Senin, 24 September 2012

Kotak-kotak di Jakarta, Pak Kumis Pindah ke Solo?

Kemenangan Joko Widodo dalam hitung cepat pemilihan Gubernur DKI Jakarta mendapat sambutan meriah dari warga Surakarta. Sambutan tersebut semakin meriah saat Jokowi tiba di kota tersebut, Jumat, 21 September 2012.

Di bandara, seratusan masyarakat yang menjemputnya menyanyikan yel-yel yang menyebut Jokowi sebagai Gubernur DKI Jakarta. Tidak lupa, mereka juga menyebut Hadi Rudyatmo sebagai Wali Kota Surakarta. Hadi yang saat ini menjabat sebagai wakil wali kota itu hanya tersenyum terlihat malu.

Kebetulan, pria yang akrab dipanggil Rudy itu memiliki kumis yang cukup tebal. Bahkan, kumisnya lebih tebal dibandingkan Fauzi Bowo, yang menjadi rival Jokowi saat pemilihan. "Tapi, kalau ini namanya brengos, bukan kumis," kata Rudy sembari tersenyum.

Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Surakarta Y.F. Sukasno menjelaskan, Rudy akan naik menjadi wali kota jika Jokowi telah ditetapkan sebagai pemenang dalam Pilkada DKI Jakarta. "Kemudian partai pengusung Jokowi-Rudy harus mengajukan nama baru untuk ditunjuk sebagai wakil wali kota baru," ujar Sukasno.

Rudy menolak berkomentar mengenai rencana pengangkatannya sebagai wali kota. Alasannya, hingga saat ini, Jokowi belum ditetapkan sebagai pemenang oleh Komisi Pemilihan Umum Daerah DKI Jakarta. "Jangan mendahului kenyataan," katanya.

Jumat, 21 September 2012

AM Fatwa: Jokowi Memiliki Karakter Kepemimpinan Mirip Ali Sadikin

Anggota DPD RI asal DKI Jakrta, AM Fatwa menilai Joko Widodo (Jokowi) memiliki karakter kepemimpinan yang mirip seperti mantan gubernur DKI Jakarta era 70an, Ali Sadikin. Fatwa mengatakan keduanya sama-sama senang turun langsung ke masyarakat.

"Mirip, Pak Ali Sadikin kan juga suka turun ke lapangan daripada bekerja di kantor," ujar AM Fatwa dalam talkshow DPD RI Perspektif Indonesia: Kejutan Pemilu Kada DKI Jakarta dan Harapan Baru, di ruang press room DPD RI, Senayan, Jakarta, Jumat (21/9/2012).

AM Fatwa menyebut, kemiripan lain antara Jokowi dan Ali Sadikin adalah keduanya kerap mengunjungi gang-gang sempit di perkampungan padat penduduk.

"Jokowi masuk gang-gang, setelah jadi gubernur dia juga masuk gang. Kalau di kantor kan ada pegawainya. Ali Sadikin juga begitu, surat-surat dibawanya ke rumah," lanjutnya.

Selanjutnya, AM Fatwa juga menilai Jakarta lebih membutuhkan orang yang berasal dari luar Jakarta. Ali Sadikin dan Sutiyoso menjadi contoh pemimpin Jakarta yang sukses dan tidak berasal dari dalam Jakarta.

"Ali Sadikin dan Sutiyoso kan orang luar yang perbaiki. Kalau orang dalam itu malah terpenjara dalam masalah yang sudah ada," tuturnya.
Selain disebut mempunyai kemiripan dengan Ali Sadikin, AM Fatwa juga percaya bahwa Jokowi dapat merealisasikan janji-janjinya selama masa kampanye. Dia menilai Jokowi sudah menunjukkan hal tersebut selama memimpin kota Solo.

"Saya percaya, karena dia sudah melakukannya di Solo," terang AM Fatwa.

AM Fatwa juga mengatakan bahwa Jokowi dan Ahok punya tugas berat yakni menangani warisan sistem birokrasi. Namun dia mengaku yakin bahwa Jokowi akan berhasil melakukan perubahan birokrasi di Jakarta dalam waktu satu tahun.

"Satu tahun saya yakin mereka bisa benahi. Jokowi kita lihat ketulusannya mendekati orang kecil. Jokowi pasti bisa dengan prestasi yang kita lihat. Walau tak bisa dibandingkan Solo dan Jakarta, tapi saya yakin Jokowi bisa," tuturnya.

Salah seorang pendiri Partai Amanat Nasional (PAN) ini juga menitipkan pesan kepada Jokowi.

"Jangan takut berbuat karana takut salah, takutlah kalau salah," pungkasnya.

SIGMA, Kunci Kemenangan Jokowi-Ahok: Kepribadian, Kinerja & Sportivitas

Koordinator Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi Indonesia (Sigma), Said Salahuddin, mengatakan bahwa ada tiga kunci keunggulan Joko Widodo dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta putaran kedua. Tiga faktor itu adalah kepribadian, kinerja, dan sportivitas.

"Karenanya, ia wajar dan layak menang untuk memimpin Ibu Kota. Kepribadian Wali Kota Solo itu tampaknya telah benar-benar memikat hati publik Jakarta," kata Said, di Jakarta, Kamis (20/9/2012) malam.

Ia mengatakan, ketika kompetitornya dipersepsikan oleh masyarakat sebagai figur yang arogan, Jokowi menampilkan sebaliknya. "Jokowi justru senantiasa tampil dengan pribadi yang bersahaja, lembut, santun, dan rendah hati," kata Said.

Sementara itu, faktor yang kedua adalah kinerja. Said mengatakan, saat masyarakat Jakarta lelah dengan kompleksnya birokrasi di DKI, Jokowi berhasil memberi contoh bagaimana sistem pelayanan publik yang cepat, murah, dan sederhana di Solo.

"Jerit tangis pedagang kaki lima (PKL) saat penggusuran di Jakarta menjadi kontras dengan pemandangan relokasi dan penataan Kota Solo yang tak jarang diiringi senyum mengembang para pedagangnya. Jakarta dipimpin oleh doktor lulusan luar negeri yang minim prestasi, Solo justru dikendalikan oleh wong ndesoyang malah dibanggakan oleh luar negeri. Kinerja Jokowi yang terukur dan terlihat kasat mata itu tampaknya turut membulatkan niat publik untuk memilihnya," ujarnya.

Selain itu, sikap sportif yang ditunjukkan oleh Jokowi selama berlangsungnya proses Pilkada DKI Jakarta juga turut memberi andil atas kemenangannya. Ia mengatakan, isu suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA) tidak memengaruhi pemilih untuk memilih pasangan calon Jokowi-Basuki.

"Ketika pihak lawan gencar menyerang pribadinya, berkampanye negatif, menebar isu SARA, bahkan terindikasi melakukan intimidasi dan praktik money politics, Jokowi malah terang-terangan meminta agar tim kampanye dan pendukungnya tidak membalas kebatilan itu, apalagi menganjurkan untuk melakukan perbuatan serupa," kata Said.

Hitung cepat yang dilakukan oleh Kompas di 200 TPS menunjukkan bahwa Jokowi-Basuki mendapat 52,97 persen, sedangkan Foke-Nara 47,03 persen. Sementara Lembaga Survei Indonesia (LSI) menempatkan pasangan Jokowi-Basuki dengan 53,81 persen dan Foke-Nara memperoleh 46,19 persen. Hasil resmi Pilkada DKI Jakarta 2012 baru akan diumumkan Komisi Pemilihan Umum DKI Jakarta pada 3 Oktober 2012.

Suara Kaum Muda, Kunci Kemenangan Jokowi-Ahok Putaran Kedua Pilgub DKI

Kemenangan pasangan Joko Widodo dan Basuki T Purnama (Jokowi-Ahok) tidak terlepas dari dukungan suara mengambang (swing voters) kaum muda DKI Jakarta. Hal ini yang menjadi penentu kemenangan Jokowi-Ahok berdasarkan quick count.

"Tanpa adanya kisah Jokowi pun anak muda sangat berpengaruh besar, karena secara kuantitatif suaranya signifikan sekitar 38 persen dari keseluruhan pemilih. Secara kualitatif, mereka cenderung menjadi sosial 'influencer' karena mereka aktif dalam komunitas dan 'multiplayer' efek dibandingkan orangtua yang lebih individualis," kata pengamat politik dari Charta Politika, Yunarto Wijaya, kepada detikcom, Jumat (21/9/2012).

Suara kaum muda DKI Jakarta yang sangat berpengaruh membuat dukungan partai menjadi tidak ada dampak berarti. Yunarto menambahkan hasil tidak bergantung pada partai karena internal partai sendiri memiliki suara mengambang.

"Jadi ini pemborosan saja ketika ada logika politik transaksional, terbukti pada putaran pertama pilgub DKI, menunjukkan tidak efektif. Keseluruhan tidak tergantung pada partai, jadi pemilih loyal yang patuh dalam partai hanya 20 persen sedangkan sisanya adalah pemilih independen," ujar Yunarto.

Seperti yang diketahui, pasangan Jokowi-Ahok hanya didukung oleh PDIP dan Partai Gerindra, sedangkan pesaingnya Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli didukung banyak partai seperti Partai Demokrat, PKS, PPP, PAN, Golkar, Hanura dan PDS. Namun ternyata dukungan partai-partai tersebut tidak mampu Jokowi-Ahok.

Berdasarkan hasil hitung cepat sejumlah lembaga survei dalam pilgub DKI kemarin, pasangan Jokowi-Ahok menang. Meski dengan metode dan jumlah sampel yang berbeda, hasilnya semua hampir sama.

Hitung cepat ini digelar real time dari sejumlah TPS di Jakarta. Sebagian ada yang disiarkan langsung televisi, sebagian lagi merilisnya di lokasi tertentu.

Berikut hasil hitung cepat lembaga survei pilgub DKI Jakarta:

1. Quick Count LSI-TV One: Jokowi-Ahok 53,68%, Foke-Nara 46,32%.
2. Indo Barometer-Metro TV: Jokowi-Ahok 54,11%, Foke-Nara 45,89%.
3. LSI-SCTV: Jokowi-Ahok: 53,81%, Foke-Nara 46,19%.
4. Kompas: Jokowi-Ahok: 52,97 %, Foke-Nara 47,03%
5. MNC Media-SMRC: Jokowi-Ahok 52,63, Foke-Nara 47,37%.

Selasa, 18 September 2012

Kajian Tidur & Mati Dalam Al-Qur'an Mengislamkan Prof Arthur Alison

Namaku Arthur Alison, seorang profesor yang menjabat Kepala Jurusan Teknik Elektro Universitas London. Sebagai orang eksak, bagiku semua hal bisa dikatakan benar jika masuk akal dan sesuai rasio. Karena itulah, pada awalnya agama bagiku tak lebih dari objek studi. Sampai akhirnya aku menemukan bahwa Al Quran, mampu menjangkau pemikiran manusia. Bahkan lebih dari itu. Maka aku pun memeluk Islam.

Itu bermula saat aku diminta tampil untuk berbicara tentang metode kedokteran spiritual. Undangan itu sampai kepadaku karena selama beberapa tahun, aku mengetuai Kelompok Studi Spiritual dan Psikologis Inggris. Saat itu, aku sebenarnya telah mengenal Islam melalui sejumlah studi tentang agama-agama.

Pada September 1985 itulah, aku diundang untuk mengikuti Konferensi Islam Internasional tentang 'Keaslian Metode Pengobatan dalam Al Quran'di Kairo. Pada acara itu, aku mempresentasikan makalah tentang 'Terapi dengan Metode Spiritual dan Psikologis dalam Al Quran'.

Makalah itu merupakan pembanding atas makalah lain tentang 'Tidur dan Kematian', yang bisa dibilang tafsir medis atas Quran surat Az Zumar ayat 42 yang disampaikan ilmuwan Mesir, Dr. Mohammed Yahya Sharafi.

Fakta-fakta yang dikemukakan Sharafi atas ayat yang artinya, "Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; Maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berpikir," telah membukakan mata hatiku terhadap Islam.

Secara parapsikologis, seperti dijelaskan Al Quran, orang tidur dan orang mati adalah dua fenomena yang sama. Yaitu dimana ruh terpisah dari jasad. Bedanya, pada orang tidur, ruh dengan kekuasaan Allah bisa kembali kepada jasad saat orang itu terjaga. Sedangkan pada orang mati, tidak.

Ayat itu merupakan penjelasan, mengapa setiap orang yang bermimpi sadar dan ingat bahwa ia telah bermimpi. Ia bisa mengingat mimpinya, padahal saat bermimpi ia sedang tidur.

Al Quran surat Az Zumar ayat 42 ini juga menjadi penjelasan atas orang yang mengalami koma. Secara fisik, orang yang koma tak ada bedanya dengan orang mati. Tapi ia tak dapat dinyatakan mati, karena secara psikis ada suatu kesadaran yang masih hidup.

"Bagaimana Al Quran yang diturunkan 15 abad silam, bisa menjelaskan sebuah fenomena yang oleh teori parapsikologis baru bisa dikonsepsikan pada abad ini?" Jawaban atas pertanyaan inilah yang akhirnya meyakinkan aku untuk memeluk Islam.
Selepas sesi pemaparan kesimpulan dalam konferensi itu, disaksikan oleh Syekh Jad Al-Haq, Dr. Mohammed Ahmady dan Dr. Mohammed Yahya Sharafi, akupun menyatakan dengan tegas bahwa Islam adalah agama yang nyata benarnya.

Terbukti, isi Al Quran yang merupakan firman Allah pencipta manusia, sesuai dengan fakta-fakta ilmiah. Kemudian dengan yakin, aku melafadzkan dua kalimat syahadat yang sudah sangat fasih kubacakan. Sejak itu aku pun menjadi seorang Muslim dan mengganti namaku menjadi Abdullah Alison.

Sebagai Ketua Kelompok Studi Spiritual dan Psikologi Inggris, aku telah mengenal banyak agama melalui sejumlah studi yang dilakukan. Aku mempelajari Hindu, Budha dan agama serta kepercayaan lainnya. Entah kenapa, ketika aku mempelajari Islam, aku juga terdorong untuk melakukan studi perbandingan dengan agama lainnya.

Walaupun baru pada saat konferensi di Mesir, aku yakin benar bahwa Islam sebuah agama besar yang nyata perbedaannya dengan agama lain. Agama yang paling baik diantara agama-agama lain adalah Islam. Ia cocok dengan hukum alam tentang proses kejadian manusia. Maka hanya Islam-lah yang pantas mengarahkan jalan hidup manusia.
Aku merasakan benar, ada sesuatu yang mengontrol alam ini. Dia itulah Sang Kreator, Allah Swt. Dari pengalaman bagaimana aku mengenal dan masuk Islam, aku pikir pendekatan ilmiah Al Quran bisa menjadi sarana efektif untuk mendakwahkan Islam di Barat yang sangat rasional itu.

Jumat, 14 September 2012

Beli iPhone 5? Lihat Dulu Videonya!


Sumber: *

Harga iPhone5?

Singapura menjadi salah satu negara pertama di Asia yang akan menjual iPhone 5 saat diluncurkan secara global pada 21 September mendatang.

Seperti biasa, ada tiga varian iPhone yang terbagi atas kapasitas media penyimpanan, yaitu 16GB, 32GB, dan 64GB.

Apple pun sudah mematok harga iPhone generasi keenam tersebut di Singapura. Berbeda dari AS, di Singapura, Apple menjual iPhone 5 versi unlocked alias tanpa terikat kontrak operator.

Apple membanderol perangkat ini mulai dari 948 dollar Singapura atau sekitar Rp 7,4 juta. Harga ini kemungkinan untuk iPhone 5 dengan kapasitas terendah, 16 GB. Belum ada informasi detail untuk model lainnya.

Biasanya, harga iPhone resmi di Indonesia tidak akan berbeda jauh dengan harga yang dipatok di Singapura, kemungkinan ada perbedaan sekitar Rp 1 juta. Jadi, kemungkinan di Indonesia iPhone 5 akan dibanderol mulai dari Rp 8 juta. Belum ada informasi kapan iPhone 5 masuk ke Indonesia.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
//** Like Button FB **//
//** Like Button FB **//