Pertama, JK pasti akan dikeluarkan dari habitat Partai Golkar - senasib dengan Endriartono Sutarto yang dipecat dari Nasdem gara-gara ikut konvensi. Positioning JK, lanjut Ari, akan turun di mata partai-partai lain selain Demokrat. JK akan dianggap petualang politik yang "sibuk" mencari perahu-perahu lain demi menggapai tiket menjadi capres.
"Posisi ARB sebagai capres unggulan dari Golkar memang kuat. Tapi ingat, beberapa daerah sudah mengajukan evaluasi pencalonan ARB. Artinya, peluang JK tidak kecil di Golkar. Saatnya JK untuk tetap menjadi endoser ke anak-anak muda yang potensial menjadi presiden. Beri kesempatan kepada memimpin bangsa ini. Lebih baik JK tetap istikomah membantu Jokowi hingga Presiden," pungkas Ari, peraih doktor berkat penelitiannya tentang pelarian politik 1965 di mancanegara ini. Selengkapnya *
Rabu, 28 Agustus 2013
Jusuf Kalla Diingatkan Pernah Dicampakkan SBY
Label:
anak muda,
ARB,
capres,
Dicampakkan,
Diingatkan,
endoser,
Endriartono Sutarto,
istikomah,
Jokowi,
Jusuf Kalla,
Nasdem,
Partai Golkar,
pernah,
petualang politik,
SBY
Lepaskan Koruptor Rp 1,2 Triliun, Blue Print Reformasi MA Dipertanyakan
Jakarta - Putusan peninjauan kembali (PK) yang melepaskan Sudjiono Timan dikecam banyak pihak. Salah satunya dalam menerapkan hukum terhadap PK yang diajukan oleh istri Timan yang menyalahi KUHAP.
Hal ini seharunya tidak terjadi apabila Mahkamah Agung (MA) konsisten dalam menerapkan sistem kamar MA.
"Dalam pendekatan cita-cita pembaharuan MA, tujuan dan fungsi keberadaaan kamar tidak berjalan sebagaimana yang ada dalam blue print MA," kata Ketua Yayasan Lembaga Hukum Indonesia (YLBHI) Alvon Kurnia Palma kepada detikcom, Rabu (28/8/2013). Selanjutnya *
Hal ini seharunya tidak terjadi apabila Mahkamah Agung (MA) konsisten dalam menerapkan sistem kamar MA.
"Dalam pendekatan cita-cita pembaharuan MA, tujuan dan fungsi keberadaaan kamar tidak berjalan sebagaimana yang ada dalam blue print MA," kata Ketua Yayasan Lembaga Hukum Indonesia (YLBHI) Alvon Kurnia Palma kepada detikcom, Rabu (28/8/2013). Selanjutnya *
Ruhut: Negara Hancur Jika Dipimpin Jokowi
JAKARTA - Kans Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo untuk menjadi presiden semakin besar. Elektabilitasnya pun semakin melejit dan bahkan mengalahkan calon presiden lainnya termasuk mereka yang ikut konvensi capres Partai Demokrat.
Namun, apabila benar-benar nantinya jadi presiden negara justru dalam keadaan bahaya bahkan hancur karena Jokowi lahir dari pencitraan.
"Orang itu jika presiden jadi apa, ini kan ada orang yang mendorong Jokowi jadi 'Media Darling'(pencitraan), orang-orang yang menginginkan negara ini hancur," kata Politisi Partai Demokrat Ruhut Sitompul kepada Tribunnews, Selasa(27/8/2013). Selanjutnya *
Namun, apabila benar-benar nantinya jadi presiden negara justru dalam keadaan bahaya bahkan hancur karena Jokowi lahir dari pencitraan.
"Orang itu jika presiden jadi apa, ini kan ada orang yang mendorong Jokowi jadi 'Media Darling'(pencitraan), orang-orang yang menginginkan negara ini hancur," kata Politisi Partai Demokrat Ruhut Sitompul kepada Tribunnews, Selasa(27/8/2013). Selanjutnya *
Survei: Jokowi Effect Sanggup Turunkan Angka Golput
JAKARTA - Fenomena 'Jokowi Effect' tampaknya terus memberikan pengaruh besar dalam peta perpolitikan di Indonesia.
Paling tidak, itu terungkap dalam hasil survei Forum Akademisi IT yang dilakukan pada 1-20 Agustus 2013.
Menurut survei tersebut, Jokowi Effect akan memberikan pengaruh positif dalam tingkat keikutsertaan pemilu.
Hasil survei menyatakan, jika Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo memutuskan untuk maju sebagai calon presiden (capres) di 2014, tingkat golput akan mengalami penurunan.
"Jokowi Effect ternyata mampu menggerus tingkat golput dalam masyarakat," ujar Ketua Forum Akademisi IT Hotland Sitorus, dalam diskusi 'Membaca Kehendak Rakyat' di Kawasan SCBD, Jakarta, Selasa (27/8/2013). Selanjutnya *
Paling tidak, itu terungkap dalam hasil survei Forum Akademisi IT yang dilakukan pada 1-20 Agustus 2013.
Menurut survei tersebut, Jokowi Effect akan memberikan pengaruh positif dalam tingkat keikutsertaan pemilu.
Hasil survei menyatakan, jika Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo memutuskan untuk maju sebagai calon presiden (capres) di 2014, tingkat golput akan mengalami penurunan.
"Jokowi Effect ternyata mampu menggerus tingkat golput dalam masyarakat," ujar Ketua Forum Akademisi IT Hotland Sitorus, dalam diskusi 'Membaca Kehendak Rakyat' di Kawasan SCBD, Jakarta, Selasa (27/8/2013). Selanjutnya *
Ini Modal Jokowi buat 'Nyapres'
Jakarta - Sejumlah pengamat politik menilai Gubernur DKI Jakarta Joko "Jokowi" Widodo punya modal terbesar untuk memenangi kursi RI 1. Mereka menilai Jokowi punya keunggulan yang tak dimiliki calon presiden lain. "Dia tidak hanya didukung PDI Perjuangan, tapi juga lintas partai. Dia juga didukung mereka yang berada di luar Jawa," kata pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada, Ari Dwipayana, Selasa, 27 Agustus 2013.
Pengamat politik dari Lembaga Survei Indonesia, Kuskrido Ambardi, menganggap Jokowi paling disukai oleh publik. Dodi menilai masyarakat suka dengan kepolosan Jokowi, termasuk tak mengutamakan protokoler dan tak antipati terhadap kelompok masyarakat tertentu. "Itu modal yang melekat di Jokowi untuk maju jadi capres," katanya Selanjutnya *
Pengamat politik dari Lembaga Survei Indonesia, Kuskrido Ambardi, menganggap Jokowi paling disukai oleh publik. Dodi menilai masyarakat suka dengan kepolosan Jokowi, termasuk tak mengutamakan protokoler dan tak antipati terhadap kelompok masyarakat tertentu. "Itu modal yang melekat di Jokowi untuk maju jadi capres," katanya Selanjutnya *
Label:
Ari Dwipayana,
Jokowi,
keunggulan,
kursi RI 1,
Kuskrido Ambardi,
lintas partai,
luar Jawa,
modal terbesar,
Nyapres,
PDI Perjuangan,
pengamat politik
Langganan:
Postingan (Atom)