JAKARTA - Divisi Riset dan Penerbita Soegeng Sarjadi School of Government menobatkan Gubernur Jakarta Joko Widodo atau Jokowi sebagai tokoh terpopuler 2013. Popularitas Jokowi menurut responden di angka 25,48 persen, mengalahkan 14 tokoh lainnya.
Demikian disampaikan peneliti SSSG, Ilman Nafian saat merilis telesurvei terpopuler 2013 untuk kategori koran nasional, koran lokal, majalah, media online, radio, televisi, program televisi, televisi, partai, sampai tokoh di Wisma Kodel, Jakarta, Rabu (24/7/2013).
"Untuk tokoh terpopuler 2013 teratas adalah Joko Widodo dengan 25,48 persen, disusul Prabowo Subianto 10,52 persen, Jusuf Kalla 5,69 persen, Aburizal Bakrie 4,23 persen, dan Dahlan Iskan 4,14 persen," ungkap Ilman. Selanjutnya *
Kamis, 25 Juli 2013
Rabu, 24 Juli 2013
Situs FPI Diretas, Demokrat: Bagus...
JAKARTA — Partai Demokrat menilai, peretasan terhadap situs Front Pembela Islam (FPI), Rabu (24/7/2013), di tengah maraknya pemberitaan tentang bentrok yang melibatkan FPI dengan warga Kendal, Jawa Tengah, pekan lalu, sebagai suatu pelajaran. Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat, Melanie Leimena, mengatakan, peretasan itu perlu diperhatikan sebagai bentuk penolakan masyarakat terhadap tindakan anarkistis FPI.
"Saya rasa bagus. Ini respons masyarakat yang harus diperhatikan. Saya rasa seluruh masyarakat menolak adanya aksi kekerasan seperti itu,” ujar Melanie di Kompleks Parlemen, Rabu siang.
Wakil Ketua Majelis Pemusyarawaratan Rakyat ini mengecam aksi kekerasan yang dilakukan ormas mana pun, termasuk FPI. Terlebih lagi, kata Melanie, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sudah memberikan pernyataan dan teguran atas aksi anarkistis di Kendal. Selanjutnya *
"Saya rasa bagus. Ini respons masyarakat yang harus diperhatikan. Saya rasa seluruh masyarakat menolak adanya aksi kekerasan seperti itu,” ujar Melanie di Kompleks Parlemen, Rabu siang.
Wakil Ketua Majelis Pemusyarawaratan Rakyat ini mengecam aksi kekerasan yang dilakukan ormas mana pun, termasuk FPI. Terlebih lagi, kata Melanie, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sudah memberikan pernyataan dan teguran atas aksi anarkistis di Kendal. Selanjutnya *
Basuki Disomasi PKL, Jokowi Minta Maaf
JAKARTA — Asosiasi Pedagang Kaki Lima (APKLI) menuntut Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama meminta maaf atas pernyataannya yang mengancam akan memenjarakan PKL di Tanah Abang yang menolak direlokasi. Menanggapi hal tersebut, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo menyatakan siap meminta maaf kepada para PKL.
"Ya, enggak apa-apa. Saya yang minta maaf ke PKL. Saya minta maaf kepada siapa pun, siapa tahu saya ada salah," kata Jokowi di kantor Wali Kota Jakarta Utara, Rabu (24/7/2013).
Jokowi mengatakan bahwa pernyataan Basuki untuk memidanakan PKL itu baru dilakukan setelah dirasa PKL melakukan tindak pidana. Apabila tidak melakukan tindak pidana, PKL itu tidak akan dilaporkan ke polisi. Selanjutnya *
"Ya, enggak apa-apa. Saya yang minta maaf ke PKL. Saya minta maaf kepada siapa pun, siapa tahu saya ada salah," kata Jokowi di kantor Wali Kota Jakarta Utara, Rabu (24/7/2013).
Jokowi mengatakan bahwa pernyataan Basuki untuk memidanakan PKL itu baru dilakukan setelah dirasa PKL melakukan tindak pidana. Apabila tidak melakukan tindak pidana, PKL itu tidak akan dilaporkan ke polisi. Selanjutnya *
Bocah Pengemis Berpenghasilan Rp 100.000 Per Hari
JAKARTA — Di jembatan penyeberangan Cempaka Putih, Merri (8) terlihat menyuapi adiknya yang masih berusia empat tahun. Si adik tampak seperti tidak mandi berhari-hari. Rambutnya gimbal, baju seadanya, dan tanpa alas kaki. Tetapi siapa sangka, dalam sehari mereka mendapatkan Rp 100.000 dari belas kasihan orang yang melintas di jembatan tersebut.
Merri (8) mengaku sudah berada di jembatan penyeberangan sejak pagi hari hingga malam hari untuk mengemis. Bocah perempuan ini mengaku sekolah kelas 2 SD di Tanah Tinggi, Jakarta Pusat. Ketika ditanya ibunya ke mana, ia hanya menjawab ibu naik mobil.
Merri mengaku meminta-minta untuk biaya makan dia bersama adiknya. "Dapet sehari Rp 100.000 buat makan sama adik," kata Merri saat ditemui Kompas.com di kawasan Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Selasa, (23/07/2013). Selanjutnya *
Merri (8) mengaku sudah berada di jembatan penyeberangan sejak pagi hari hingga malam hari untuk mengemis. Bocah perempuan ini mengaku sekolah kelas 2 SD di Tanah Tinggi, Jakarta Pusat. Ketika ditanya ibunya ke mana, ia hanya menjawab ibu naik mobil.
Merri mengaku meminta-minta untuk biaya makan dia bersama adiknya. "Dapet sehari Rp 100.000 buat makan sama adik," kata Merri saat ditemui Kompas.com di kawasan Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Selasa, (23/07/2013). Selanjutnya *
Fenomena Blusukan, Jokowi Terdongkrak Hingga 80 Persen
Jakarta - Aksi blusukan yang dilakukan para politisi dan pejabat tak bisa lepas dari tujuan politis. Sebab, ternyata kegiatan blusukan dan menyambangi masyarakat bisa mendongkrak elektabisitas atau tingkat keterpilihan seseorang secara signifikan.
Pengamat politik dari Universitas Indonesia Andrinof Chaniago mengatakan aksi blusukan banyak dilakukan oleh pemerintah daerah untuk mencari dukungan. “Dampak blusukan pada elektabilitas seseorang sangat tinggi, bisa mencapai 80 persen,” kata Andrinof kepada detikcom kemarin. Namun dia menekankan, tingkat pengaruh tersebut juga ditentukan oleh jumlah kandidat. “Yang jelas akan terjadi peningkatan signifikan, kalau terbukti pemimpin itu sudah dekat dengan masyarakat.”
Andrinof mencontohkan, keterkaitan aksi blusukan dan peningkatan elektabilitas pernah dibuktikan oleh mantan wali kota Banjar di Jawa Barat dan juga bupati di salah satu kabupaten di Sumatera Selatan. “Kalau enggak salah ada lima kepala daerah yang pada pemilihan periode ke dua kemenangannya di atas 80 persen,” kata dia. Selanjutnya *
Pengamat politik dari Universitas Indonesia Andrinof Chaniago mengatakan aksi blusukan banyak dilakukan oleh pemerintah daerah untuk mencari dukungan. “Dampak blusukan pada elektabilitas seseorang sangat tinggi, bisa mencapai 80 persen,” kata Andrinof kepada detikcom kemarin. Namun dia menekankan, tingkat pengaruh tersebut juga ditentukan oleh jumlah kandidat. “Yang jelas akan terjadi peningkatan signifikan, kalau terbukti pemimpin itu sudah dekat dengan masyarakat.”
Andrinof mencontohkan, keterkaitan aksi blusukan dan peningkatan elektabilitas pernah dibuktikan oleh mantan wali kota Banjar di Jawa Barat dan juga bupati di salah satu kabupaten di Sumatera Selatan. “Kalau enggak salah ada lima kepala daerah yang pada pemilihan periode ke dua kemenangannya di atas 80 persen,” kata dia. Selanjutnya *
Disomasi PKL, Ahok: Emang Moyang Dia Raja
Jakarta - Perlawanan PKL Tanah Abang terhadap Ahok terus dilakukan. Ahok yang menjadi sasaran somasi mereka menanggapinya dengan santai dan melancarkan serangan balik.
"Anda (PKL-red) nggak minta maaf sama orang Jakarta semua bikin macet, dudukin tanah orang. Enak aja emang moyang dia raja, ratu apa?" sindir Ahok di Balai Kota, Jl Medan Merdeka Selatan, Rabu (24/7/2013). Selanjutnya *
"Anda (PKL-red) nggak minta maaf sama orang Jakarta semua bikin macet, dudukin tanah orang. Enak aja emang moyang dia raja, ratu apa?" sindir Ahok di Balai Kota, Jl Medan Merdeka Selatan, Rabu (24/7/2013). Selanjutnya *
MPR: FPI tidak paham Islam dan Pancasila
Wakil Ketua MPR Melani Leimena Suharli ikut geram dengan sikap Front Pembela Islam (FPI) yang sering kali meresahkan warga dalam aksi sweepingnya. Dia menyebut, bahwa FPI tak paham ajaran agama Islam dan nilai-nilai Pancasila.
Melani mengatakan, persepsi FPI dalam setiap melakukan tindakan mungkin saja dengan mengutamakan perintah agama. Sayangnya, lanjut dia, perintah agama yang menjadi pedoman FPI salah diartikan.
Karena, lanjut dia, dalam ajaran agama Islam, sama sekali tidak diajarkan kekerasan dan tindakan anarkisme. Selain itu, Melani menduga bahwa FPI tidak paham dengan nilai Pancasila sebagai dasar ideologi negara Indonesia.
"Mungkin persepsi mereka mengutamakan perintah agama, tapi salah. Agama tidak mengatakan pakai kekerasan, mungkin persepsi mereka terhadap agama salah, dan mereka tidak paham Pancasila. Di Pancasila saja ada unsur ketuhanan, itu bukan berarti Islam. Dengan menjaga memaknai Bhineka Tunggal Ika," kata Melani di Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (24/7). Selanjutnya *
Melani mengatakan, persepsi FPI dalam setiap melakukan tindakan mungkin saja dengan mengutamakan perintah agama. Sayangnya, lanjut dia, perintah agama yang menjadi pedoman FPI salah diartikan.
Karena, lanjut dia, dalam ajaran agama Islam, sama sekali tidak diajarkan kekerasan dan tindakan anarkisme. Selain itu, Melani menduga bahwa FPI tidak paham dengan nilai Pancasila sebagai dasar ideologi negara Indonesia.
"Mungkin persepsi mereka mengutamakan perintah agama, tapi salah. Agama tidak mengatakan pakai kekerasan, mungkin persepsi mereka terhadap agama salah, dan mereka tidak paham Pancasila. Di Pancasila saja ada unsur ketuhanan, itu bukan berarti Islam. Dengan menjaga memaknai Bhineka Tunggal Ika," kata Melani di Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (24/7). Selanjutnya *
Label:
Agama,
anarkisme,
dasar,
diartikan,
FPI,
Front Pembela Islam,
ideologi,
Islam,
kekerasan,
Melani Leimena Suharli,
MPR,
negara,
Pancasila,
perintah,
salah,
tidak paham,
tindakan
Langganan:
Postingan (Atom)