Jakarta - Bentrok antara TNI dan Polri di depan Mega Mal, Karawang, Jawa Barat, ternyata menimbulkan korban. Sedikitnya ada enam orang anggota polisi yang terluka. Bagaimana kronologi pertikaian ini?
Berdasarkan informasi yang dihimpun dari pihak kepolisian dan TNI, pemicunya diketahui karena ada kesalahpahaman salah satu anggota Brimob dan anggota TNI. Kejadian dimulai sejak pagi, Selasa (19/11/2013).
Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Budiman menyesalkan terjadinya bentrok ini. Padahal kejadian itu dipicu oleh kesalahpahaman.
"Kami sesalkan mereka melakukan tindakan tidak konstruktif. Mereka mencari Brimob, di luar kewenangannya," kata Budiman di Jalan Kapten Tendean, Jakarta Selatan, Selasa (19/11/2013).
Berikut kronologinya yang dihimpun dari pihak TNI dan Polri:
Pukul 09.00 WIB
Pasukan Subden 2 Brimob melaksanakan pengamanan demo buruh di Pemda Kabupaten Karawang. Selanjutnya *
Tampilkan postingan dengan label bentrok. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label bentrok. Tampilkan semua postingan
Selasa, 19 November 2013
Sabtu, 27 Juli 2013
Bentrok FPI, 400 Orang Jamin Bebaskan Tersangka
Kendal--Sedikitnya 400 warga dari Sukorejo dan sekitarnya menjadi penjamin penangguhan penahanan empat warga yang ditahan kepolisian, karena menjadi tersangka dalam bentrok antara Front Pembela Islam di Sukorejo 19 Juli 2013 lalu. Para penjamin merupakan anggota keluarga keempat tersangka, tetangga, serta tokoh masyarakat.
Empat warga yang ditahan adalah, Agus Riyadi alias Gudel, 33 tahun, warga Pucak Wangi, pageruyung, Agus Atriyono, 27 tahun warga Tembelang, Pageruyung, Edy Bowo Dwiyanto, 30 tahun, warga Tembelang, Pageruyung dan Paedo Gogi Kulkarimah, 25 tahun warga Kauman, Sukorejo. Sejak 21 Juli, mereka ditahan dan dijadikan tersangka dengan tuduhan merusak mobil FPI.
Perwakilan warga didampingi kuasa hukum tersangka, Jumat, 26 Juli 2013 mendatangi markas Kepolisian Resor Kendal untuk menyampaikan permohonan penangguhan penahanan. "Akan lebih bijak, jika polisi melakukan penangguhan penahanan," kata kuasa hukum tersangka, Deni Septiviant kepada Tempo. Selanjutnya *
Empat warga yang ditahan adalah, Agus Riyadi alias Gudel, 33 tahun, warga Pucak Wangi, pageruyung, Agus Atriyono, 27 tahun warga Tembelang, Pageruyung, Edy Bowo Dwiyanto, 30 tahun, warga Tembelang, Pageruyung dan Paedo Gogi Kulkarimah, 25 tahun warga Kauman, Sukorejo. Sejak 21 Juli, mereka ditahan dan dijadikan tersangka dengan tuduhan merusak mobil FPI.
Perwakilan warga didampingi kuasa hukum tersangka, Jumat, 26 Juli 2013 mendatangi markas Kepolisian Resor Kendal untuk menyampaikan permohonan penangguhan penahanan. "Akan lebih bijak, jika polisi melakukan penangguhan penahanan," kata kuasa hukum tersangka, Deni Septiviant kepada Tempo. Selanjutnya *
Label:
400,
Agus Atriyono,
Agus Riyadi,
Bebaskan,
bentrok,
Deni Septiviant,
Edy Bowo Dwiyanto,
FPI,
Jamin,
kepolisian,
orang,
Paedo Gogi Kulkarimah,
penjamin,
Sukorejo,
tersangka
Kamis, 18 Juli 2013
Cerita Lengkap Saksi Mata Soal Bentrok FPI vs Warga di Kendal
Bentrok warga dan FPI bukan peristiwa tunggal. Ada kait-mengkait dengan peristiwa lain. Berikut cerita lengkap saksi mata bentrok tersebut.
Rabu (17/7) kemarin, puluhan anggota FPI datang ke lokalisasi Sukorejo, Kendal. FPI minta tempat tersebut ditutup. Negosiasi dengan 'beking' lokalisasi gagal. Massa FPI mengancam datang lebih banyak.
Hari ini, FPI menepati janjinya. Mereka datang dengan massa lebih banyak, menumpang antara 9-10 mobil. Bukannya takut, 'beking' lokalisasi melawan. Terjadi bentrok. Selanjutnya *
Rabu (17/7) kemarin, puluhan anggota FPI datang ke lokalisasi Sukorejo, Kendal. FPI minta tempat tersebut ditutup. Negosiasi dengan 'beking' lokalisasi gagal. Massa FPI mengancam datang lebih banyak.
Hari ini, FPI menepati janjinya. Mereka datang dengan massa lebih banyak, menumpang antara 9-10 mobil. Bukannya takut, 'beking' lokalisasi melawan. Terjadi bentrok. Selanjutnya *
Selasa, 28 Agustus 2012
"Ada konflik antar keluarga, saling berebut pengaruh pesantren di antara kakak dan adiknya. Mereka bersaudara," ujar Ketua PBNU Said Agil Siradj
Bentrokan antara dua kelompok di Sampang, Madura, bukan disebabkan perbedaan keyakinan. Konflik yang menyebabkan puluhan rumah terbakar dan seorang tewas itu dipicu persoalan internal keluarga.
"Ada konflik antar keluarga, saling berebut pengaruh pesantren di antara kakak dan adiknya. Mereka bersaudara," ujar Ketua PBNU Said Agil Siradj di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (28/8/2012).
Menurutnya, antara NU dan komunitas Syiah tidak pernah terjadi pertikaian, baik di Madura atau daerah lain yang menjadi basis massa.
"Malah pusatnya Syiah di Bangil, selama sejarahnya tidak pernah ada bentrokan dengan NU yang di Pasuruan. Saling silahturahmi," tuturnya.
Sebelumnya, pada Senin (28/8), Menteri Agama Suryadharma Ali telah menegaskan, kasus kerusuhan di Sampang yang melibatkan kelompok dari Sunni dan Syiah karena dipicu masalah keluarga. Menag maupun Mendagri juga membantah bahwa bentrokan yang menewaskan 2 orang itu bukan karena masalah pertentangan paham Sunni dengan Syiah atau masalah agama.
Suryadharma menerangkan, keluarga yang mempunyai masalah hingga melibatkan kelompok lebih besar yakni dari keluarga Tajul Muluk (Syiah) dengan keluarga Rois (Sunni). Karena masalah keluarga yang berlarut-larut sejak 2004 lalu, akhirnya berkembang hingga melibatkan kelompok yang jumlahnya lebih besar.
Ia menegaskan, permasalahan tersebut bukan dipicu karena beda aliran antara Sunni dengan Syiah maupun pertentangan agama. Ia meminta kepada masyarakat lainnya, untuk tidak melihat masalah ini pertikaian antara Sunni dengan Syiah.
"Ada konflik antar keluarga, saling berebut pengaruh pesantren di antara kakak dan adiknya. Mereka bersaudara," ujar Ketua PBNU Said Agil Siradj di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (28/8/2012).
Menurutnya, antara NU dan komunitas Syiah tidak pernah terjadi pertikaian, baik di Madura atau daerah lain yang menjadi basis massa.
"Malah pusatnya Syiah di Bangil, selama sejarahnya tidak pernah ada bentrokan dengan NU yang di Pasuruan. Saling silahturahmi," tuturnya.
Sebelumnya, pada Senin (28/8), Menteri Agama Suryadharma Ali telah menegaskan, kasus kerusuhan di Sampang yang melibatkan kelompok dari Sunni dan Syiah karena dipicu masalah keluarga. Menag maupun Mendagri juga membantah bahwa bentrokan yang menewaskan 2 orang itu bukan karena masalah pertentangan paham Sunni dengan Syiah atau masalah agama.
Suryadharma menerangkan, keluarga yang mempunyai masalah hingga melibatkan kelompok lebih besar yakni dari keluarga Tajul Muluk (Syiah) dengan keluarga Rois (Sunni). Karena masalah keluarga yang berlarut-larut sejak 2004 lalu, akhirnya berkembang hingga melibatkan kelompok yang jumlahnya lebih besar.
Ia menegaskan, permasalahan tersebut bukan dipicu karena beda aliran antara Sunni dengan Syiah maupun pertentangan agama. Ia meminta kepada masyarakat lainnya, untuk tidak melihat masalah ini pertikaian antara Sunni dengan Syiah.
Label:
2004,
Bangil,
bentrok,
internal,
keluarga,
keyakinan,
Madura,
PBNU,
persoalan,
Rois,
rumah terbakar,
Said Agil Siradj,
Sampang,
seorang tewas,
Sunni,
Suryadharma Ali,
Syiah,
Tajul Muluk
Langganan:
Postingan (Atom)