba,
Fanu Octora,
Garut,
internasional,
mendunia,
mundur,
nikah siri,
skandal,
unjuk rasa
Sabtu, 18 Agustus 2012
Mahasiswa UNS Raih Juara Tingkat Internasional: Konsep Sekolah Alam
Empat mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo kembali mengukir sejarah membanggakan tingkat internasional. Mereka adalah Hana Afifah, Khairul Hadi dan Vania Astri Pramudita dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), serta Andhika Okta Fatria P, dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP).
Andhika menceritakan proposal mereka tentang Sekolah Alam Bengawan Solo di Desa Serenan, Juwiring, Klaten, meraih gold medals kategori Social Enterpreneur on Eco-Friendly Sector pada ajang Ecopreneur Award 2012 Second International Business Plan Competition on Eco-Friendly Sector, di Ulaanbaatar, Mongolia, 18-23 Juni.
Mereka pun berhak atas hadiah US$ 800 dan penghargaan dari UNS berupa uang pembinaan Rp3 juta dan pembebasan Sumbangan Pengembangan Pendidikan (SPP) sejak semester Agustus-Januari sampai akhir masa studi. Penghargaan dari UNS diserahkan Rektor UNS, Prof Dr Ravik Karsidi MS, saat Upacara Peringatan HUT ke-67 Kemerdekaan RI di halaman Gedung Rektorat UNS, Jumat (17/8).
Andhika menceritakan keikutsertaan mereka pada kejuaraan itu, karena direkomendasikan kakak tingkat mereka Hana Afifah yang pernah meraih penghargaan serupa. Lalu mereka berusaha mencari info tentang kejuaraan itu di website.
Setelah dikomunikasikan dengan Pembantu Dekan 1 FMIPA UNS, Dr Sutanto DEA, mereka disarankan menulis konsep tentang Sekolah Alam Bengawan Solo di Desa Serenan. “Ide sekolah itu dari Pak Sutanto,” ujarnya saat ditemui Espos, di Ruang Humas dan Kerja Sama UNS.
Sekolah Alam Bengawan Solo, ungkapnya, adalah sekolah yang memiliki misi selalu berinovasi kreatif. Tujuannya untuk mengembangkan ruang ekosistem proses pembelajaran kebaikan, bagi komunitas di dalam dan luarnya agar terwujud lingkungan yang harmoni. “Apa yang ada di alam, jadi bahan pembelajaran. Misalnya ketika berada di sungai, siswa bisa belajar berhitung, belajar tentang air dan lainnya,” jelasnya.
Sekolah alam itu, terangnya, sudah ada sejak beberapa tahun lalu. Andhika dan teman-temannya berusaha mengembangkan konsep sekolah alam dengan menanamkan jiwa enterpreneur kepada siswa. Misalnya siswa diajak menanam sayuran tertentu, lalu ketika musim panen tiba, siswa diajak memanen sayuran itu, lalu menjualnya.
Konsep sekolah alam seperti itulah yang diajukan Andhika dan ketiga temannya hingga diundang mempresentasikan konsep di Mongolia. Sayang, meski panitia di Mongolia sudah mempersiapkan akomodasi selama di sana untuk empat mahasiswa, hanya satu mahasiswa, Hana, yang berangkat ke Mongolia. “Kami berusaha mencari sponsor untuk keberangkatan ke Mongolia, tapi susah. Dana dari universitas sangat terbatas. Akhirnya hanya Hana yang berangkat. Itu pun harus mencari dana talangan terlebih dahulu Rp15 juta,” ungkapnya.
Perjuangan mereka akhirnya berbuah manis. Selain hadiah US$ 800, Ditjen Dikti menyetujui pengajuan proposal dana mereka senilai Rp10 juta. “Tapi sampai sekarang [Jumat] dana dari Dikti belum cair. Jika sudah cair, akan kami gunakan untuk membayar utang,” ujarnya.
Andhika menceritakan proposal mereka tentang Sekolah Alam Bengawan Solo di Desa Serenan, Juwiring, Klaten, meraih gold medals kategori Social Enterpreneur on Eco-Friendly Sector pada ajang Ecopreneur Award 2012 Second International Business Plan Competition on Eco-Friendly Sector, di Ulaanbaatar, Mongolia, 18-23 Juni.
Mereka pun berhak atas hadiah US$ 800 dan penghargaan dari UNS berupa uang pembinaan Rp3 juta dan pembebasan Sumbangan Pengembangan Pendidikan (SPP) sejak semester Agustus-Januari sampai akhir masa studi. Penghargaan dari UNS diserahkan Rektor UNS, Prof Dr Ravik Karsidi MS, saat Upacara Peringatan HUT ke-67 Kemerdekaan RI di halaman Gedung Rektorat UNS, Jumat (17/8).
Andhika menceritakan keikutsertaan mereka pada kejuaraan itu, karena direkomendasikan kakak tingkat mereka Hana Afifah yang pernah meraih penghargaan serupa. Lalu mereka berusaha mencari info tentang kejuaraan itu di website.
Setelah dikomunikasikan dengan Pembantu Dekan 1 FMIPA UNS, Dr Sutanto DEA, mereka disarankan menulis konsep tentang Sekolah Alam Bengawan Solo di Desa Serenan. “Ide sekolah itu dari Pak Sutanto,” ujarnya saat ditemui Espos, di Ruang Humas dan Kerja Sama UNS.
Sekolah Alam Bengawan Solo, ungkapnya, adalah sekolah yang memiliki misi selalu berinovasi kreatif. Tujuannya untuk mengembangkan ruang ekosistem proses pembelajaran kebaikan, bagi komunitas di dalam dan luarnya agar terwujud lingkungan yang harmoni. “Apa yang ada di alam, jadi bahan pembelajaran. Misalnya ketika berada di sungai, siswa bisa belajar berhitung, belajar tentang air dan lainnya,” jelasnya.
Sekolah alam itu, terangnya, sudah ada sejak beberapa tahun lalu. Andhika dan teman-temannya berusaha mengembangkan konsep sekolah alam dengan menanamkan jiwa enterpreneur kepada siswa. Misalnya siswa diajak menanam sayuran tertentu, lalu ketika musim panen tiba, siswa diajak memanen sayuran itu, lalu menjualnya.
Konsep sekolah alam seperti itulah yang diajukan Andhika dan ketiga temannya hingga diundang mempresentasikan konsep di Mongolia. Sayang, meski panitia di Mongolia sudah mempersiapkan akomodasi selama di sana untuk empat mahasiswa, hanya satu mahasiswa, Hana, yang berangkat ke Mongolia. “Kami berusaha mencari sponsor untuk keberangkatan ke Mongolia, tapi susah. Dana dari universitas sangat terbatas. Akhirnya hanya Hana yang berangkat. Itu pun harus mencari dana talangan terlebih dahulu Rp15 juta,” ungkapnya.
Perjuangan mereka akhirnya berbuah manis. Selain hadiah US$ 800, Ditjen Dikti menyetujui pengajuan proposal dana mereka senilai Rp10 juta. “Tapi sampai sekarang [Jumat] dana dari Dikti belum cair. Jika sudah cair, akan kami gunakan untuk membayar utang,” ujarnya.
Sumber: *
Label:
Andhika Okta Fatria P,
FKIP,
FMIPA,
gold medals,
Hana Afifah,
internasional,
juara,
Juwiring,
Khairul Hadi,
Klaten,
mahasiswa,
Sekolah Alam Bengawan Solo,
Serenan,
UNS,
Vania Astri Pramudita
Langganan:
Postingan (Atom)