Rabu, 27 Maret 2013

Profil Eyang Subur: Penjahit Jadi Kolektor Kristal

Beberapa pekan terakhir ini, masyarakat umum dan selebriti Indonesia ramai membicarakan sosok tua yang kerap disapa Eyang Subur. Nama Eyang Subur muncul setelah pelawak lawas, Adi Bing Slamet, menudingnya sebagai penyebar aliran sesat. Bahkan Adi mengklaim Eyang Subur pernah menyantetnya.

“Dia menyesatkan banyak orang,” kata Adi, Senin, 25 Maret 2013. “Saya dan kawan-kawan harus menjalankan ritual meminum kopi pahit, kopi manis, dan juga air garam. Itu air syarat.”

Siapa sebenarnya Eyang Subur yang disebut Adi itu? Kata Tessy, pelawak yang mengenal Eyang Subur, lelaki tua itu bukanlah dukun seperti tuduhan Adi. Tessy sendiri mengenal Eyang Subur pada 1981. Kala itu Subur belum menggunakan sebutan eyang. “Aslinya, dia itu tukang jahit,” ujar anggota kelompok lawak Srimulat ini.

Masih kata Tessy, Subur adalah orang baik. Ia tidak pernah terlihat melakukan hal sesat. “Setahu saya, kalau teman-teman datang ke rumahnya di waktu magrib, Eyang Subur malah suruh salat.”

Anggota Srimulat lainnya, Gogon, sepakat dengan pendapat Tessy. Kata dia, Eyang Subur hanya melakukan doa bersama dengan memadukan kejawen dan agama. “Dia tidak sesat, tidak pernah mengubah ayat dan lafal Al-Quran,” ujar Gogon.

Gogon sudah mengenal Subur sejak 1983 lalu. Di mata dia, Subur hanyalah paranormal biasa. Soal percaya atau tidak dengan perkataan Subur, kembali kepada setiap orang yang mendengarnya. “Kami tidak pernah disyarati dan saya tak pernah meminta supaya terkenal," kata Gogon.

Bekas anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Permadi, juga membantah pendapat Adi bahwa Subur adalah dukun. Kata Permadi, rumah Eyang Subur hanya serupa dengan kasepuhan. Di sana mereka membahas penyakit, agama, dan negara.

Tentang pernyataan Adi bahwa Eyang Subur kerap meminta uang, Tessy, Gogon, dan Permadi kompak menampiknya. Kata Tessy, Subur malah rajin membagikan barang dan duit secara cuma-cuma. “Yang pertama diberi hadiah sama Eyang itu saya. Saya dibelikan mobil sama dia,” kata Tessy. Sedangkan Gogon pernah diberi enam potong jas. Dan kata Permadi,Eyang Subur sering membagikan sepeda motor kepada orang-orang. “Dia juga sering memberangkatkan orang naik haji dan umrah,” ujar Permadi.

Di rumah Eyang Subur, kata Permadi, ada banyak perhiasan mewah. Bahkan ada beberapa perhiasan kristal, berbagai ukuran, yang harganya ratusan juta. “Dia memang koleksi perhiasan,” kata Permadi. Namun, dari mana harta dan uang Eyang Subur, Permadi tidak mengetahuinya.

Dia hanya tahu, Subur jarang keluar rumah kecuali ingin mengajak teman-temannya makan. "Dia di rumah terus,” kata Permadi. “Tapi saya enggak pernah lihat dia melakukan ritual, tak ada barang untuk menyantet juga di rumahnya.”

Di mata Gogon sendiri, Eyang Subur memiliki rasa sosial yang tinggi. “Dia juga penggemar Srimulat.”

Soal pembelaan terhadap Eyang Subur ini, Adi menyatakan, Tessy dan kawan-kawannya masih terpengaruh "guna-guna" Subur. "Saat ini, mereka masih dipengaruhi setan," kata Nurjanah, istri Adi. Bekas penyanyi cilik ini tetap yakin bahwa Eyang Subur mengajarkan aliran sesat. “Dia menyantet saya, setelah tak lagi "berguru" dengannya,” ujar Adi.

Selasa, 26 Maret 2013

Balada Sang Guru dan Murid Kesayangan (Irjen Polisi (Purn) Ursinus Ellias Meddelu vs. Brigjen Djoko Susilo)

Di foto itu, Irjen Polisi (Purn) Ursinus Ellias Meddelu tersenyum sambil memegang sebuah buku bersampul biru. Di sampingnya berdiri Direktur Lalu Lintas Polri dan wakilnya, Brigjen Djoko Susilo bersama Kombes Didik Purnomo.

"Djoko Susilo itu murid kesayangan papa saat mengajar di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK)," kata putra sulung Ursinus, Elias Christian Meddelu kepada merdeka.com.

Eli menatap foto yang tergantung di ruang tamu almarhum Irjen Ursinus di kawasan Otista, Jakarta Timur itu. Dia meneruskan ceritanya.

Setelah pensiun tahun 1975, Ursinus masih mengajar di PTIK hingga tahun 2000. Dia mengajar ilmu manajemen lalu lintas.

"Papa bangga sekali dengan Djoko Susilo. Nilainya paling bagus. Papa bilang tidak ada komandan lalu lintas penggantinya yang secerdas Djoko," lanjut Eli.

Pada Djoko, Ursinus berharap korps lalu lintas bisa dibenahi. Djoko adalah polisi cerdas. Dia yang membangun sistem Traffic Management Center (TMC) Polda Metro Jaya. Dia pula yang menciptakan National Traffic Management Center (NTMC) saat menjadi Kepala Korps Lalu Lintas Polri.

Karir Djoko memang cemerlang. Dia adalah jenderal pertama di Akpol 84. Dia pula yang mendapat bintang dua paling cepat. Tinggal menunggu waktu, bisa jadi Djoko menjadi kandidat Kapolri.

Tapi kini Djoko menjadi tersangka kasus korupsi simulator SIM dan tindak pidana pencucian uang (TPPU) di KPK. Satu persatu aset Djoko ditelanjangi. Kekayaan Djoko luar biasa. Kekayaannya berderet mulai dari Subang, Jawa Barat hingga Bali. Nilainya diduga lebih dari Rp 100 miliar.

Soal ini, Djoko berbanding terbalik dengan Ursinus. Ketika menjabat Dirlantas Polri tahun 1965-1972, Ursinus tak pernah sekalipun korupsi. Jenderal jujur ini hidup pas-passan. Bahkan dia tak punya rumah dan kesulitan menguliahkan anaknya. Padahal uang ratusan juta bisa saja didapatnya dengan mudah.

"Kalau papa tahu Djoko seperti itu, mungkin papa mati berdiri," kata Eli.

Eli bersyukur papanya tak tahu kasus korupsi Djoko. Tuhan berbaik hati mengambil nyawa Ursinus sebelum kasus Djoko mencuat. Hal itu lebih baik bagi Ursinus yang tua dan sakit-sakitan. Ursinus meninggal 8 Januari 2012, 6 bulan sebelum Djoko jadi tersangka.

"Kami anggap itu karunia Tuhan," jelas Eli.

Eli dan saudaranya mengaku pernah berniat mencopot foto Djoko bersama Ursinus itu dari dinding rumah. Tapi hal itu urung dilakukan.

"Biarlah, dulu papa yang minta foto ini dipasang. Kami hormati keinginan papa."

Soal prestasi, Ursinus dulu menciptakan buku pemilik kendaraan bermotor (BPKB) dan perbaikan buku tilang. Djoko menciptakan NTMC dan TMC. Prestasi keduanya walau terpaut puluhan tahun, bisa disejajarkan.

Sayang, Irjen Djoko tak meneladani kejujuran sang guru.

Terbongkar, CIA Ternyata Persenjatai Pemberontak Suriah

Peranan Amerika Serikat dalam pemberontakan yang dilakukan di Suriah, ternyata tidak hanya pada dukungan politis semata. Dukungan (CIA) lembaga intelijen AS kepada kaum pemberontak, terbongkar.

Terungkapnya peranan CIA tersebut diungkapkan New York Times dalam laporannya, Senin (25/3) waktu setempat. CIA berada di tengah-tengah Arab dan Turki yang sama-sama mendukung tergulingntya rezim Bashar al-Assad.

Dalam laporan itu, disebutkan CIA berperan dalam mengakomodir lalu lintas persenjataan untuk oposisi. Sejumlah pejabat pihak oposisi juga mengkonfirmasi adanya bantuan CIA.

Proses pengangkutan senjata yang awalnya dalam skala kecil pada awal 2012, meningkat tajam belakangan ini. Sebanyak 160 penerbangan kargo militer dari Jordania, Arab Saudi dan Qatar diduga 'diamankan' oleh CIA.

CIA juga diduga membantu pengadaan senjata secara besar-besaran dari Kroasia. Lembaga intelijen ini lantas menentukan oposisi mana saja yang berhak menerima bantuan senjata.

Kelompok oposisi Suriah gencar melakukan serangan kepada rezim Bashar sejak dua tahun silam. Awalnya, aksi protes warga yang semula damai berubah menjadi peran yang memanas.

Senin, 25 Maret 2013

Penyerbuan LP Cebongan Bermula dari Saling Pandang

Tak ada yang menyangka peristiwa saling pandang di Hugo's Café itu berakibat pada penusukan dan kemudian berakhir pada drama penyerbuan sebuah penjara. Korban tewas penusukan adalah anggota Komando Pasukan Khusus Grup II Kandang Menjangan, Surakarta, Sersan Satu Santoso, 31 tahun. Korban tewas penyerbuan adalah Adrianus Candra Galaja, 24 tahun; Gameliel Yermiyanto (33); Yohanis Juan Manbait (37); dan Hendrik Sahetapy (38).

Peristiwa penusukan terjadi pada Selasa dini hari, 19 Maret 2013, di kafe yang terletak di Kompleks Sheraton Mustika Resort Hotel, Jalan Adisutjipto, Km 8,5, Maguwoharjo, Sleman.Penyerbuan berlangsung di Lembaga Pemasyarakatan Cebongan, Sleman, Sabtu dini hari, 23 Maret 2013. Empat korban penembakan di penjara itu merupakan tersangka penusukan.

Nona, istri Juan, mengatakan pada malam penusukan itu, suaminya sedang bekerja sebagai petugas keamanan kafe. Juan menjalani pekerjaan itu karena dipecat dari anggota Kepolisian Daerah Yogyakarta lantaran tersangkut kasus narkoba satu bulan sebelumnya. “Dia juga menjadi satpam kalau ada konser musik,” ujarnya.

Wandy Marseli, pengacara empat tersangka, mengatakan, dari rekaman closed circuit television (CCTV) kafe yang diperlihatkan di Polda Yogyakarta dan keterangan sejumlah saksi menunjukkan, Hendrik saling berpandangan dengan Santoso. "Namun, saat hendak meninggalkan kafe, dia dihadang tiga teman korban (Santoso)," ujar Wandy, Minggu, 24 Maret 2013.

Penghadangan itu berakhir dengan pengeroyokan yang membuat Santoso tewas ditusuk di bagian dada. Menurut Wandy, polisi semestinya turut memproses hukum teman-teman Santoso karena dianggap memantik perkelahian. “Tadinya kami hendak mengajukan praperadilan,” ujarnya.

Sedangkan Nona mengatakan, dari cerita Juan, suaminya tak terlibat perkelahian maupun penusukan. Saat terjadi cekcok antara Hendrik dan Santoso, Juan justru hendak melerai.

Sejak peristiwa penusukan itu, Hugo's Cafe dipasang garis polisi. “Tak ada kegiatan apapun,” kata seorang karyawan Hotel Sheraton, Uki Sutanto. Kepala Polda Yogyakarta, Brigadir Jenderal Sabar Rahardjo meminta pemerintah menutup dan mencabut izin kafe tersebut. Pasalnya, dalam tempo empat bulan, terjadi dua keributan yang mengakibatkan kematian. “Tak perlu dievaluasi, tutup saja," kata dia.

Kepala Bidang Pengembangan Pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman Shavitri Nurmala Dewi mengatakan saat ini izin operasional Hugo's Cafe dibekukan.

Rabu, 20 Maret 2013

Bengawan Solo Pernah Jadi Lagu Perjuangan Polandia

Irama “Bengawan Solo” ciptaan Gesang ternyata pernah menjadi lagu perjuangan rakyat Polandia tahun 1965-an. Lagu versi Polandia ditulis tahun 1964 di masa pemerintahan Presiden Soekarno.

“Lirik lagunya menggambarkan impian rakyat Polandia akan tanah yang indah dan kemerdekaan yang tidak kami miliki kala itu,” kata Grzegorz WiÅ›niewski, Duta Besar Polandia untuk Indonesia dalam acara peluncuran program kekhususan Eropa Tengah, Pusat Kajian Eropa Universitas Indonesia di Wisma Antara, Selasa 19 Maret 2013.

Di tahun 60-an, hubungan kedua negara sangat dekat. Terutama dengan semangat anti-kolonalisme yang dikobarkan Konferensi Asia Afrika di Bandung tahun 1955. Perjuangan kemerdekaan tersebut mendekatkan Polandia dan Indonesia dan negara-negara Visegard lainnya seperti Ceko, Slovakia dan Hungaria.

Lirik lagu versi Polandia ditulis oleh Marek Sewen dan Roman Sadowski dan dinyanyikan oleh diva musik negeri Eropa Tengah itu, Violetta Villas. Lagu itu menggambarkan tanah indah bernama “Indonesia” yang diciptakan Tuhan dengan pantai murni dan alami.

Menurut lirik lagu tersebut, tanah indah di diciptakan oleh Tuhan buat mereka yang bekerja keras dan berani untuk memperjuangkan kemerdekaan dan nasib sendiri. Dibawakan dengan suara emas Villas, lagu itu seolah menghipnotis para pendengarnya, warga Polandia.

“Itulah sebabnya mengapa lagu itu menjadi menjadi hit kala itu di Polandia, dan masih dikenang oleh para pecinta musik baik tua maupun muda,” katanya. Lagu berjudul “Kiedy Allach SzedÅ‚” tersebut bisa diunduh melaluiYou Tube.



Selasa, 19 Maret 2013

DOKTER OVERDOSIS: Diduga Overdosis Obat Penenang, Kepala Puskesmas Tewas di Rumdin

Ilustrasi
Diduga mengalami overdosis obat penenang, Kepala Puskesmas Purwantoro 2, Eko Susanto, 46, ditemukan tewas di kamar rumah dinasnya, Selasa (19/3/2013). Ia yang berprofesi sebagai dokter itu ditemukan meninggal dengan mulut berbusa dan berdarah.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Wonogiri, Widodo, membenarkan ada tanda overdosis. Namun ia tak berani menyimpulkan karena keluarga korban menolak untuk dilakukan autopsi.

“Memang ada tanda seperti overdosis dengan mulut yang berbusa dan mengeluarkan darah. Tapi, keluarganya menolak dan ada rencana memulangkan jenazah korban ke tempat asalnya di Tuban (Jawa Timur). Tadi, mantan istrinya ikut mengurus jenazah korban,” katanya saat dihubungi Solopos.com, Selasa.

Dugaan sementara, jelas Widodo, dari laporan jika Eko sering minum obat penenang. Pasalnya, petugas Puskesmas Purwantoro beberapa kali melihat Eko mengamuk dan berteriak-teriak setelah bercerai dengan istrinya. Selain itu, ada dugaan Eko meninggal karena penyakit jantung.

Berdasarkan informasi yang dihimpun Solopos.com, Selasa, menyebutkan, psikis Eko terguncang setelah berpisah dengan istrinya. Setelah bercerai, jelas Widodo, korban tinggal sendirian di rumah dinas. Terkadang, ada perawat yang membantu Eko di rumah dinas.

Kapolsek Purwantoro AKP Made Mangku Mastika, mewakili Kapolres Wonogiri AKBP Tanti Septiyani, menduga Eko meninggal sejak Senin (18/3/2013). “Kemungkinan sudah sejak Senin meninggal. Sudah kaku dan bagian dada hingga atas perut sudah lebam. Sudah agak membusuk sudah bau,” katanya kepada wartawan, Selasa.

Ia menyatakan korban ditemukan tertelungkup di lantai, dari telinga, hidung dan mulut keluar darah. Dugaan dari hasil pemeriksaan akibat overdosis karena terlalu banyak meminum obat. Hanya, tidak bisa pastikan karena tidak ditemukan sisa alat atau bungkus apapun di sekitar korban.

“Tadi pagi , sekitar pukul 07.00 WIB korban tidak keluar dari rumah dinas. Seorang petugas puskesmas, Tri Murwanto, dan petugas kebersihan, Dwi, mendekat ke rumah dinas karena ada bau aneh, seperti bau busuk. Akhirnya keduanya masuk kamar korban yang tidak dikunci,” ujarnya. Menurutnya, tidak ada tanda bekas penganiayaan atau bekas luka mencurigakan.

Senin, 18 Maret 2013

Jokowi Dianggap Sebagai 'Jimat' Kongres PSSI

Gubernur DKI Joko Widodo belum pernah berkecimpung di PSSI. Namun muncul anggapan dari para petinggi PSSI dan juga Menpora Roy Suryo, bahwa Jokowi merupakan 'jimat' badan tertinggi pengelola sepakbola di tanah air tersebut. Kok bisa?

Anggapan itu muncul dalam jamuan makan malam di Balai Agung, Balaikota, di Jl Medan Merdeka Barat, Minggu (17/3/2013) malam. Jamuan ini merupakan undangan dari Jokowi.

Dalam sambutannya di acara ini, Menteri Roy menyatakan keberhasilan kongres PSSI memiliki kaitan dengan Jokowi. Seperti diketahui, pada hari Minggu ini PSSI menggelar kongres luar biasa di hotel Borobudur, Jakarta.

"Menurut saya mungkin kongres PSS itu harus ikut dengan pak Jokowi kali ya. Dulu di Solo berhasil dan sekarang di Jakarta juga berhasil," kata Roy setengah berkelakar.

Hal senada juga diutarakan pengarah Satgas PSSI Agum Gumelar. Ketika tengah bersalaman dengan Jokowi, Agum menyatakan bahwa ada 'faktor' Jokowi dalam kongres PSSI.

"Di tempatnya bapak selalu berhasil ya kongresnya," ujar Agum. Kalimat serupa juga diutarakan oleh Ketum Komite Olimpiade Indonesia (KOI) Rita Subowo.

KLB PSSI hari Minggu ini dinilai sejumlah pihak sebagai suatu langkah maju untuk memperbaiki persepakbolaan tanah air. Dalam kongres diputuskan pembubaran KPSI.

Kongres dengan kategori berhasil sebelumnya digelar pada Juli 2011 di Hotel The Sunan Solo. Kala itu kongres memutuskan Djohar Airifin sebagai Ketum PSSI yang baru. Nah pada saat itu, Solo masih dipimpin oleh Jokowi.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
//** Like Button FB **//
//** Like Button FB **//