Selanjutnya: IPTEK (Sains) Versus Spiritualitas (4)
Senin, 03 Juni 2013
IPTEK (Sains) Versus Spiritualitas (3)
Benar apa yang dikatakan oleh fisikawan Iran Mehdi Golshani bahwa teorema Gödel memiliki implikasi penting bagi sains-sains fisika yang di dalamnya matematika memainkan peran mendasar. Jadi, untuk menjelaskan sains dan keberhasilannya, orang harus melangkah keluar dari batas-batas sains. Tidakkah kita dapat memahaminya bahwa apa yang disebut “natural” dan “supranatural” sebagai dua sisi dari realitas yang sama; bahwa mendekati Alam Semesta dapat dilakukan dari dua sisi yang “kelihatannya” berlawanan seperti yang dipahami oleh Hawking dan Dawkins. Agaknya, kedua ilmuwan itu tak bisa melepaskan diri dari konsepsi materialistik yang sudah tertanam dalam benak ketika berupaya memahami sebuah fakta. Hawking, yang bergulat dalam kosmologi, menguatkan argumennya itu lewat kesimpulannya atas model Dentuman Besar (Big Bang). Penciptaan alam semesta, kata Hawking, tidak memerlukan intervensi sesuatu yang supernatural atau Tuhan. Semesta yang banyak ini muncul alamiah dari hukum fisika. “Semesta adalah prediksi sains,” tulis Hawking dalam The Grand Design. Dalam Dentuman Besar, tidak ada awal yang temporal bagi alam semesta.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar