Penemuan di situs penggalian kota Pompeii mengungkapkan persepsi bagaimana cara makan kelas menengah dan bawah bangsa Romawi berupa sup dan bubur, kemudian adanya perdagangan besar buah-buhan, daging, dan rempah-rempah impor yang diperoleh dari Indonesia. Temuan ini terungkap setelah penggalian satu dekade di dua blok kota yang terkubur di bawah gunung berapi, diperkirakan terkubur sejak tahun 79 Masehi dan identik seperti susunan bangunan di abad ke-6.
Hasil temuan ini akan dipublikasikan secara resmi oleh tim arkeolog University of Cincinnati pada tanggal 4 Januari 2014 dalam pertemuan gabungan yang diadakan setiap tahun oleh Archaeological Institute of America ( AIA ) dan Amerika Philological Association ( APA ) di Chicago. Penelitian didukung oleh UC Department of Classics Louise Taft Semple Fund, National Endowment for The Humanities, National Geographic Society, Loeb Classical Library Foundation, dan didanai oleh beberapa perusahaan swasta. Selanjutnya *
Tampilkan postingan dengan label bukti. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label bukti. Tampilkan semua postingan
Senin, 06 Januari 2014
Kamis, 29 Agustus 2013
Naiknya Popularitas Jokowi Bukti Perubahan Paradigma Pemilih Indonesia
JAKARTA - Elektabilitas Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) dalam survei Kompas yang mencapai angka 32,5 persen, menunjukkan kecenderungan perilaku pemilih yang meninggalkan sikap konservatisme politik
"Angka ini meningkat dua kali lipat dari survei di 2012, dan ini dipertegas dengan survei serupa oleh Forum Akademisi IT," ujar Direktur Seven Strategic Studies Mulyana W Kusumah. Mulyana, dalam diskusi 'Membaca Kehendak Rakyat di Kawasan SCBD Jakarta', Selasa (27/8/2013).
Naiknya elektabilitas Jokowi, menurut Mulyana, mengubah paradigma ketokohan berdasarkan pencitraan semu penuh rekayasa, yang kebijakannya justru tidak pro rakyat. Selanjutnya *
"Angka ini meningkat dua kali lipat dari survei di 2012, dan ini dipertegas dengan survei serupa oleh Forum Akademisi IT," ujar Direktur Seven Strategic Studies Mulyana W Kusumah. Mulyana, dalam diskusi 'Membaca Kehendak Rakyat di Kawasan SCBD Jakarta', Selasa (27/8/2013).
Naiknya elektabilitas Jokowi, menurut Mulyana, mengubah paradigma ketokohan berdasarkan pencitraan semu penuh rekayasa, yang kebijakannya justru tidak pro rakyat. Selanjutnya *
Label:
32.5 persen,
bukti,
Forum Akademisi IT,
Indonesia,
Joko Widodo,
Jokowi,
konservatisme,
Mulyana W Kusumah,
naik,
Paradigma,
Pemilih,
perubahan,
popularitas,
survei Kompas
Senin, 03 Juni 2013
IPTEK (Sains) Versus Spiritualitas? (1)
Tatkala buku The Grand Design terbit, sekitar 3 tahun yang silam, sambutan publik tidak semeriah ketika The Brief History of Time dipublikasikan. Kendati begitu, Stephen Hawking, penulisnya, tak kurang piawai dalam menyemarakkan kemunculan The Grand Design di muka umum. Guru Besar Matematika di Cambridge University itu mengeluarkan pernyataan yang memancing kembali diskusi soal relasi di antara sains dan agama. Katanya: “Ada perbedaan fundamental antara agama yang didasarkan atas otoritas dan sains yang didasarkan atas observasi dan nalar.”
Dalam bukunya, Hawking menulis: “Karena adanya hukum seperti gravitasi, tata surya dapat dan akan membentuk dirinya sendiri. Penciptaan spontan adalah alasannya mengapa sekarang ada ‘sesuatu’ dan bukannya kehampaan, mengapa alam semesta ada dan kita ada. Tidak perlu memohon kepada Tuhan untuk memulai segalanya dan menggerakkan alam semesta.” Ia bahkan berujar: “Sains akan menang.”
Sebagaimana Hawking, ilmuwan Inggris lainnya, Richard Dawkins, juga menampik kehadiran Sang Pencipta dengan beranjak dari titik berangkat yang sama: sains didasarkan atas bukti yang dapat diverifikasi, sedangkan keyakinan agama bukan hanya tidak punya bukti, tapi bahkan kemandiriannya dari bukti adalah kebanggaan dan kesenangannya. Biolog-evolusioner ini meyakini bahwa evolusi—yang ia sebut sebagai “sang desainer buta”—menggunakan trial and error secara kumulatif untuk bisa mencari ruang yang luas dari struktur-struktur yang mungkin.
Kedua ilmuwan itu beranggapan bahwa ketidakcocokan sains dan agama dikarenakan oleh perbedaan tajam epistemologi yang melatari keduanya. Sains merupakan studi sistematis atas observasi terhadap alam dengan indera manusia dan bantuan instrumen saintifik. Agama, di lain pihak, mengajarkan bahwa manusia memiliki ‘indera dalam’ yang memungkinkan manusia mengakses realitas transenden (spiritual) yang melampaui dunia yang kasat mata.
Berlawanankah keduanya? Sebagian ilmuwan berpendapat, keduanya tak bisa diakurkan. Karena itu, fisikawan Victor Stenger heran apabila ada ilmuwan yang sanggup menerima keduanya secara bersamaan. Masing-masing bagian otak, kata Stenger, mestinya tak mungkin menerima dua hal yang bertentangan sekaligus.
Sumber
Dalam bukunya, Hawking menulis: “Karena adanya hukum seperti gravitasi, tata surya dapat dan akan membentuk dirinya sendiri. Penciptaan spontan adalah alasannya mengapa sekarang ada ‘sesuatu’ dan bukannya kehampaan, mengapa alam semesta ada dan kita ada. Tidak perlu memohon kepada Tuhan untuk memulai segalanya dan menggerakkan alam semesta.” Ia bahkan berujar: “Sains akan menang.”
Sebagaimana Hawking, ilmuwan Inggris lainnya, Richard Dawkins, juga menampik kehadiran Sang Pencipta dengan beranjak dari titik berangkat yang sama: sains didasarkan atas bukti yang dapat diverifikasi, sedangkan keyakinan agama bukan hanya tidak punya bukti, tapi bahkan kemandiriannya dari bukti adalah kebanggaan dan kesenangannya. Biolog-evolusioner ini meyakini bahwa evolusi—yang ia sebut sebagai “sang desainer buta”—menggunakan trial and error secara kumulatif untuk bisa mencari ruang yang luas dari struktur-struktur yang mungkin.
Kedua ilmuwan itu beranggapan bahwa ketidakcocokan sains dan agama dikarenakan oleh perbedaan tajam epistemologi yang melatari keduanya. Sains merupakan studi sistematis atas observasi terhadap alam dengan indera manusia dan bantuan instrumen saintifik. Agama, di lain pihak, mengajarkan bahwa manusia memiliki ‘indera dalam’ yang memungkinkan manusia mengakses realitas transenden (spiritual) yang melampaui dunia yang kasat mata.
Berlawanankah keduanya? Sebagian ilmuwan berpendapat, keduanya tak bisa diakurkan. Karena itu, fisikawan Victor Stenger heran apabila ada ilmuwan yang sanggup menerima keduanya secara bersamaan. Masing-masing bagian otak, kata Stenger, mestinya tak mungkin menerima dua hal yang bertentangan sekaligus.
Selanjutnya: IPTEK (Sains) Versus Spiritualitas? (2)
Sumber
Label:
Agama,
bukti,
diverifikasi,
epistemologi,
evolusi,
nalar,
observasi,
otoritas,
perbedaan,
Richard Dawkins,
sains,
sistematis,
spiritual,
Stephen Hawking,
The Grand Design,
transenden,
trial and error,
Victor Stenger
Sabtu, 26 Januari 2013
ABG DIBUNUH & DIBAKAR: Ungkap Kasus, Paranormal pun Dilibatkan
Warga Pucangan, Kartasura, Sukoharjo, Kamis (24/1/2013) malam, digegerkan dengan penemuan mayat ABG yang dibakar di area persawahan di Dukuh Gandekan, Pucangan, Kartasura. Ratusan warga dari malam hingga pagi banyak yang datang ke lokasi kejadian. Tak sekedar melihat, beberapa warga bahkan ada yang mengecam aksi pembunuhan sadis tersebut dengan mengatakan pelaku harus dijatuhi hukuman mati.
Tak hanya mengejutkan tapi peristiwa pembunuhan tersebut juga membuat pusing aparat kepolisian Sukoharjo. Hal ini karena mayat perempuan yang diduga berusia 16 tahun itu tak bisa diidentifikasi. Bahkan hingga Jumat pagi, belum ada laporan dari masyarakat yang mencari keberadaan anak gadisnya.
Terbatasnya bukti dan saksi mata memaksa aparat kepolisian menyewa jasa paranormal untuk membantu menguak peristiwa tersebut. Paranormal tersebut bernama Ahmad Tamrin warga Karanglo, Wironanggan, Gatak.
Begitu Tim Inafis Polres Sukoharjo meninggalkan tempat kejadian perkara (TKP), Ahmad langsung mendekat ke lokasi kejadian. Dia langsung menyentuh jalan yang terdapat bercak darah yang terdapat di lokasi pembakaran. Dia menggenggam tanah tersebut dan memejamkan mata. Tak berapa lama kemudian dia berbicara dengan anggota polisi yang saat itu masih berada di TKP.
“Dari bekas ban yang terdapat di tikungan (dari Dukuh Grejen ke area persawahan) dapat dilihat ukuran ban besar, seperti ban jeep dengan lebar 20 cm hingga 22 cm. Kalau berdasarkan penerawangan saya, mobilnya bermerk Vitara karena bekas bannya halus. Sedangkan warna mobil menurut saya cenderung berwarna Silver,” ungkap Ahmad ketika ditemui Solopos.com seusai mengungkapkan hasil penerawangannya kepada polisi, Jumat (25/1/2013).
Menurut Ahmad, pelaku melaju dari arah utara ke selatan. Begitu membuang dan membakar mayat, pelaku langsung melaju menuju selatan. Ahmad juga menuturkan di TKP ada bekas ban mobil agak menyerong. Dia menilai mungkin pelaku mencuci tangan di selokan yang berada di samping TKP.
Ahmad menilai pembunuhan dilakukan di tempat lain, bukan di TKP. Sedangkan pembunuhan terjadi sekitar setengah jam hingga satu jam sebelum mayatnya di bakar karena darah korban sudah mengental.
“Kalau melihat dari bekas luka, kemungkinan korban dibacok dari arah depan dengan menggunakan tangan kanan karena luka berada di kepala bagian depan agak ke kiri. Kemungkinan juga korban mengenal pelaku. Keduanya tidak berasal dari Sukoharjo, tapi dari luar kota yang sedang bermain di sekitar sini. Kalau menurut saya, mereka sudah pergi sejak pagi karena kemarin [Kamis] kan libur sekolah,” lanjut Ahmad.
Ahmad mengungkapkan tak sepaham dengan pihak kepolisian terkait sebelum dibunuh, korban diperkosa terlebih dahulu. Ahmad menilai, persetubuhan terjadi karena suka sama suka tanpa ada paksaan. Hal ini karena ikat pinggang korban masih terikat dan tidak ada luka lain selain luka bacokan. Dia juga menilai korban dibunuh setelah mengenakan pakaian.
“Pelaku tidak mungkin akan mengenakan pakaian korban. Apalagi jika korban tidak mengenakan pakaian tentu akan lebih menguntungkan si pelaku karena akan semakin menyulitkan polisi dalam mengidentifikasi,” imbuh Ahmad.
Ahmad mengatakan, gadis korban pembunuhan bukan anak jalanan sehingga keluarga akan segera mencari keberadaan gadis tersebut. Dan dia juga mengungkapkan pembunuhan akan segera terungkap karena keluarga korban juga mengenal pelaku.
“Tapi apa yang saya katakan belum tentu benar 100%. Saya sebenarnya sudah dihubungi sejak semalam [Kamis malam] tapi karena istri saya sedang melahirkan, saya baru bisa datang pagi [Jumat] ini. Sebelum ke TKP, saya sudah mengatakan kalau korban berumur 17 tahun atau 18 tahun dan ternyata benar. Kemudian korban memakai kemeja, tapi kata polisi korban memakai kaos. Jadi apa yang saya lihat [penerawangan] belum tentu benar, bisa juga salah. Di sini saya juga hanya sekedar membantu,” pungkas Ahmad.
Tak hanya mengejutkan tapi peristiwa pembunuhan tersebut juga membuat pusing aparat kepolisian Sukoharjo. Hal ini karena mayat perempuan yang diduga berusia 16 tahun itu tak bisa diidentifikasi. Bahkan hingga Jumat pagi, belum ada laporan dari masyarakat yang mencari keberadaan anak gadisnya.
Terbatasnya bukti dan saksi mata memaksa aparat kepolisian menyewa jasa paranormal untuk membantu menguak peristiwa tersebut. Paranormal tersebut bernama Ahmad Tamrin warga Karanglo, Wironanggan, Gatak.
Begitu Tim Inafis Polres Sukoharjo meninggalkan tempat kejadian perkara (TKP), Ahmad langsung mendekat ke lokasi kejadian. Dia langsung menyentuh jalan yang terdapat bercak darah yang terdapat di lokasi pembakaran. Dia menggenggam tanah tersebut dan memejamkan mata. Tak berapa lama kemudian dia berbicara dengan anggota polisi yang saat itu masih berada di TKP.
“Dari bekas ban yang terdapat di tikungan (dari Dukuh Grejen ke area persawahan) dapat dilihat ukuran ban besar, seperti ban jeep dengan lebar 20 cm hingga 22 cm. Kalau berdasarkan penerawangan saya, mobilnya bermerk Vitara karena bekas bannya halus. Sedangkan warna mobil menurut saya cenderung berwarna Silver,” ungkap Ahmad ketika ditemui Solopos.com seusai mengungkapkan hasil penerawangannya kepada polisi, Jumat (25/1/2013).
Menurut Ahmad, pelaku melaju dari arah utara ke selatan. Begitu membuang dan membakar mayat, pelaku langsung melaju menuju selatan. Ahmad juga menuturkan di TKP ada bekas ban mobil agak menyerong. Dia menilai mungkin pelaku mencuci tangan di selokan yang berada di samping TKP.
Ahmad menilai pembunuhan dilakukan di tempat lain, bukan di TKP. Sedangkan pembunuhan terjadi sekitar setengah jam hingga satu jam sebelum mayatnya di bakar karena darah korban sudah mengental.
“Kalau melihat dari bekas luka, kemungkinan korban dibacok dari arah depan dengan menggunakan tangan kanan karena luka berada di kepala bagian depan agak ke kiri. Kemungkinan juga korban mengenal pelaku. Keduanya tidak berasal dari Sukoharjo, tapi dari luar kota yang sedang bermain di sekitar sini. Kalau menurut saya, mereka sudah pergi sejak pagi karena kemarin [Kamis] kan libur sekolah,” lanjut Ahmad.
Ahmad mengungkapkan tak sepaham dengan pihak kepolisian terkait sebelum dibunuh, korban diperkosa terlebih dahulu. Ahmad menilai, persetubuhan terjadi karena suka sama suka tanpa ada paksaan. Hal ini karena ikat pinggang korban masih terikat dan tidak ada luka lain selain luka bacokan. Dia juga menilai korban dibunuh setelah mengenakan pakaian.
“Pelaku tidak mungkin akan mengenakan pakaian korban. Apalagi jika korban tidak mengenakan pakaian tentu akan lebih menguntungkan si pelaku karena akan semakin menyulitkan polisi dalam mengidentifikasi,” imbuh Ahmad.
Ahmad mengatakan, gadis korban pembunuhan bukan anak jalanan sehingga keluarga akan segera mencari keberadaan gadis tersebut. Dan dia juga mengungkapkan pembunuhan akan segera terungkap karena keluarga korban juga mengenal pelaku.
“Tapi apa yang saya katakan belum tentu benar 100%. Saya sebenarnya sudah dihubungi sejak semalam [Kamis malam] tapi karena istri saya sedang melahirkan, saya baru bisa datang pagi [Jumat] ini. Sebelum ke TKP, saya sudah mengatakan kalau korban berumur 17 tahun atau 18 tahun dan ternyata benar. Kemudian korban memakai kemeja, tapi kata polisi korban memakai kaos. Jadi apa yang saya lihat [penerawangan] belum tentu benar, bisa juga salah. Di sini saya juga hanya sekedar membantu,” pungkas Ahmad.
Label:
ABG,
Ahmad Tamrin,
bukti,
dibakar,
dibunuh,
Gandekan,
hukuman mati,
identifikasi,
Kartasura,
kepolisian,
paranormal,
perempuan,
persawahan,
Pucangan,
pusing,
saksi,
Sukoharjo,
Tim Inafis,
TKP,
Vitara
Minggu, 13 Januari 2013
Hacker Sedunia Serukan Perang Cyber Lawan Israel
Anonymous, kelompok peretas yang disegani dan anggotanya tersebar di seluruh dunia, menyatakan “perang cyber” terhadap Israel. Langkah ini dilakukan setelah militer Israel mengancam akan memotong akses Internet di Gaza.
Kelompok ini sebelumnya mengklaim telah merusak lebih dari 650 website Israel. Israel menyangkal kerusakan, tapi mengakui adanya upaya peretasan lebih dari 60 juta kali.
Pasukan Pertahanan Israel gencar melakukan serangan udara terhadap sejumlah sasaran di Gaza, termasuk media center tempat jurnalis biasa berkumpul. Israel menyatakan akan melakukan serangan di “tiga front”—fisik, jaringan sosial, dan serangan cyber—terhadap Gaza.
Menteri Keuangan Israel, Yuval Steinitz, tadi malam menyatakan bahwa sekelompok peretas membombardir situs Israel dengan lebih dari 60 juta kali serangan. Namun ia mengatakan sebagian besar serangan gagal, dan satu-satunya situs yang diserang telah diperbaiki dan dapat diakses lagi dalam hitungan menit.
Namun Anonymous punya bukti sejumlah situs yang berhasil mereka “padamkan”. Kelompok ini menuliskan daftar lebih dari 650 situs Israel telah berhenti beroperasi atau dirusak sebagai pembalasan atas apa yang disebutnya “perlakuan biadab, brutal, dan keji terhadap orang-orang Palestina”.
Dalam rilis yang dipublikasikan secara online, kelompok itu mengatakan Israel telah "menyeberangi garis di pasir" dengan secara terbuka mengancam akan memutuskan semua fasilitas Internet dan telekomunikasi lainnya dari dan ke Gaza.
"Sama halnya dengan bagaimana diktator Mesir Mubarak menemui jalan berliku, kami Anonymous dan No One akan mengawasi (jika Israel benar-benar mematikan Internet ke Gaza)," demikian isi pernyataan itu.
Melalui tayangan YouTube, kelompok ini mengajak peretas di seluruh dunia untuk secara kolektif melakukan serangan, baik dengan meretas, mengganggu operasi, menghentikan operasi, membocorkan database, pengambilalihan admin, maupun aksi four oh four dan DSN terminate.
Kelompok ini sebelumnya mengklaim telah merusak lebih dari 650 website Israel. Israel menyangkal kerusakan, tapi mengakui adanya upaya peretasan lebih dari 60 juta kali.
Pasukan Pertahanan Israel gencar melakukan serangan udara terhadap sejumlah sasaran di Gaza, termasuk media center tempat jurnalis biasa berkumpul. Israel menyatakan akan melakukan serangan di “tiga front”—fisik, jaringan sosial, dan serangan cyber—terhadap Gaza.
Menteri Keuangan Israel, Yuval Steinitz, tadi malam menyatakan bahwa sekelompok peretas membombardir situs Israel dengan lebih dari 60 juta kali serangan. Namun ia mengatakan sebagian besar serangan gagal, dan satu-satunya situs yang diserang telah diperbaiki dan dapat diakses lagi dalam hitungan menit.
Namun Anonymous punya bukti sejumlah situs yang berhasil mereka “padamkan”. Kelompok ini menuliskan daftar lebih dari 650 situs Israel telah berhenti beroperasi atau dirusak sebagai pembalasan atas apa yang disebutnya “perlakuan biadab, brutal, dan keji terhadap orang-orang Palestina”.
Dalam rilis yang dipublikasikan secara online, kelompok itu mengatakan Israel telah "menyeberangi garis di pasir" dengan secara terbuka mengancam akan memutuskan semua fasilitas Internet dan telekomunikasi lainnya dari dan ke Gaza.
"Sama halnya dengan bagaimana diktator Mesir Mubarak menemui jalan berliku, kami Anonymous dan No One akan mengawasi (jika Israel benar-benar mematikan Internet ke Gaza)," demikian isi pernyataan itu.
Melalui tayangan YouTube, kelompok ini mengajak peretas di seluruh dunia untuk secara kolektif melakukan serangan, baik dengan meretas, mengganggu operasi, menghentikan operasi, membocorkan database, pengambilalihan admin, maupun aksi four oh four dan DSN terminate.
Label:
Anonymous,
bukti,
cyber,
gagal,
Gaza,
hacker,
internet,
Israel,
jurnalis,
media center,
Menteri Keuangan Israel,
militer,
padamkan,
Pasukan Pertahanan Israel,
perang,
peretas,
sedunia,
serangan udara,
website
Langganan:
Postingan (Atom)