Hampir semua tulisan tentang sejarah peradaban menempatkan Asia Tenggara sebagai kawasan ‘pinggiran’. Kawasan yang kebudayaannya dapat subur berkembang hanya karena imbas migrasi manusia atau riak-riak difusi budaya dari pusat-pusat peradaban lain, baik yang berpusat di Mesir, Cina, maupun India.
Stephen Oppenheimer berpendapat lain. Dokter ahli genetik yang belajar banyak tentang sejarah peradaban ini malah melihat kawasan Asia Tenggara sebagai Rekonstruksi Oppenheimer diawali dari saat berakhirnya puncak Jaman Es (Last Glacial Maximum) sekitar 20.000 tahun yang lalu. Ketika itu, muka air laut masih sekitar 150 m di bawah muka air laut sekarang. Kepulauan Indonesia bagian barat masih Bergabung dengan benua Asia menjadi dataran luas yang dikenal sebagai Paparan Sunda. Namun ketika bumi memanas, timbunan es yang ada di kutub meleleh dan mengakibatkan banjir besar yang melanda dataran rendah di berbagai penjuru dunia.
Tampilkan postingan dengan label dokter. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label dokter. Tampilkan semua postingan
Rabu, 08 Januari 2014
Awal Peradaban Kuno Seluruh Dunia Berasal dari Asia Tenggara
Label:
Adam-Hawa,
Asia Tenggara,
Benua Atlantis,
Berasal,
diaspora,
dokter,
dunia,
genetik,
Jaman Es,
Kuno,
Nuh,
Paparan Sunda,
Peradaban,
Rekonstruksi Oppenheimer,
Seluruh,
Stephen Oppenheimer,
Sumeria
Gaji Dokter PNS Kecil
Pada Januari 2014 akan berlaku UU SJSN, aturan-aturan untuk pelaksanaannya sudah jelas, walaupun ada beberapa kekurangan. Sebagai Tenaga Kesehatan khususnya Dokter, apa yang akan dihadapi sangat jelas adanya. Bercermin dengan dilaksanakannya Kartu Jakarta Sehat, akan terjadi lonjakan pasien yang luar biasa di Rumah Sakit Pemerintah dan Puskesmas-Puskesmas, meningkatnya beban kerja dan berefek meningkatnya tuntutan akan mutu pelayanan oleh masyarakat, oleh BPJS dan Pemerintah. Tapi dibalik itu adakah yang memikirkan bagaimana kesejahteraan Dokter khususnya Dokter PNS yang akan berada di Garis Depan, di Rumah Sakit Pemerintah dan di Puskesmas-Puskesmas?
Apa yang telah terjadi sekarang ini sesungguhnya sudah memilukan hati. Tetapi entah disadari atau tidak oleh Pemerintah dan para Dokter sendiri, kejadian ini berlangsung terus. Adanya “pelecehan” oleh Teman Sejawat kita di DPR RI, seharusnya menyentak Organisasi Profesi ini untuk melakukan advokasi kepada Pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan Dokter dan tidak hanya protes masalah Pelecehan tersebut. Mari bersama-sama untuk tidak hanya bersembunyi dibalik jas putih kita. Kenapa tidak dipikirkan alternatif yang bisa memecahkan masalah secara menyeluruh, untuk semua Dokter di semua tempat tugas mereka sampai ke daerah-daerah terpencil dan sangat terpencil.
Gaji Dokter sebagai Profesional sangatlah kecil, tanpa tunjangan yang memadai, jauh dari layak. Dan yang lebih celaka, tunjangan Struktural malah setengah dari tunjangan Fungsional. Bagi yang tidak memahami ilustrasinya sbb : seorang Dokter yang bertugas Fungsional yang tugasnya hanya memeriksa pasien mendapat tunjangan fungsional diluar Gaji untuk Gol IV/a adalah Rp. 1.200.000,-, sedangkan Dokter Struktural yang menjabat sebagai Kepala Puskesmas yang harus mengurus Manajemen dan mengatur tenaga Dokter-Dokter fungsional dan Program, dengan golongan yang sama IV/a mendapat tunjangan struktural Rp. 540.000,-. Naif memang membicarakan tunjangan yang cuma sedikit itu, tapi dimana letak penghargaan terhadap kinerja dan setidaknya bisa membuka mata para pengambil kebijakan untuk tidak hanya melecehkan dan menuntut kinerja yang bermutu saja. Itulah kenyataan yang terjadi di Puskesmas-Puskesmas dan Rumah Sakit. Dengan adanya Jampersal yang mendanai semua Antenatal Care, Persalinan dan Post Natal Care, Take home pay. Selanjutnya *
Senin, 11 November 2013
Korupsi Dana Mahasiswa, Dokter Ahli Kebidanan Dieksekusi
Kejaksaan Agung menangkap guru besar dokter ahli kebidanan M Hatta Anshori di tempat persembunyiannya di Desa Lungge, Temanggung, Jawa Tengah, Sabtu 9 November 2013 sekitar pukul 20:45 WIB. Hatta dieksekusi karena berstatus terpidana bersalah korupsi dana mahasiswa Rp 2,5 miliar.
Korupsi itu dilakukan Hatta saat menjabat Ketua Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Sriwijaya (Unsri) Palembang, Sumatera Selatan. Uang tersebut digunakan Hatta untuk kepentingan pribadi.
"Berdasarkan putusan MA nomor: 524 K/Pid.Sus/2011 tanggal 15 juli 2011 yang menyatakan bahwa terpidana Prof Hatta Anshori, SpOG (K) telah melakukan penyelewengan dana Penerimaan Bukan Pajak (PNBP) PPDS di Fakultas Kedokteran Unsri dengan rekannya Prof dr H Zarkasih Anwar S.pA," kata Kapuspenkum, Setia Untung Arimuladi kepada Liputan6.com, Jakarta, Minggu, (10/11/2013). Selanjutnya *
Korupsi itu dilakukan Hatta saat menjabat Ketua Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Sriwijaya (Unsri) Palembang, Sumatera Selatan. Uang tersebut digunakan Hatta untuk kepentingan pribadi.
"Berdasarkan putusan MA nomor: 524 K/Pid.Sus/2011 tanggal 15 juli 2011 yang menyatakan bahwa terpidana Prof Hatta Anshori, SpOG (K) telah melakukan penyelewengan dana Penerimaan Bukan Pajak (PNBP) PPDS di Fakultas Kedokteran Unsri dengan rekannya Prof dr H Zarkasih Anwar S.pA," kata Kapuspenkum, Setia Untung Arimuladi kepada Liputan6.com, Jakarta, Minggu, (10/11/2013). Selanjutnya *
Label:
Ahli Kebidanan,
dana,
Dieksekusi,
dokter,
FK,
Hatta Anshori,
Kejaksaan Agung,
korupsi,
Lungge,
mahasiswa,
Palembang,
PPDS,
profesor,
S.pA,
Setia Untung Arimuladi,
SpOG (K),
Temanggung,
terpidana,
Unsri,
Zarkasih Anwar
Selasa, 30 Juli 2013
Dokter Spesialis Protes Pembayaran Sistem Ina CBGs
Jakarta - Sekitar 30 dokter yang tergabung dalam Asosiasi Dokter Fungsional Indonesia (ADFI) datang ke Balai Kota DKI Jakarta, Selasa, 30 Juli 2013. Mereka memprotes penggunaan pola pembayaran Indonesia Case Based Groups (Ina CBGs) dalam program Kartu Jakarta Sehat karena dianggap merugikan dokter.
"Dokter spesialis di RSUD itu hanya dibayar Rp 10 ribu per pasien. Kalau begini, kami mau dibayar berapa?" kata Iaman Gantina Barus, anggota ADFI dari RSUD Koja, Jakarta Utara, yang aktif dalam unjuk rasa itu.
Para dokter sendiri sudah meminta agar pemerintah mengembalikan pembayaran dengan pola PPE (Paket Pelayanan Esensial) yang digunakan pada program Jamkesda dan awal program KJS. Mereka menilai penerapan Ina CBGs saat ini dipaksakan. Soalnya, belum ada peraturan gubernur yang mengaturnya. Selanjutnya *
"Dokter spesialis di RSUD itu hanya dibayar Rp 10 ribu per pasien. Kalau begini, kami mau dibayar berapa?" kata Iaman Gantina Barus, anggota ADFI dari RSUD Koja, Jakarta Utara, yang aktif dalam unjuk rasa itu.
Para dokter sendiri sudah meminta agar pemerintah mengembalikan pembayaran dengan pola PPE (Paket Pelayanan Esensial) yang digunakan pada program Jamkesda dan awal program KJS. Mereka menilai penerapan Ina CBGs saat ini dipaksakan. Soalnya, belum ada peraturan gubernur yang mengaturnya. Selanjutnya *
Selasa, 19 Maret 2013
DOKTER OVERDOSIS: Diduga Overdosis Obat Penenang, Kepala Puskesmas Tewas di Rumdin
Ilustrasi |
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Wonogiri, Widodo, membenarkan ada tanda overdosis. Namun ia tak berani menyimpulkan karena keluarga korban menolak untuk dilakukan autopsi.
“Memang ada tanda seperti overdosis dengan mulut yang berbusa dan mengeluarkan darah. Tapi, keluarganya menolak dan ada rencana memulangkan jenazah korban ke tempat asalnya di Tuban (Jawa Timur). Tadi, mantan istrinya ikut mengurus jenazah korban,” katanya saat dihubungi Solopos.com, Selasa.
Dugaan sementara, jelas Widodo, dari laporan jika Eko sering minum obat penenang. Pasalnya, petugas Puskesmas Purwantoro beberapa kali melihat Eko mengamuk dan berteriak-teriak setelah bercerai dengan istrinya. Selain itu, ada dugaan Eko meninggal karena penyakit jantung.
Berdasarkan informasi yang dihimpun Solopos.com, Selasa, menyebutkan, psikis Eko terguncang setelah berpisah dengan istrinya. Setelah bercerai, jelas Widodo, korban tinggal sendirian di rumah dinas. Terkadang, ada perawat yang membantu Eko di rumah dinas.
Kapolsek Purwantoro AKP Made Mangku Mastika, mewakili Kapolres Wonogiri AKBP Tanti Septiyani, menduga Eko meninggal sejak Senin (18/3/2013). “Kemungkinan sudah sejak Senin meninggal. Sudah kaku dan bagian dada hingga atas perut sudah lebam. Sudah agak membusuk sudah bau,” katanya kepada wartawan, Selasa.
Ia menyatakan korban ditemukan tertelungkup di lantai, dari telinga, hidung dan mulut keluar darah. Dugaan dari hasil pemeriksaan akibat overdosis karena terlalu banyak meminum obat. Hanya, tidak bisa pastikan karena tidak ditemukan sisa alat atau bungkus apapun di sekitar korban.
“Tadi pagi , sekitar pukul 07.00 WIB korban tidak keluar dari rumah dinas. Seorang petugas puskesmas, Tri Murwanto, dan petugas kebersihan, Dwi, mendekat ke rumah dinas karena ada bau aneh, seperti bau busuk. Akhirnya keduanya masuk kamar korban yang tidak dikunci,” ujarnya. Menurutnya, tidak ada tanda bekas penganiayaan atau bekas luka mencurigakan.
Label:
amuk,
berbusa,
berdarah,
cerai,
DKK,
dokter,
Eko Susanto,
jantung,
Kepala,
otopsi,
overdosis,
penenang,
Purwantoro 2,
Puskesmas,
rumah dinas,
terguncang,
teriak,
Widodo
Sabtu, 16 Maret 2013
Rincian Gaji Dokter Honorer Versi Basuki
Untuk memaksimalkan kinerja tenaga medis di DKI Jakarta, upah dokter honorer di DKI yang belum sesuai UMP akan segera disesuaikan. Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengatakan, Pemprov akan segera menaikkan gaji dokter honorer sesuai dengan UMP DKI, yaitu Rp 2,2 juta. "Itu gaji pokoknya saja, akan ada insentif dan tunjangan," kata Basuki di Balai Kota, Jakarta Pusat, Kamis, 14 Maret 2013.
Basuki menyebutkan, jika diakumulasi,dengan insentif dan tunjangan, maka seorang dokter honorer akan membawa pulang gaji sekitar Rp 4-5 juta. Unsur insentif dan tunjangan tersebut, Basuki menjelaskan, akan ada Tunjangan Kinerja Daerah (TKD) sebesar Rp 1 juta. Lalu ada Tunjangan Kinerja Rumah Sakit sekitar Rp 900 ribu-Rp 1 juta. "Jadi, kalau ditambah-tambah sudah sekitar Rp 4,2 juta," kata Basuki.
Selain dua tunjangan tersebut, Basuki mengatakan, masih akan ada insentif kasus tertentu yang bisa ditangani oleh dokter yang melebihi kompetensinya, "Misalnya, ia bisa mencegah wabah TBC, padahal dokter umum, itu ditambah lagi," ujar Basuki. Kemudian ditambah insentif yang dilihat dari jumlah pasien yang ditangani. Semakin banyak menangani pasien, maka insentifnya akan semakin besar. "Kalau menurut saya, sih, idealnya dokter-dokter yang kerja keras itu gajinya Rp 10 jutaan. Gaji supir Transjakarta saja Rp 7 jutaan. Berarti dokter kan harusnya di atas Rp 10 juta," kata dia.
Basuki menyebutkan, jika diakumulasi,dengan insentif dan tunjangan, maka seorang dokter honorer akan membawa pulang gaji sekitar Rp 4-5 juta. Unsur insentif dan tunjangan tersebut, Basuki menjelaskan, akan ada Tunjangan Kinerja Daerah (TKD) sebesar Rp 1 juta. Lalu ada Tunjangan Kinerja Rumah Sakit sekitar Rp 900 ribu-Rp 1 juta. "Jadi, kalau ditambah-tambah sudah sekitar Rp 4,2 juta," kata Basuki.
Selain dua tunjangan tersebut, Basuki mengatakan, masih akan ada insentif kasus tertentu yang bisa ditangani oleh dokter yang melebihi kompetensinya, "Misalnya, ia bisa mencegah wabah TBC, padahal dokter umum, itu ditambah lagi," ujar Basuki. Kemudian ditambah insentif yang dilihat dari jumlah pasien yang ditangani. Semakin banyak menangani pasien, maka insentifnya akan semakin besar. "Kalau menurut saya, sih, idealnya dokter-dokter yang kerja keras itu gajinya Rp 10 jutaan. Gaji supir Transjakarta saja Rp 7 jutaan. Berarti dokter kan harusnya di atas Rp 10 juta," kata dia.
Sabtu, 24 Maret 2012
Wow, Hasil Cek Kesehatan Dahlan Iskan Melebihi Kesehatan Dokternya
Pendiri Rumah Sakit Yi Zhongxin Yiyuan Tianjin, Profesor Shen Zhonghyang, tidak percaya dengan hasil cek kesehatan Menteri Badan Usaha Milik Negara, Dahlan Iskan, yang dilakukan beberapa hari ini.
Ahli tranplantasi sekaligus direktur umum rumah sakit yang dulu jadi pemimpin operasi ganti hati Dahlan geleng-geleng saat melihat hasil cek kesehatan. “Ini lebih sehat dari saya,” kata Shen, seperti dalam surat elektronik.
Label:
BUMN,
cek,
Dahlan Iskan,
direktur,
dokter,
ganti hati,
geleng-geleng,
kesehatan,
menteri,
operasi,
Prof Sehn Zhonghyang,
RS,
tak percaya,
transplantasi,
Yi Zhongxin Yiyuan Tianjin
Rabu, 14 Maret 2012
Operasi Paru Janin Umur 26 Minggu Berhasil Sukses
Ketika Alaitz masih berada dalam kehangatan rahim sang ibu, tim dokter dari Spanyol melakukan tindakan operasi pada parunya untuk memperbaiki saluran tenggorokan yang tersumbat. Operasi tersebut sukses. Kini Alaitz sudah berusia 16 bulan dan sehat.
Selanjutnya ...
Selanjutnya ...
Langganan:
Postingan (Atom)