Tampilkan postingan dengan label Kapolri. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kapolri. Tampilkan semua postingan

Rabu, 30 Oktober 2013

Inilah Foto Sespri yang Menghebohkan Dunia Maya

SOLO--Sekurangnya ada 3 foto syur staf Sespri itu yang beredar di dunia maya. Foto-foto itu kemungkinan diambil sendiri oleh polwan yang diketahui berinisial RS tersebut dengan kamera telepon genggamnya.

Tidak ada siapa-siapa selain perempuan itu sendiri di dalam foto yang beredar. Salah satu foto terlihat seragam dinas kepolisian yang tergantung di lemari kamarnya.

Tersangka penyebar foto syur itu sekarang diperiksa di Jakarta. Selama ini kepada korban dia mengaku-ngaku sebagai polisi dengan pangkat iptu.

Beberapa foto syur seorang perempuan cantik berkulit putih tiba-tiba beredar di dunia maya baru-baru ini. Di dalam salah satu foto itu ada baju dinas polisi yang ikut terjepret.

Tidak begitu jelas pangkat yang terlihat. Begitu pula dengan lambang satuan Polda wilayah juga tidak terlihat.

Tiga foto tersebut diambil dengan sengaja oleh perempuan berambut pendek itu dengan telepon genggam. Diperkirakan semua foto yang masih belum dikonfirmasi keasliannya itu diambil di dalam sebuah kamar.

Dia mengambil gambar di atas kasur dan di meja rias. Baju dinas polisi sedang tergantung di lemari tertangkap kamera saat dia sedang berpose di depan meja rias.

Ekspresi wajahya saat foto di atas tempat tidur tampak datar. Sementara di depan meja rias, terlihat senyum tipis di sudut bibirnya saat mengabadikan dirinya.

Sementara Kapolda Lampung Brigjen Pol Heru Winarko membantah Polwan yang berpose bugil merupakan Sekretaris Pribadi alias Sespri dirinya. RS, kata Heru, merupakan Sespri dari istrinya.

“Dia dampingi istri saya,” singkat Heru usai acara pisah sambut Kapolri Timur Pradopo dan Komjen Sutarman, di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, seperti dikutip liputan6.com, Selasa (29/10/2013).

Heru mengaku belum mengetahui persis peredaran foto bugil RS yang bertugas di wilayah hukum Polda Lampung tersebut. Alasannya, beberapa hari belakangan dirinya disibukkan kegiatan Sertijab Kapolri.

“Yang jelas saya kan dari kemarin di Jakarta, saya tahunya dari anggota yang sedang cek benar tidak itu. Tapi perkembangannya kita lihat,” ungkap dia.

Ia menjelaskan, RS sudah bertugas selama 5 tahun. Sebelum Heru bertugas sebagai Kapolda, RS telah menjabat sebagai Sespri. Heru juga mengaku RS tidak menginap di rumah dinas yang ditempatinya.

“Enggak. Ya fungsi dia, dia datang sudah jadi sespri, dia. Sespri Kapolda,” ungkap Heru. Sumber *

Rabu, 24 Juli 2013

Jenderal Rekening Gendut Tidak Etis Jadi Kapolri

Jakarta - Pengamat kepolisian Bambang Widodo Umar menyebut jika calon Kepala Polri harus punya rekam jejak karier yang bersih. Termasuk bersih dari kabar miring kepemilikan rekening gendut.

Dari sembilan nama calon Kapolri pengganti Jenderal Timur Pradopo, terdapat nama Kepala Lembaga Pendidikan Komjen Budi Gunawan, dan Asisten Operasi Kapolri Irjen Badrudin Haiti. Keduanya sempat terkena temuan janggal Pusat Pelaporan dan Analisa Transaksi Keuangan dengan kepemilikan rekening gendut.

Menurut dia, sebaiknya Komjen Budi Gunawan dan Irjen Badrudin Haiti tidak dimasukkan dalam bursa calon Kapolri."Berdasar logika, dan etika seyogyanya cari calon yang lain," kata Bambang saat dihubungi Tempo, Selasa, 23 Juli 2013. Selanjutnya *

Kamis, 06 Juni 2013

Pergantian Kapolri Dipercepat Bukan karena Timur Pradopo Mengecewakan


TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Juru Bicara Presiden Julian Aldrin Pasha mengatakan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) akan memercepat pergantian Kapolri, pada Agustus mendatang.
Kapolri Jenderal Timur Pradopo baru memasuki masa pensiun pada Januari 2014. Namun, Presiden SBY memercepat pergantian Kapolri menjadi tahun ini.
SBY menginginkan Kapolri baru segera dipilih, agar Kapolri terpilih nanti bisa segera menyiapkan pengamanan jelang Pemilu 2014.
Menurut Julian, keputusan ini memiliki pertimbangan demi kelancaran tugas, sebagaimana diamanatkan Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara.
"Kita tahu bahwa salah satu tugas kepolisian sebagai salah satu fungsi pemerintahan dan tentu sebagai alat negara, adalah memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, di samping tentu menegakkan hukum, perlidungan, dan pengayoman pelayanan masyarakat," ujar Julian kepada wartawan di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (5/6/2013).

Senin, 26 November 2012

“LPBH PBNU akan melayangkan somasi kepada Partai Demokrat cq Soetan Bhatoegana,” kata Andi Najmi Fuadi (Ketua)

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) akan melayangkan somasi terhadap Partai Demokrat terkait pernyataan petinggi partai itu, Soetan Bathoegana, yang dinilai melecehkan Presiden RI ke-4 KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang merupakan tokoh kebanggaan NU.

“LPBH PBNU akan melayangkan somasi kepada Partai Demokrat cq Soetan Bhatoegana,” kata Ketua Lembaga Penyuluhan dan Bantuan Hukum (LPBH) PBNU Andi Najmi Fuadi di Jakarta, Senin (26/11/2012).

Andi menjelaskan, dalam dialog di Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Rabu (21/11/2012), Soetan menyebut Gus Dur dilengserkan dari kursi kepresidenan karena terlibat skandal korupsi Buloggate dan Bruneigate.

Menurut Andi, pernyataan Soetan tersebut merupakan fitnah terhadap Gus Dur, pelecehan terhadap NU, sekaligus mendistorsi sejarah.

“Gus Dur jatuh bukan karena kasus hukum tapi korban konspirasi politik orang-orang yang terancam oleh langkah-langkah Gus Dur selaku Presiden,” tandas Andi.

Dikatakannya, Sidang Istimewa MPR 2001 yang menjadi ajang pelengseran Gus Dur, sama sekali bukan untuk “mengadili” mantan Ketua Umum PBNU tiga periode itu karena kasus hukum, apalagi skandal korupsi yang dituduhkan kepadanya, namun menyikapi pengangkatan Chaerudin Ismail sebagai Kapolri yang dianggap menyalahi TAP MPR VII/2000.

Menurut Andi, pernyataan Soetan itu menuai protes keras dari pengurus dan warga NU di berbagai wilayah.

Desak Soetan Secara terpisah Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Pencak Silat NU Pagar Nusa, M Nabil Haroen, mendesak Soetan Bathoegana mencabut pernyataannya dan meminta maaf.

“Jika Bathoegana tak segera meminta maaf dan menarik pernyataannya itu, emosi dan kejengkelan warga Nahdliyyin bisa membludak. Kami tak akan bisa membendungnya,” katanya.

Menurut Nabil, pernyataan Soetan Bathoegana mengenai Gus Dur beberapa saat lalu merendahkan akal budi dan ingatan publik.

“Ia mengabaikan SP3 yang diterbitkan Jaksa Agung bahwa Gus Dur bersih dari kasus Bruneigate dan Buloggate. Hal itu sudah terbukti. Yang belum terbukti justru kasus Century,” tandasnya.

Selain itu, kata Nabil, Soetan Bhatoeghana cuma mencontoh dan mengulangi kemalasan politik yang biasa dipakai untuk pengalihan isu.

Menurut dia, Soetan Bathoegana sengaja mengeruhkan sesuatu yang jernih untuk menutupi kekeruhan yang ada saat ini.

“Bathoegana dengan begitu tak hanya melecehkan Gus Dur, tapi memaksa Gus Dur untuk menutupi kekeruhan yang terjadi di rezim pemerintahan yang berkuasa saat ini,” tandasnya.

Senin, 03 September 2012

Keganjilan Teror Solo Menurut IPW

Densus 88 berhasil menangkap tiga terduga teroris yang melakukan serangkaian teror di Solo. Dua terduga teroris tewas dalam baku tembak dengan personel Densus 88, Jumat (31/8/2012) malam

Tapi Indonesia Police Watch (IPW) mencium adanya kejanggalan dalam penyergapan yang dilakukan hari Jumat (31/8) lalu. Pertama, pistol yang disita dari terduga teroris adalah Bareta dengan tulisan Property Philipines National Police.

Padahal sebelumnya Kapolresta Solo Kombes Asdjima’in menyebutkan, senjata yang digunakan menembak polisi di pospam Lebaran jenis FN kaliber 99 mm.

“Pertanyaannya, apakah orang yang ditembak polisi itu benar-benar orang yang menembak polisi di Pospam Lebaran atau ada pihak lain sebagai pelakunya?” tutur Ketua Presidium IPW, Neta S Pane dalam keterangannya, Minggu (2/9/2012).

Keganjilan kedua terkait tertembaknya anggota Densus 88, Bripda Suherman. Tembakan yang membuat Suherman ikut tewas menunjukkan ketidakberesan standar operasi prosedur anggota Densus ketika bertugas.

“Pertanyaannya, apakah benar pada malam 31 Agustus itu ada operasi Densus, jika ada kenapa anggota Densus bisa teledor, bertugas tidak sesuai SOP?” kata Neta.

Keganjilan ketiga, beberapa jam setelah penyergapan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memerintahkan Kapolri segera meninjau lokasi kejadian.

“Padahal dalam peristiwa-peristiwa sebelumnya, hal itu tidak pernah terjadi. Bahkan saat tiga kali penyerangan terhadap Pospam Lebaran SBY tidak bersikap seperti itu. Pertanyaannya, apakah SBY ingin membangun citra dan menarik simpati publik dari peristiwa Solo yang sempat memojokkan Jokowi ini?” tutur Neta.

Dalam penyergapan hari Jumat (31/8), Densus berhasil mengamakan satu terduga teroris dalam kondisi hidup di Desa Bulurejo, Kecamatan Gondangrejo, Karanganyar.

Sementara dua terduga teroris berinisial F, 19 tahun) dan M, 19 tahun) tewas dalam baku tembak dengan personel Densus 88. Jasad keduanya kini berada di RS Sukanto Polri, Jakarta Timur.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
//** Like Button FB **//
//** Like Button FB **//