Kejaksaan Agung menangkap guru besar dokter ahli kebidanan M Hatta Anshori di tempat persembunyiannya di Desa Lungge, Temanggung, Jawa Tengah, Sabtu 9 November 2013 sekitar pukul 20:45 WIB. Hatta dieksekusi karena berstatus terpidana bersalah korupsi dana mahasiswa Rp 2,5 miliar.
Korupsi itu dilakukan Hatta saat menjabat Ketua Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Sriwijaya (Unsri) Palembang, Sumatera Selatan. Uang tersebut digunakan Hatta untuk kepentingan pribadi.
"Berdasarkan putusan MA nomor: 524 K/Pid.Sus/2011 tanggal 15 juli 2011 yang menyatakan bahwa terpidana Prof Hatta Anshori, SpOG (K) telah melakukan penyelewengan dana Penerimaan Bukan Pajak (PNBP) PPDS di Fakultas Kedokteran Unsri dengan rekannya Prof dr H Zarkasih Anwar S.pA," kata Kapuspenkum, Setia Untung Arimuladi kepada Liputan6.com, Jakarta, Minggu, (10/11/2013). Selanjutnya *
Senin, 11 November 2013
Korupsi Dana Mahasiswa, Dokter Ahli Kebidanan Dieksekusi
Label:
Ahli Kebidanan,
dana,
Dieksekusi,
dokter,
FK,
Hatta Anshori,
Kejaksaan Agung,
korupsi,
Lungge,
mahasiswa,
Palembang,
PPDS,
profesor,
S.pA,
Setia Untung Arimuladi,
SpOG (K),
Temanggung,
terpidana,
Unsri,
Zarkasih Anwar
Minggu, 10 November 2013
Psikolog Politik: Kenapa SBY Takut Sekali dengan Rongrongan Kubu Anas di PPI?
JAKARTA -- Psikolog politik dari Universitas Indonesia (UI), Hamdi Muluk menilai salah satu pemicu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono cenderung emosional akhir-akhir ini adalah kelelahannya menghadapi konflik di internal Partai Demokrat. Khususnya terkait organisasi masyarakat (ormas) bentukan Anas Ubaningrum, Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI).
"Dia (SBY) lelah juga menghadapi konflik di internal Partai Demokrat. Dia merasa tidak bisa mengendalikan Anas dan kawan-kawan," ungkap Guru besar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia ini kepada Tribunnews.com, Selasa (29/10/2013).
Karena menurutnya, Ketua Umum Partai Demokrat, Anas dan kawan-kawan di PPI terus merongrong kepemimpinannya.
"Pertanyaan saya, mengapa SBY takut sekali dengan rongrongan dari kubu Anas, kalau dia merasa bahwa kubu Anas sudah tidak terlalu bergigi lagi?" Demikian Pakar Psikologi Politik ini mempertanyakan. Selanjutnya *
"Dia (SBY) lelah juga menghadapi konflik di internal Partai Demokrat. Dia merasa tidak bisa mengendalikan Anas dan kawan-kawan," ungkap Guru besar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia ini kepada Tribunnews.com, Selasa (29/10/2013).
Karena menurutnya, Ketua Umum Partai Demokrat, Anas dan kawan-kawan di PPI terus merongrong kepemimpinannya.
"Pertanyaan saya, mengapa SBY takut sekali dengan rongrongan dari kubu Anas, kalau dia merasa bahwa kubu Anas sudah tidak terlalu bergigi lagi?" Demikian Pakar Psikologi Politik ini mempertanyakan. Selanjutnya *
SBY Diingatkan Soal Sepak Terjang Ruhut Sitompul
JAKARTA -- Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) diminta mewaspadai sepak terjang Kadernya partainya, Ruhut Sitompul. Sebab, pengacara kondang itu dinilai kerap bermanufer.
Demikian diungkapkan Pengamat Politik dari Universitas Indonesia, Iberamsjah saat dihubungi, Minggu (10/11/2013). Menurut Iberamsjah, banyak contoh sikap dan pernyataan Ruhut hanyalah upayanya untuk bertahan dalam kekuasaan. Meskipun untuk itu, kata Iberamsjah, dirinya harus berani bersikap tidak konsisten dan menjilat pada kekuasaan serta sama sekali tidak memiliki loyalitas.
"Sudah banyak contoh ketidakkonsistenan sikap dan pernyataan Ruhut. Dia suka menjilat kepada penguasa. Dulu ketika Golkar berkuasa, dia membela Golkar mati-matian. Tapi ketika Golkar tidak lagi berkuasa dan Partai Demokrat menguasai dunia politik, dia pun menjelek-jelekkan Golkar dan memuji Demokrat setinggi langit," kata Iberamsjah. Selanjutnya *
Demikian diungkapkan Pengamat Politik dari Universitas Indonesia, Iberamsjah saat dihubungi, Minggu (10/11/2013). Menurut Iberamsjah, banyak contoh sikap dan pernyataan Ruhut hanyalah upayanya untuk bertahan dalam kekuasaan. Meskipun untuk itu, kata Iberamsjah, dirinya harus berani bersikap tidak konsisten dan menjilat pada kekuasaan serta sama sekali tidak memiliki loyalitas.
"Sudah banyak contoh ketidakkonsistenan sikap dan pernyataan Ruhut. Dia suka menjilat kepada penguasa. Dulu ketika Golkar berkuasa, dia membela Golkar mati-matian. Tapi ketika Golkar tidak lagi berkuasa dan Partai Demokrat menguasai dunia politik, dia pun menjelek-jelekkan Golkar dan memuji Demokrat setinggi langit," kata Iberamsjah. Selanjutnya *
Label:
Demokrat,
Diingatkan,
Golkar,
Iberamsjah,
kerap bermanufer,
loyalitas,
menjilat,
pengacara kondang,
pengamat politik,
Ruhut Sitompul,
SBY,
Sepak Terjang,
tidak konsisten,
UI
Megaproyek Jokowi 'Giant Sea Wall' Butuh Dana Rp 300 Triliun
JAKARTA - Proyek Giant Sea Wall yang bakal diwujudkan Gubernur DKI Jakarta Joko "Jokowi" Widodo, ternyata membutuhkan dana yang lebih besar dibandungkan proyek Jembatan Selat Sunda (JSS).
Proyek untuk menangkal banjir di ibu kota itu, diperkirakan membutuhkan dana Rp 300 triliun. membutuhkan dana anggaran sebesar Rp 300 triliun. Nilai itu, jauh lebih besar daripada megaproyek milik pemerintah pusat, yakni Jembatan Selat Sunda (JSS), yang diperkirakan memakan Rp 250 triliun.
"Ini proyek program pengamanan banjir paling besar di dunia," ujar Deputi Tata Ruang dan Lingkungan Hidup Pemprov DKI Jakarta Sarwo Handayani, Minggu (10/11/2013).
Sarwo menjelaskan, dana APBD Pemprov DKI tidak semuanya untuk Giant Sea Wall. Rencananya, Pemprov DKI akan menggandeng pihak swasta dan pemerintah pusat.
"Investasi masih dihitung, bisa sampai Rp 300 triliun, bukan dari APBD kalau bisa dari swasta," ungkap Sarwo. Selanjutnya *
Proyek untuk menangkal banjir di ibu kota itu, diperkirakan membutuhkan dana Rp 300 triliun. membutuhkan dana anggaran sebesar Rp 300 triliun. Nilai itu, jauh lebih besar daripada megaproyek milik pemerintah pusat, yakni Jembatan Selat Sunda (JSS), yang diperkirakan memakan Rp 250 triliun.
"Ini proyek program pengamanan banjir paling besar di dunia," ujar Deputi Tata Ruang dan Lingkungan Hidup Pemprov DKI Jakarta Sarwo Handayani, Minggu (10/11/2013).
Sarwo menjelaskan, dana APBD Pemprov DKI tidak semuanya untuk Giant Sea Wall. Rencananya, Pemprov DKI akan menggandeng pihak swasta dan pemerintah pusat.
"Investasi masih dihitung, bisa sampai Rp 300 triliun, bukan dari APBD kalau bisa dari swasta," ungkap Sarwo. Selanjutnya *
Kronologi jatuhnya Helikopter MI-17 yang tewaskan 13 orang
Helikopter MI-17 milik TNI AD kemarin jatuh di Pos Long Bulan Malinau, Kalimantan Utara, sekitar pukul 10.45 Wita. 13 Orang (5 militer dan 8 sipil) tewas dalam kecelakaan ini. Sementara 6 orang ( 2 militer dan 4 sipil) mengalami luka bakar.
Berikut kronologi kejadian yang disampaikan Kadispenad Brigjen TNI Rukman Ahmad lewat siaran pers, Minggu (10/11).
Pukul 09.00 Wita
Heli MI-17 take off dari Tarakan dengan 6 crew dan 1 pengawas (militer atas nama Kapten Czi Sardi), beserta 2 orang warga sipil yang merupakan pemborong bangunan pos.
Pukul 10.15 Wita
Heli mendarat di desa Apauping untuk mengangkut 10 orang pekerja sehingga total crew dan penumpang menjadi 19 orang (militer 7 orang, sipil 12 orang).
Pukul 10.25 Wita
Heli take off menuju Pos Long Bulan Malinau.
Pukul 10.45 Wita
Sekitar 300 meter dari Hellypad, Heli melakukan proses Aproach pada ketinggian kurang lebih 30 meter dan oleng, sehingga menyebabkan Helly jatuh di lokasi hutan/jurang dengan perkiraan jarak 800 meter dari permukaan laut. Selanjutnya *
Berikut kronologi kejadian yang disampaikan Kadispenad Brigjen TNI Rukman Ahmad lewat siaran pers, Minggu (10/11).
Pukul 09.00 Wita
Heli MI-17 take off dari Tarakan dengan 6 crew dan 1 pengawas (militer atas nama Kapten Czi Sardi), beserta 2 orang warga sipil yang merupakan pemborong bangunan pos.
Pukul 10.15 Wita
Heli mendarat di desa Apauping untuk mengangkut 10 orang pekerja sehingga total crew dan penumpang menjadi 19 orang (militer 7 orang, sipil 12 orang).
Pukul 10.25 Wita
Heli take off menuju Pos Long Bulan Malinau.
Pukul 10.45 Wita
Sekitar 300 meter dari Hellypad, Heli melakukan proses Aproach pada ketinggian kurang lebih 30 meter dan oleng, sehingga menyebabkan Helly jatuh di lokasi hutan/jurang dengan perkiraan jarak 800 meter dari permukaan laut. Selanjutnya *
Sabtu, 09 November 2013
Tiga Tokoh Diberi Gelar Pahlawan Nasional
Jakarta - Tiga tokoh resmi dianugerahi gelar pahlawan nasional. Ketiganya adalah Letnan Jenderal TNI (Purn) Tahi Bonar Simatupang, Lambertus Nicodemus Palar, dan KRT Radjiman Wedyodiningrat.
Pemberian gelar ini didasari Keputusan Presiden RI Nomor 68/TK/2013 tertanggal 6 November 2013. Penganugerahan gelar kepada ahli waris ketiga tokoh ini dilakukan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, di Istana Negara, Jakarta, Jumat, 8 November 2013.
T.B. Simatupang merupakan salah satu dari dua tokoh militer yang hadir dalam Konferensi Meja Bundar di Den Haag, Belanda pada 1949. Ia juga pernah menjabat Kepala Staf Panglima Besar Jenderal Soedirman dan ikut bergerilya. Simatupang juga pernah menjabat Kepala Staf Angkatan Perang RI pada 1950-1954.
Lambertus merupakan seorang diplomat yang pada 1947 berhasil mendesak Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk memerintahkan Belanda melakukan gencatan senjata dengan RI. Ia juga berhasil meyakinkan perwakilan bangsa-bangsa di PBB ihwal eksistensi bangsa dan negara Indonesia.
Adapun Radjiman dianggap berjasa lantaran menengahi perbedaan pendapat di antara anggota BPUPKI tentang dasar negara dan menyampaikan ide-ide kemerdekaan. Radjiman pernah menjabat Ketua Boedi Oetomo pada 1915-1923 dan Ketua BPUPKI pada 1944. Sumber *
Pemberian gelar ini didasari Keputusan Presiden RI Nomor 68/TK/2013 tertanggal 6 November 2013. Penganugerahan gelar kepada ahli waris ketiga tokoh ini dilakukan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, di Istana Negara, Jakarta, Jumat, 8 November 2013.
T.B. Simatupang merupakan salah satu dari dua tokoh militer yang hadir dalam Konferensi Meja Bundar di Den Haag, Belanda pada 1949. Ia juga pernah menjabat Kepala Staf Panglima Besar Jenderal Soedirman dan ikut bergerilya. Simatupang juga pernah menjabat Kepala Staf Angkatan Perang RI pada 1950-1954.
Lambertus merupakan seorang diplomat yang pada 1947 berhasil mendesak Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk memerintahkan Belanda melakukan gencatan senjata dengan RI. Ia juga berhasil meyakinkan perwakilan bangsa-bangsa di PBB ihwal eksistensi bangsa dan negara Indonesia.
Adapun Radjiman dianggap berjasa lantaran menengahi perbedaan pendapat di antara anggota BPUPKI tentang dasar negara dan menyampaikan ide-ide kemerdekaan. Radjiman pernah menjabat Ketua Boedi Oetomo pada 1915-1923 dan Ketua BPUPKI pada 1944. Sumber *
Kenalkan! Ini Dista, Ajudan Kebanggaan Jokowi
Semarang - Jika diperhatikan, ada satu nama yang selalu dimasukkan cerita oleh Joko Widodo (Jokowi) dalam berbagai kesempatan. Dia adalah Dista. Seorang ajudan yang kini menjadi kebanggaan Gubernur DKI ini.
Nama Dista sering disebut Jokowi jika menghadiri berbagai acara. Kehadiran Dista membuat Jokowi merasa tidak minder saat bertemu dan berjabat tangan dengan sejumlah orang, meski jabatan Jokowi yang tinggi.
Jokowi berkisah memang punya cerita unik soal ajudan. Saat masih menjadi wali kota Solo, para tamu yang datang lebih sering menyalami ajudannya duluan. Ajudan Jokowi saat itu tinggi, gagah nan tampan.
Tidak ingin kejadian terulang, Jokowi pun kali ini berinisiatif memilih sendiri para ajudannya. "Saya milih sendiri, saya pilih dari 10 lulusan IPDN, pilih dan dapat. Mau kenal ajudan saya?" tanya Jokowi saat memberi kuliah umum di Gedung Prof Soedarto, Undip, Semarang, Sabtu (9/11/2013). Selanjutnya *
Nama Dista sering disebut Jokowi jika menghadiri berbagai acara. Kehadiran Dista membuat Jokowi merasa tidak minder saat bertemu dan berjabat tangan dengan sejumlah orang, meski jabatan Jokowi yang tinggi.
Jokowi berkisah memang punya cerita unik soal ajudan. Saat masih menjadi wali kota Solo, para tamu yang datang lebih sering menyalami ajudannya duluan. Ajudan Jokowi saat itu tinggi, gagah nan tampan.
Tidak ingin kejadian terulang, Jokowi pun kali ini berinisiatif memilih sendiri para ajudannya. "Saya milih sendiri, saya pilih dari 10 lulusan IPDN, pilih dan dapat. Mau kenal ajudan saya?" tanya Jokowi saat memberi kuliah umum di Gedung Prof Soedarto, Undip, Semarang, Sabtu (9/11/2013). Selanjutnya *
Label:
ajudan,
cerita unik,
Dista,
Gubernur DKI,
IPDN,
Joko Widodo,
Jokowi,
Kebanggaan,
Kenalkan,
kuliah umum,
menyalami ajudannya duluan,
tidak minder,
Undip
Langganan:
Postingan (Atom)