Tampilkan postingan dengan label mahasiswa. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label mahasiswa. Tampilkan semua postingan

Senin, 11 November 2013

Korupsi Dana Mahasiswa, Dokter Ahli Kebidanan Dieksekusi

Kejaksaan Agung menangkap guru besar dokter ahli kebidanan M Hatta Anshori di tempat persembunyiannya di Desa Lungge, Temanggung, Jawa Tengah, Sabtu 9 November 2013 sekitar pukul 20:45 WIB. Hatta dieksekusi karena berstatus terpidana bersalah korupsi dana mahasiswa Rp 2,5 miliar.

Korupsi itu dilakukan Hatta saat menjabat Ketua Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Sriwijaya (Unsri) Palembang, Sumatera Selatan. Uang tersebut digunakan Hatta untuk kepentingan pribadi.

"Berdasarkan putusan MA nomor: 524 K/Pid.Sus/2011 tanggal 15 juli 2011 yang menyatakan bahwa terpidana Prof Hatta Anshori, SpOG (K) telah melakukan penyelewengan dana Penerimaan Bukan Pajak (PNBP) PPDS di Fakultas Kedokteran Unsri dengan rekannya Prof dr H Zarkasih Anwar S.pA," kata Kapuspenkum, Setia Untung Arimuladi kepada Liputan6.com, Jakarta, Minggu, (10/11/2013). Selanjutnya *

Kamis, 26 September 2013

Pendukung Jokowi Sarankan Amien Rais Periksa Kejiwaan ke Psikolog



Relawan Jokowi, Daryanto Bended, menilai mantan Ketua MPR Amien Rais mengalami konflik antara kontruksi berpikir ilmuwan dan politisi. Daryanto juga menganjurkan Amien Rais agar secepatnya berkonsultasi ke psikolog.

Pernyataan Daryanto tersebut disampaikan menanggapi pernyataan Amien Rais yang menyamakan Jokowi dengan mantan Presiden Filipina Joseph Estrada. Menurut Amien, Jokowi dan Estrada sama-sama dipilih karena popularitasnya dan bukan karena prestasi.

Hal itu disampaikan Amien saat memberi kuliah umum di hadapan ratusan mahasiswa Universitas Diponegoro (Undip), Semarang, Jawa Tengah, Selasa (24/9).

Amien mengatakan, Estrada terpilih sebagai presiden karena popularitasnya sebagai bintang film di Filipina. Namun, kata Amien, Estrada hanya bertahan beberapa bulan memimpin Filipina setelah digulingkan melalui kudeta dan digantikan oleh Gloria Macapagal Arroyo.

"Joseph Estrada setiap malam kerjanya hanya mabuk-mabukan, dan dia dipilih hanya berdasarkan popularitasnya," ujar Amien.

Ia berharap Indonesia tak memilih Jokowi sebagai presiden pada Pemilihan Presiden 2014 hanya karena popularitasnya. "Jokowi memang tak separah Joseph Estrada, tapi jangan memilih dia karena popularitasnya saja," kata Amien. Sumber *

Rabu, 25 September 2013

Pupularitas Jokowi dan Kualitas Amin Rais?

"Joseph Estrada setiap malam kerjanya hanya mabuk, dan dia dipilih hanya berdasarkan popularitasnya," ujar Amien.

Amien juga berharap Indonesia tidak memilih Jokowi sebagai presiden pada 2014, hanya karena popularitasnya.

"Jokowi memang tidak separah Joseph Estrada, tapi jangan memilih dia karena popularitasnya saja," imbau Guru Besar Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta. Sumber *

Selasa, 02 Juli 2013

Mendag: Perekonomian Indonesia Terbesar 15 Dunia

Manado - Menteri Perdagangan (Mendag), Gita Wirjawan mengatakan, saat ini Indonesia merupakan negara dengan perekonomian terbesar ke-15 di dunia dengan nilai Rp10.000 triliun pada tahun 2012.

"Bila diakumulasi perekonomian Indonesia dari tahun 2012 hingga 20 tahun, ke depan nilainya dapat mencapai Rp600.000 triliun. Dan dengan konsumsi domestik yang mencapai 60 persen, potensi pasar domestik Indonesia sangat besar," kata menteri saat memberikan kuliah umum bertajuk revitalisasi produk dalam negeri dan perspektif kepemimpinan nasional 2014, di Universitas Negeri Manado (Unima) di Tondano, Minahasa, Selasa.

Menurut menteri, menjadi tantangan ke depan bagi generasi selanjutnya, termasuk adik-adik mahasiswa Unima adalah bagaimana mengisi pasar senilai Rp360 triliun tersebut dengan produk-produk buatan Indonesia.

Di zaman yang serba digital ini, Indonesia harus dibangun menjadi bangsa dan negara yang produknya mampu bersaing dengan produk-produk negara lainnya.

"Jangan sampai kalah dengan Korea yang sudah dapat membangun smartphone merek Samsung. Jangan sampai kita (bangsa Indonesia) hanya dapat mengkonsumsi produk-produk elektronik buatan luar negeri," ajaknya.

Menteri memberikan contoh pentingnya sebuah inovasi, biaya produksi sebuah iPhone itu hanya USD 10 atau sekitar Rp100 ribu, sementara harga jualnya lebih dari USD 400 atau sekitar Rp6-8 juta di Indonesia.

"Di sini kita dapat melihat bahwa inovasi Steve Job itu dinilai USD 390 per unit iPhone, sedangkan produsennya hanya dibayar USD 10 per unit iPhone yang diproduksinya," terangnya.

Saat ini hak paten yang dikeluarkan Indonesia pada tahun lalu masih di bawah 500 buah, dan hal ini sangat jauh jumlahnya dibandingkan dengan Jepang yang telah mengeluarkan hak paten sekitar 60.000 buah, katanya.

Hak paten menurut menteri mencerminkan intelektual bangsa, dan Indonesia harus terus berupaya meningkatkan hal tersebut dengan melakukan peningkatan kapasitas sumber daya manusia.

Mendag yakin bangsa Indonesia mampu karena mempunyai postur fiskal yang baik saat ini.

Ke depan, pemimpin yang baik menurut Mendag adalah pemimpin yang dapat mendorong kemajuan perekonomian Indonesia, mampu membungkus pluralisme dan demokrasi, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan seluruh masyarakat Indonesia.

"Indonesia, dalam waktu 20 tahun ke depan, akan menjadi negara dengan perekonomian terbesar ke-7 atau bahkan ke-6 di dunia," kata menteri optimistis.

Karena itu menteri mengharapkan mahasiswa UNIMA berinovasi, karena kreasi, nilai tambah, hilirisasi dan industrialisasi ke depannya sangat penting.

"Negara yang memiliki sumber daya manusia yang kreatif, merekalah yang akan bertahan,".

Kamis, 27 Juni 2013

Mahasiswa UNY Buat Mi dari Belalang, Wuih Enaknya!

Jika selama ini masyarakat Gunungkidul mengonsumsi belalang semata sebagai makanan yang digoreng atau dibacem, maka sekelompok mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta Fakultas Matematika dan ilmu Pengetahuan Alam dan Manajemen FISE mencoba mengolah belalang menjadi produk yang lebih menarik yaitu dibuat menjadi mi.

Nanik Hidayati, Ria Nurindah, Cahyani Eka Romadhoni dari jurusan pendidikan IPA dan Arinda Ekaningsih dari Jurusan Fisika Fakultas MIPA serta Dwiningsih dari Jurusan Manajemen FISE mengolah belalang menjadi mi basah seperti penyajian mi ayam pada umumnya maupun olahan mie basah lainnya.

Nanik Hidayati mengatakan, dengan cara pengolahan belalang menjadi variasi makanan baru dapat memenuhi permintaan pasar akan berbagai makanan yang lezat dan bergizi dengan harga terjangkau.

"Mie belalang juga mempunyai kelebihan kandungan proteinnya tinggi, rasa belalang yang khas, serta merupakan produk olahan baru yang unik sehingga mampu menarik perhatian sebagai makanan khas Gunungkidul.” ujar Nanik seperti dikutip dari uny.ac.id, Kamis (27/6/2013).

Selain itu pengolahan belalang menjadi mi ini juga dapat meningkatkan nilai ekonomi belalang sehingga dapat memicu warga yang bermata pencaharian sebagai pencari belalang untuk lebih mengembangkan usahanya, katanya.

Cahyani Eka menjelaskan, bahan utama pembuatan mie yaitu tepung terigu serta bahan tambahan lain seperti garam dapur, telur, minyak goreng dan natrium karbonat dapat dibeli dipasar atau toko terdekat.

Cara membuat

Cara membuatnya 2,5 kg belalang dibersihkan dari sayap dan kotorannya kemudian dicuci sampai bersih lalu dihaluskan dengan blender. Kemudian masukkan 10 kg tepung terigu dan belalang yang sudah dihaluskan ke dalam mesin pengaduk dan ditambahkan 5 butir telur.

Sambil diaduk tambahkan larutan garam dan soda sedikit demi sedikit hingga merata sampai menggumpal kemudian diamkan selama 5 menit.

Adonan lalu dimasukkan dalam mesin pres dan dibuat pelembaran. Mi dicetak dengan mesin pencetak mi kemudian potong-potong kira-kira 30 cm dengan ditaburi tepung tapioka agar tidak lengket lalu digulung sebesar satu kepal tangan dan mie siap untuk diolah.

Dwiningsih menambahkan, cara menyajikan mi belalang yaitu belalang yang telah dibersihkan dari sayap dan kotorannya dipotong-potong menjadi 3 bagian lalu cuci sampai bersih dan dibacem lalu digoreng.

Ambil satu gulungan mie kemudian rebus dalam air yang mendidih. Setelah ditiriskan campur dengan bumbu seperti mi ayam kemudian taburkan belalang bacem goreng diatasnya dan mi belalang siap disajikan dengan saos dan kecap.

Sabtu, 16 Februari 2013

Wow, 60 Juta/Bulan! Pengakuan Kolega Maharani Suciyono

Di kampusnya, sebuah universitas swasta di Jakarta Pusat, perempuan asal Medan ini dikenal ramah dan bergaul. Santi, sebut saja begitu, punya peran ganda: mahasiswa dan penghibur, atau yang dikenal "ayam kampus".

Kepada Tempo yang menemuinya dua pekan lalu di sebuah kafe di Kemang, Jakarta Selatan, Santi membeberkan peran ganda, termasuk koleganya, Maharani Suciyono, mahasiswi berusia 19 tahun yang turut diciduk Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) bersama perantara suap impor daging, Ahmad Fathanah, di Hotel Le Meridien, Jakarta.

Kasus Maharani ini mengangkat kembali fenomena "ayam kampus". Dari penelusuran Tempo, keberadaannya bukan cuma di swasta saja, di kampus pelat merah, bahkan di perguruan tinggi agama, juga marak. Kebanyakan ayam kampus atau disebut culai adalah peliharaan mucikari alias germo. Germo inilah yang menjembatani para ayam ke pelanggan.

Santi satu "tongkrongan" dengan Maharani. Keduanya sama-sama mengambil jurusan Ilmu Komunikasi. "Kita sering nongkrong di kafe depan kampus. Tapi karena dia (Maharani) ke-gap, pin BBM gue dihapus," ujarnya dengan mimik sedih.

Ia meyakini ada "Maharani" lain di kampus, termasuk dirinya. Keberadaan para ayam ini, kata dia, tersamar, karena kebanyakan lihai menyamar. Beberapa ayam memang berpenampilan sederhana, sehingga menipu. Sama dengan mahasiswi lain, para ayam, menurutnya, juga rajin datang ke kampus, tetapi belum tentu masuk kelas. "Pulangnya tunggu jemputan atau panggilan deh," katanya.

Bagi Santi, mengumpulkan uang belasan juta rupiah dalam sepekan bukan perkara sulit. Komisi Rp 10 juta yang diterima Maharani dinilainya juga standar. 
Di sebuah tempat hiburan malam di Jakarta Pusat, ujar dia, Rp 10 juta itu baru tip. 
Tapi memang, ditambahkannya, ayam yang dibayar sebesar itu memiliki spesifikasi fisik dengan standar tinggi. 
"Ya selevel model-lah," ujar Santi yang mengaku bisa melayani short time dan long time.

Dari penelusuran Tempo, harga mahasiswi esek-esek ini dipatok dari Rp 2 juta hingga Rp 10 juta, bahkan lebih. Hitungannya juga berbeda-beda. Ada yang hitungannya sekali berhubungan intim saja, ada yang sehari, dan ada yang sampai dibawa ke luar kota atau luar negara. "Yang sampai sepekan di luar negeri tentu harganya bisa lima kali lipat," kata Doni.

Pendapatan rata-rata para ayam ini bisa mencapai Rp 60 juta per bulan. Ini beda Rp 2 juta dengan gaji Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Selasa, 05 Februari 2013

Modifikasi Martabak, Mahasiswa ini Raup Omzet Rp 30 Juta/Bulan

Hampir semua orang mengenal makanan yang namanya martabak. Selintas ketika mendengar nama makanan ini, akan terbayang sebuah lingkaran besar, terpotong-potong dan memiliki isi.

Pastinya bayangan itu akan buyar jika melihat martabak mavia. Muhammad Gufron adalah inisiatornya. Martabak dengan diameter 3,5 cm dilapisi rasa unik ini berhasil ia ciptakan 2011 silam. Bagaimana ceritanya?

"Idenya dulu begini. Saya terinspirasi dari (es krim) Magnum, ini sebenarnya saya bikin kayak gini ikut Magnum. Magnum kan di luarnya keras karena coklat dalamnya lembut. Kalau itu kan es krim, kalau ini martabak yang lembut isinya," jawab Gufron saat berbincang bersama detikFinance, Selasa (4/2/2013).

Ia mengaku sebagai pengagum sejati martabak. Pantas saja, meski masih menempuh studi di jurusan Perikanan, Institut Pertanian Bogor (IPB), Gufron berani memulai usaha ini. "Jauh banget ya,tapi saya memang suka sama martabak," tandasnya.

Modal yang disiapkan kala itu sebesar Rp 17,5 juta. Percobaan pertama, Ia memproduksi martabak yang ukuran diameternya 8,5 cm namun dengan posisi terbuka.

"Tapi di situ teryata enggak sesuai dengan segmen pasar saya. Saya inginnya buat untuk anak muda, dan praktis. Akhirnya buat kayak gini lebih kecil," ucap Gufron.

Menurutnya, anak muda sering membatalkan niat membeli martabak hanya karena kebesaran dan rasa yang cenderung monoton. Harga yang dipatokpun disesuaikan, yaitu Rp 7.000. Lokasi penjualan tersebar di kantin-kantin wilayah Bogor, seperti kantin kampus dan sekolah.

"Kita sesuaikan produknya sama konsumennya. Jadi diselimuti coklat. Jadi ada campuran rasa juga. Rasanya ada original, cheese milk, sama double coklat," terang Gufron sambil memperlihatkan kreasinya.

Status sebagai mahasiswa memang menjadi sebuah kendala. Membagi waktu jadi alasan utama untuk memilih mana yang menjadi prioritas. Alhasil, pilihannya ternyata berbuah manis. Saat ini Ia bisa mengantongi uang Rp 30 juta per bulan.

Gufron juga menyebutkan kendalanya dalam mengelola karyawan. Setahun berjalan, masalah ini cukup membuatnya kewalahan. "Jadi sekarang ada tujuh (karyawan). Ini baru beberapa bulan sudah 2 karyawan yang berhenti. Jadi pas berhenti kan training lagi itu repot," jelasnya.

Tahun 2013, Ia sudah mematangkan beberapa strategi. Di antaranya dengan membuka kemitraan dengan tiga jenis. Pertama, jenis investasi dengan sistem bagi hasil dan pengembalian modal. Kedua adalah jenis distribusi di mana pembagian untuk penjual 10%. Ketiga adalah reseller dengan sistem jual putus.

"Saya targetkan untuk main di Jabodetabek yang sudah ada beberapa tempat yang kami tinggal deal. Kue Lapis Bogor, Javapucino terus di UI (Universitas Indonesia) sama ada beberapa tempat di Kampung Melayu," lanjutnya.

Gufron juga akan mengakhiri produknya di jual dari kantin-kantin dan mencoba masuk ke swalayan atau mal di Jabodetabek. Menurutnya ini penting untuk menjangkau konsumen kelas menengah ke atas.

"Karena saya melihat kayak gini, kalau saya jual masih di tempat yang biasa, itu ngejatuhin produk saya. Akhirnya saya ingin naik ke segmen menengah ke atas," pungkasnya.

Tertarik dengan peluang usaha ini?
Hubungi Gufron di @martabakmavia

Kamis, 06 September 2012

BNPT: 86% Mahasiswa 5 Universitas Kenamaan di Jawa Tidak Lagi Menerima Pancasila

Banyak tempat ibadah dan universitas yang saat ini telah dikooptasi oleh kaum radikalisme. Tak hanya itu, kampus juga menjadi sasaran empuk untuk proses regenerasi kaum radikalisme.

"Hasil penelitian, banyak tempat ibadah yang dikooptasi kaum radikal. Kampus juga kewalahan radikalisme di kampus," ujar Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Ansyaad Mbai.

Ansyaad menyampaikan hal ini dalam rapat Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja-KL) Tahun Anggaran 2013 bersama Komisi III DPR RI di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis (6/9/2012).

Ansyaad kemudian menyampaikan sebuah fakta yang mengejutkan. Dimana 86 % mahasiswa di 5 universitas kenamaan di Pulau Jawa tidak lagi menerima Pancasila sebagai dasar negara Indonesia.

"Kampus juga kewalahan menghadapi radikalisme di kampus. Hasil penelitian LIPI 5 universitas ternama di Jawa, 86 % mahasiswanya menolak Pancasila sebagai dasar negara," lanjutnya.

Tak hanya universitas, Ansyaad mengungkapkan bahwa para siswa sekolah menengah ke atas juga tak luput dari gerakan radikalisme.

"Yang namanya Rohis SMA, di Jaksel, Jakut, dan Bandung, sudah dibawah pengaruh NII," ujar Ansyaad.

Untuk itu, Ansyaad menegaskan pihaknya ingin melindungi negara ini dari gerakan-gerakan radikalisme.

"Kita ingin melindungi, jangan sampai terkooptasi radikalisme. Jangan sampai tempat ibadah dikooptasi radikalisme. Kita lakukan hari ini, jangan tanya hasilnya besok. Ini proses yang panjang," pungkasnya.

Sabtu, 18 Agustus 2012

Mahasiswa UNS Raih Juara Tingkat Internasional: Konsep Sekolah Alam

Empat mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo kembali mengukir sejarah membanggakan tingkat internasional. Mereka adalah Hana Afifah, Khairul Hadi dan Vania Astri Pramudita dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), serta Andhika Okta Fatria P, dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP).

Andhika menceritakan proposal mereka tentang Sekolah Alam Bengawan Solo di Desa Serenan, Juwiring, Klaten, meraih gold medals kategori Social Enterpreneur on Eco-Friendly Sector pada ajang Ecopreneur Award 2012 Second International Business Plan Competition on Eco-Friendly Sector, di Ulaanbaatar, Mongolia, 18-23 Juni.

Mereka pun berhak atas hadiah US$ 800 dan penghargaan dari UNS berupa uang pembinaan Rp3 juta dan pembebasan Sumbangan Pengembangan Pendidikan (SPP) sejak semester Agustus-Januari sampai akhir masa studi. Penghargaan dari UNS diserahkan Rektor UNS, Prof Dr Ravik Karsidi MS, saat Upacara Peringatan HUT ke-67 Kemerdekaan RI di halaman Gedung Rektorat UNS, Jumat (17/8).

Andhika menceritakan keikutsertaan mereka pada kejuaraan itu, karena direkomendasikan kakak tingkat mereka Hana Afifah yang pernah meraih penghargaan serupa. Lalu mereka berusaha mencari info tentang kejuaraan itu di website.

Setelah dikomunikasikan dengan Pembantu Dekan 1 FMIPA UNS, Dr Sutanto DEA, mereka disarankan menulis konsep tentang Sekolah Alam Bengawan Solo di Desa Serenan. “Ide sekolah itu dari Pak Sutanto,” ujarnya saat ditemui Espos, di Ruang Humas dan Kerja Sama UNS.

Sekolah Alam Bengawan Solo, ungkapnya, adalah sekolah yang memiliki misi selalu berinovasi kreatif. Tujuannya untuk mengembangkan ruang ekosistem proses pembelajaran kebaikan, bagi komunitas di dalam dan luarnya agar terwujud lingkungan yang harmoni. “Apa yang ada di alam, jadi bahan pembelajaran. Misalnya ketika berada di sungai, siswa bisa belajar berhitung, belajar tentang air dan lainnya,” jelasnya.

Sekolah alam itu, terangnya, sudah ada sejak beberapa tahun lalu. Andhika dan teman-temannya berusaha mengembangkan konsep sekolah alam dengan menanamkan jiwa enterpreneur kepada siswa. Misalnya siswa diajak menanam sayuran tertentu, lalu ketika musim panen tiba, siswa diajak memanen sayuran itu, lalu menjualnya.

Konsep sekolah alam seperti itulah yang diajukan Andhika dan ketiga temannya hingga diundang mempresentasikan konsep di Mongolia. Sayang, meski panitia di Mongolia sudah mempersiapkan akomodasi selama di sana untuk empat mahasiswa, hanya satu mahasiswa, Hana, yang berangkat ke Mongolia. “Kami berusaha mencari sponsor untuk keberangkatan ke Mongolia, tapi susah. Dana dari universitas sangat terbatas. Akhirnya hanya Hana yang berangkat. Itu pun harus mencari dana talangan terlebih dahulu Rp15 juta,” ungkapnya.

Perjuangan mereka akhirnya berbuah manis. Selain hadiah US$ 800, Ditjen Dikti menyetujui pengajuan proposal dana mereka senilai Rp10 juta. “Tapi sampai sekarang [Jumat] dana dari Dikti belum cair. Jika sudah cair, akan kami gunakan untuk membayar utang,” ujarnya.

Sumber: *

Jumat, 20 Juli 2012

Terapsi: Penyetrika & Pelipat Baju dari Mahasiswa FK-UGM Yogyakarta, Harga Rp 25.000,-

Yogyakarta - Menyeterika dan melipat pakaian hingga rapi adalah pekerjaan yang mudah. Namun tidak semua orang bisa mengerjakannya karena akan menyita waktu dan tenaga. Tidak mengherankan, kalau sekarang orang memilih jasa laundry untuk menyerahkan pekerjaan ini.

Sekarang ini sudah ada cara cepat untuk menyeterika dan melipat baju dengan cepat dan mudah. Pelipat Baju yang diberi nama Terapsi itu adalah karya kreatif 5 mahasiswa Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Gadjah Mada (UGM)), yakni Nisa Salsabila Shafarudin, Nurida Khasanah, Dimas Reza Rahmana, Fitrah Pawalangi dan Ngurah Nata Baskara.

Mereka berhasil membuat alat pelipat baju yang terbuat dari bahan kertas karton duplek. Cukup dengan tiga kali melipat karton duplek, pakaian yang sudah diseterika langsung rapi seketika.

"Alat ini untuk menyetrika dan melipat baju menjadi lebih cepat, rapi dan hemat energi," kata Nisa di kampus UGM di Bulaksumur, Jumat (20/7/2012).

Menurut Nisa, bahan dasar alat pelipat baju adalah kertas karton duplek ukuran 60 x 80 cm. Kertas dipotong simetris untuk mandapatkan lipatan tiga bagian. Karton duplek bagian dalam dilapisi dengan kertas kesing. Sedangkan pelapis luar karton dibungkus kain furing.

"Karton duplek dan kertas kesing ini kita pilih karena tahan terhadap panas seterika, dan harganya pun lebih murah," ungkapnya.

Dia menjelaskan dengan Pelipat Baju Terapsi ini hanya membutuhkan waktu 11 detik untuk melipat baju. Jauh lebih cepat dari cara melipat baju pada umumnya. Tidak hanya itu, alat pelipat baju ini mampu menghemat 2/3 penggunaan listrik.

"Dari 100 usaha laundry yang kita survei rata-rata membutuhkan waktu 33 detik," katanya.

Dimas Reza Rahmana menambahkan saat ini Terapsi dijual dengan harga Rp 25 ribu/buah. Untuk produksinya, menggandeng salah satu panti asuhan di Yogyakarta.

"Yang mengerjakan 20 anak panti. Harapan kita, memberi mereka lapangan pekerjaan dan mereka pun bisa mengisi waktu luang di panti," kata Dimas.

Menurut dia, pengerjaan pesanan sesuai dengan permintaan pembeli. Kemasan juga disesuaikan dengan warna dan corak yang diinginkan pembeli. Pemilik laundry juga menyambut positif alat tersebut, namun harus disesuaikan dengan ukuran lebar meja setrika.

"Alat tersebut tengah dalam proses pendaftaran hak paten," tutup Dimas.

Lima mahasiswa Fakultas Kedokteran UGM menciptakan inovasi berupa Terapsi (Pelipat Baju Cepat, Rapi dan Berseni). Alat ini membantu mempercepat pelipatan dan menghemat listrik.
Lima mahasiswa tersebut, Nisa Salsabila Shafarudin, Andi Ashady Fitrah Pawallangi, Nurida Khasanah, Muhammad Dimas Reza Rahmana dan Anak Agung Ngurah Nata Baskara. Andy menjelaskan proses penciptaan alat ini berawal ketika bisnis laundry menjamur.

Berdasar survei Badan Pusat Statistik (BPS) Februari 2012, ada 7.384 usaha laundry. “Dari uji pengamatan di 100 tempat laundry, rata-rata dibutuhkan 33 detik untuk melipat baju dengan posisi seterika tetap menyala,” katanya (20/7).

Mereka kemudian menciptakan alat yang bisa mempercepat proses pelipatan sekaligus menghemat listrik. Terciptalah Terapsi berbahan karton dupleks bertekstur halus, ringan dan tahan panas. Karton diberi kain furing aneka warna serta dihiasi kain perca batik sehingga tampilannya cantik.
Sebuah baju diletakkan di atas Terapsi posisi bagian depan menghadap bawah. Setelah itu, baju dilipat lewat tiga langkah, sesuai ukuran lipatan yang sudah disesuaikan. Ada dua ukuran, besar 60x80 cm dan kecil 60x75 cm. 

Melipat dengan Terapsi membutuhkan waktu 11 detik. Proses melipat yang pendek membuat kebutuhan listrik makin hemat. Timnya lantas menghitung apabila satu tempat laundry memiliki tiga seterika dengan daya 330 watt terus beroperasi selama 12 jam penuh. Tarif listrik PLN sebesar Rp 100/kwh. “Kalau seluruh laundry di DIJ menggunakan alat ini maka pengeluaran listrik bisa dihemat hingga Rp 151,75 juta,” ujarnya.
Andy mengatakan, sejak diproduksi April 2012, produknya sudah laris dibeli pelanggan, langsung maupun online. Terapsi sudah terjual 120 buah ke berbagai tempat seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Makassar dan Ngawi. 

Nisa menambahkan, alat ini ramah lingkungan karena menggunakan bahan yang mudah terurai. Meski begitu, jika digunakan sesuai aturan yang ada alat ini bisa tahan enam bulan hingga setahun. Supaya lebih menarik pembeli, timnya menciptakan warna kain furing dan motif hiasan yang bisa dipesan sesuai keinginan pembeli. Saat ini tersedia sekitar tujuh warna yakni merah, merah muda, ungu, orange, biru muda, biru tua dan hijau. 

Produk ini dijual Rp 25 ribu, sebagian keuntungan disumbangkan ke panti asuhan yang jadi rekan kerja mereka. “Kami bukan memperkerjakan anak di bawah umur, tapi memberi keahlian dan penghasilan ketika mengisi waktu luang,” katanya. Nurida mengatakan alat ini tengah diajukan untuk dipatenkan agar bisa dikembangkan. Rencananya, alat ini akan dijual dalam bentuk Terapsi plus mejanya. “Namun saat ini kami masih fokus pada penjualan sebelum dikembangkan,” katanya. 

Kata Nurida, hal ini tidak lepas dari bisnis laundry yang masih terus berkembang jumlahnya sehingga jadi pasar potensial alat ini. Karya inovasi kelima mahasiswa ini juga berhasil meraih medali perunggu dalam Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) ke-25 untuk kategori Program Kreatifitas Mahasiswa Kewirausahaan di UMY beberapa waktu lalu.

Video


Jumat, 06 April 2012

Robot Klono Topeng dari UNY

Mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) menciptakan robot yang dapat melakukan berbagai gerakan yang terdapat dalam tarian Klono Topeng gaya Yogyakarta.

Robot Penari dibuat oleh Taufiqurohman Noor dan Hendry Setyo Prabowo. Mereka menekankan kemampuan humanoid (gerak manusia) pada detil gerakan tari Klono.

Agar lebih sempurna, Robot dibentuk sesuai dengan proporsi bentuk tubuh manusia. Tapi dengan ukuran mini, robot penari itu memiliki dimensi tinggi 55 sentimeter dengan lebar tubuh 10 sentimeter. Satu ukuran robot utuh terdiri dari 1 kepala, 2 tangan, 1 badan, dan 2 kaki.



Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
//** Like Button FB **//
//** Like Button FB **//