Persinggungan Benny Lin dengan Wikipedia tak lepas dari peran salah satu pendiri Wikipedia Bahasa Indonesia (WBI), Revo Arka Giri Soekatno, warga Indonesia yang saat ini bermukim di Belanda.
Revo ini juga mendirikan Wikipedia Bahasa Jawa (WBJ) yang diyakini Benny pada tanggal dan tahun yang sama, yakni 30 Mei 2003.
WBJ memang tak sekencang laju pertumbuhan informasi di WBI karena beberapa faktor, di antaranya minimnya penyunting yang mampu menguasai bahasa Jawa dengan baik. Salah satu upaya WBI yakni menggelar lomba menulis dan menyusun data bersama akademisi sejumlah universitas di Indonesia.
Kompetisi ini melibatkan IKIP PGRI Semarang, Universitas Diponegoro, Universitas Gadjah Mada, Universitas Indonesia, Universitas Negeri Semarang dan Universitas Negeri Yogyakarta. Kompetisi ini dimulai 17 September 2012 hingga April 2013.
Menyunting informasi berbahasa Jawa memang butuh keahlian lebih, mampu menulis bahasa Jawa dengan baik. Hal ini rupanya belum menarik minat penyunting atau masyarakat.
“Saya percaya, Wiki Bahasa Indonesia dan Wiki Bahasa Jawa ini memiliki kedekatan yang istimewa sekali. Mas Revo membuatnya secara bersama-sama. Beda dengan Wiki Sunda, Wiki Minang atau lainnya.”
Untuk itu, ia berharap dan mengajak masyarakat untuk dapat berbagi pengetahuan dengan cara menuliskannya dalam bahasa Jawa di WBJ. Di balik itu semua, ia berharap martabat bahasa Jawa makin tinggi dan sejajar dengan bahasa lainnya di dunia. Terlebih sekitar 40 juta orang menggunakan bahasa Jawa dalam kehidupan sehari-hari.
Masyarakat Jawa, menurutnya, menghargai bahasa dan aksara Jawa. Eksistensi keduanya perlu diwujudkan kongkret dalam pemerintahan. Ia punya harapan dan cita-cita pemerintah kota/kabupaten dan provinsi mengakui bahasa Jawa dan aksara Jawa. Pengakuan itu tak sekadar lisan namun diwujudkan lebih aplikatif dalam tata pemerintahan sehari-hari.
“Misal produk seperti perda. Selain ditulis dalam bahasa Indonesia, juga bisa ditulis memakai bahasa Jawa dan memakai aksara Jawa.”
Hal ini, ujar Benny, demi eksistensi bahasa dan aksara Jawa di tengah komunitas dan masyarakat Jawa. Tak terbantahkan, saat ini bahasa Jawa mulai ditinggalkan pelan-pelan oleh orang Jawa sendiri.
Hal ini dimulai dari keluarga yang lebih banyak berbahasa Indonesia dalam dialog sehari-hari. Akibatnya, anak di lingkungan tersebut tak menguasai bahasa Jawa sebaik bahasa Indonesia.
Demikian juga terkait aksara Jawa yang hampir dilupakan masyarakat. Aksara Jawa tidak lagi digunakan dalam kegiatan menulis sehari-hari.
Saat ini, aksara Jawa lebih dikenal sebagai sebuah seni kaligrafi Jawa. Aksara itu bisa dinikmati dari pemakaian simbol-simbol kota, nama jalan, papan nama di kantor-kantor di Solo.
“Belajar [aksara Jawa] cuma di sekolah, setelah lulus, tidak dipakai, akhirnya lupa,” imbuh dia.
Selain itu, harapan lainnya ialah adanya peringatan hari khusus sebagai Hari Bahasa Jawa dan Hari Aksara Jawa.
“Saya ingin memulainya. Hari Bahasa Jawa dan Hari Aksara Jawa jatuh pada 30 Mei. Alasannya, itu pertama kali bahasa Jawa dikenalkan di Wikipedia. Saya juga akan gelar acara di car free day nanti menjelang hari itu.”