Tampilkan postingan dengan label negatif. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label negatif. Tampilkan semua postingan

Selasa, 02 Juli 2013

Dibandingkan Jokowi, Pramono Edhie Enggak Ada Apa-Apanya

Politisi Demokrat Ruhut Sitompul menilai, sebagai calon presiden, Jenderal TNI (Purn) Pramono Edhie Wibowo lebih baik dibanding Gubernur DKI Joko Widodo alias Jokowi. Namun, peneliti senior bidang politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Syamsuddin Haris, tak sepakat dengan penilaian tersebut.

"Enggak ada apa-apanya Pramono Edhie dibanding Jokowi. Prestasi yang ditunjukan Pramono apa? Walaupun sempat jadi KSAD, enggak ada yang menonjol dari prestasi beliau, kecuali dikenal sebagai adik ipar SBY. Popularitas beliau lebih kepada adik Ani Yudhoyono saja," tutur Syamsuddin di Jakarta, Senin (1/7/2013).

Sebelumnya, sejumlah survei menempatkan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo alias Jokowi di urutan teratas. Salah satunya, survei Centre for Strategic and Internasional Studies (CSIS) yang dirilis 26 Mei lalu, yang menempatkan pria asal Solo itu di urutan teratas dalam hasil survei sebagai calon presiden di Pemilu 2014.

Jokowi unggul di atas nama-nama lainnya, seperti Ibu Negara Ny Ani Yudhoyono, Sri Sultan Hamengkubuwono X, Dahlan Iskan, Mahfud MD, Pramono Edhie Wibowo, Djoko Suyanto, dan Gita Wirjawan.

Sentimen negatif

Selain itu, Syamsuddin juga menyoroti dampak kehadiran Pramono Edhie di internal partai. Bergabungnya Pramono Edhie bisa menimbulkan sentimen negatif di internal Partai Demokrat maupun masyarakat. Pasalnya, adik ipar Susilo Bambang Yudhoyono itu mendapat perlakuan istimewa di Demokrat.

"Jangan-jangan sentimennya malah negatif. Kok nepotisme lagi, kok keluarga lagi yang dapat posisi Dewan Pembina?," tuturnya.

Menurutnya, kalangan internal Demokrat bisa saja tidak nyaman dengan perlakuan Pramono. Banyak kader Demokrat harus melewati kepengurusan dari bawah untuk mendapat posisi strategis.

Posisi Dewan Pembina, kata dia, merupakan posisi istimewa. Semestinya, hanya mereka yang berjasa bagi partai bisa mendapat posisi tersebut. Dengan demikian, Syamsuddin meyakini kehadiran mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat itu tidak akan meningkatkan elektabilitas Demokrat.

Jumat, 19 April 2013

Pengamat: Rating Jadi Tuhannya Sinetron

Tayangan sinetron banyak mendapat perhatian publik, karena dianggap kurang mendidik. Dampak negatif diduga telah banyak ditimbulkan dari setiap adegan yang sarat kekerasan, hardikkan dan sikap-sikap negatif lain.

Pengamat media Maman Suherman mengatakan adegan di sinetron terlalu dibuat-buat dan berbahaya bagi penonton. Banyak cerita di sinetron yang diproduksi karena pihak Production House berpatokan pada rating, tanpa memikirkan isi dari cerita.

"Banyak adegan aneh di sinetron yang membodohi masyarakat. Sebagai contoh ada sinetron yang pemainnya tiba-tiba dari pria tulen menjadi kebanci-bancian, setelah cerita dilanjutkan ternyata pengaruhnya adalah pria tersebut melakukan cangkok ginjal perempuan. Ini kan aneh," urainya saat ditemui dalam acara Publikasi Penelitian Remotivi di Bangi Kopitiam, Pasar Baru, Jakarta Pusat, Kamis (29/11).

"Terlalu sering dalam waktu singkat cerita diubah karena menurut mereka bisa mendongkrak rating tapi tidak masuk akal. Sinetron itu menggangap rating adalah Tuhannya," sambungnya.

Dia berharap masyarakat Indonesia bisa lebih pintar dan lebih berani untuk menentang cerita sinetron yang tidak mendidik. Dia pun mencontohkan yang dilakukan ibu-ibu di Amerika yang berani menuntut suatu program acara yang menonjolkan kekerasan.

"Di sana ada tayangan kartun yang ratingnya tinggi sekali. Tapi karena ibu-ibu sadar bahwa tayangan itu berbahaya bagi anak-anak mereka karena menonjolkan kekerasan, mereka berani membuat suatu komunitas dan menuntut tayangan tersebut untuk berhenti," tutur Maman.

Jumat, 09 November 2012

Testosteron, Curiosity dan Impulsivitas (Psikiatri Biologi)-

Testosteron merupakan hormon penting bagi pembentukan fitur-fitur utama pada kondisi fisik pria seperti mempengaruhi pertumbuhan kumis, bulu kaki atau mengubah suara dan mendorong kemampuan reproduksinya. Namun ternyata fungsinya tak hanya itu karena tinggi rendahnya kadar testosteron janin ketika masih di dalam rahim pun dapat membentuk perilaku tertentu pada anak di masa depan.

Secara khusus, sebuah studi baru dari Inggris mengungkapkan bahwa kadar testosterone janin yang tinggi saat masih berkembang di dalam rahim ternyata dapat menentukan kecenderungan si janin untuk mudah bertindak impulsif (tanpa pertimbangan) atau tidak ketika dewasa.

Kesimpulan itu didapat setelah tim peneliti mempelajari sekelompok anak laki-laki berusia 8-11 tahun yang kadar testosteron-nya ketika masih janin diukur dengan memanfaatkan cairan amniotik (ketuban) sang ibu ketika usia kandungannya mencapai 13-20 minggu.

Lalu partisipan diperlihatkan gambar-gambar yang menakutkan (negatif), menyenangkan (positif), netral dan foto wajah yang berantakan sembari mesin functional magnetic resonance imaging (fMRI) melacak perubahan di dalam aktivitas otak partisipan yang dilaporkan memiliki kadar testosteron yang tinggi saat masih dalam kandungan.

Ternyata bagian otak yang berfungsi sebagai reward system terlihat lebih responsif terhadap gambar positif ketimbang yang negatif, netral atau wajah berantakan.

Hal ini menunjukkan bahwa partisipan tersebut memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk menunjukkan 'approach-related behaviors' seperti suka mencari kesenangan dan melakukan sesuatu yang impulsif.

Approach-related behavior adalah perilaku yang menunjukkan kecenderungan seseorang untuk bergerak menyongsong segala sesuatu di sekitarnya sebagai bagian dari rasa penasaran (curiosity) dan keinginan untuk mengeksplor segala hal.

"Studi ini menekankan bagaimana kadar testosteron saat masa perkembangan janin bertindak sebagai sebuah mekanisme pemrograman untuk membentuk sensitivitas reward system otak saat dewasa serta memprediksi tendensi si anak untuk terlibat dalam 'approach-related behaviors' atau tidak," ungkap peneliti Michael Lombardo dari University of Cambridge.

Bagi pria, perilaku semacam itu seringkali meningkat frekuensinya pada masa remaja dan banyak juga ditemukan pada penderita gangguan psikiatri seperti korban penyalahgunaan obat-obatan, autisme hingga psikopat yang memang lebih banyak terjadi pada pria daripada wanita.

"Temuan ini lebih relevan terhadap sejumlah kondisi neuropsikiatri dengan rasio jenis kelamin yang timpang. Lagipula kadar testosterone pada wanita memang jauh lebih rendah daripada pria sehingga hal itu bisa memberikan perbedaan dampak yang substansial terhadap kondisi psikiatri pria dan wanita," tambah Lombardo seperti dikutip dari foxnews, Kamis (8/11/2012).

Studi ini baru saja dipublikasikan dalam jurnal Biological Psychiatry.

Sumber: *

Sabtu, 21 Juli 2012

Foke: Kecam Simpatisan Dengan Isu SARA

Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo mengecam pihak-pihak yang bermanuver dengan menggunakan isu SARA untuk menyerang pihak lain. Ia menegaskan, dukungan kepada dirinya sebaiknya tidak dilakukan dengan cara-cara negatif.

"Saya kecam keras dan melarang mereka yang simpati pada saya dengan menggunakan isu (SARA) ini, walaupun barangkali dalam rangka untuk memenangkan seseorang pada putaran kedua Pilkada DKI 20 September nanti," ujar Fauzi, sebelum menghadiri Shalat Taraweh di Masjid Tangkuban Perahu, Guntur, Setiabudi, Jakarta Selatan, Jumat (20/7/2012) malam.

Sebagai calon petahana dalam Pilkada DKI Jakarta, Foke menginginkan semua pendukungkan menggunakan cara-cara kampanye positif dan tidak menimbulkan keresahan di tengah warga. Apalagi, memainkan isu SARA sangat rentan berbuah gangguan keamanan.

"Saya sangat prihatin dan mengecam dikembangkannya isu SARA saat ini oleh siapapun tanpa terkecuali. Karena sudah jelas bertentangan dengan Pancasila dan UUD 45," tegas Foke.

Ia mengimbau apa yang ditegaskan malam ini bisa disampaikan kepada seluruh warga Jakarta. Selain tidak sejalan dengan norma berbangsa, mendiskreditkan pihak lain dengan isu SARA tidak sejalan dengan ajaran agama manapun.

"Sampaikan pesan ini pada seluruh warga Jakarta. Bagi umat Islam, (bermain isu SARA) juga tidak sejalan dengan ajaran agama," tutur pasangan Nachrowi Ramli dalam Pilkada DKI 2012.

Sebagaimana diberitakan, serangan berbau SARA terhadap pasangan yang menjadi saingan Foke-Nara sempat berkembang melalui berbagai media sosial. Serangan muncul setelah putaran pertama Pilkada DKI menunjukkan dua pasangan yang akan lolos ke putaran berikutnya.

Dengan demikian, banyak pihak mengarahkan dugaan bahwa penyebar isu SARA tersebut adalah pendukung pasangan Foke-Nara. Melalui pernyataan ini, Foke berharap isu SARA bernada menyerang pihak lawan tak lagi dilanjutkan. Sekaligus, ia mengingatkan warga agar tidak mudah percaya atau terpengaruh dengan isu-isu tersebut.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
//** Like Button FB **//
//** Like Button FB **//