JAKARTA - Kabar kedekatan Dude Harlino dengan Alyssa Soebandono begitu santer diberitakan. Bahkan foto-foto keakraban Dude dengan keluarga Alyssa pun beredar di dunia maya.
Dalam foto tersebut, Dude terlihat menggandeng mesra Alyssa saat berfoto bersama anggota keluarga lainnya. Saat hendak dikonfirmasi mengenai foto tersebut, Dude menjawabnya dengan biasa saja.
"Saya dengan keluarga semua dekat lah, silahturahmi itu harus dijalani," urainya, saat ditemui di Shangri-La Hotel, Tanah Abang, Jakarta Pusat, pada Minggu (17/11/2013). Selanjutnya *
Minggu, 17 November 2013
Presiden Canangkan Gres! Wujudkan Ekonomi Syariah Dunia
Jakarta - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mencanangkan Gerakan Ekonomi Syariah (Gres!) di Lapangan Silang Monumen Nasional, Jakarta, Minggu, agar mampu mendorong misi Indonesia untuk menjadi pusat Ekonomi Syariah dunia.
Pencanangan Gres!, yang dilakukan di hadapan puluhan para pemangku kepentingan Ekonomi Syariah itu, juga dihadiri oleh Ibu Ani Yudhoyono, Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo dan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo serta Menteri Agama Suryadharma Ali dan Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi.
"Saya menyambut baik Gres! untuk meningkatkan akselerasi masyarakat pada Ekonomi Syariah ... mari kita perkuat ekonomi domestik, mari kita bangun sistem dan budaya ... ekonomi nenek moyang kita," kata Presiden sebelum menekan sirine tanda pencanangan Gres!
Presiden menilai Sistem Ekonomi Syariah merupakan sistem ekonomi yang harus diperkuat di Indonesia mengingat saat perekonomian dunia mengalami gejolak, Ekonomi Syariah terbukti mampu bertahan. Selanjutnya *
"Saya menyambut baik Gres! untuk meningkatkan akselerasi masyarakat pada Ekonomi Syariah ... mari kita perkuat ekonomi domestik, mari kita bangun sistem dan budaya ... ekonomi nenek moyang kita," kata Presiden sebelum menekan sirine tanda pencanangan Gres!
Presiden menilai Sistem Ekonomi Syariah merupakan sistem ekonomi yang harus diperkuat di Indonesia mengingat saat perekonomian dunia mengalami gejolak, Ekonomi Syariah terbukti mampu bertahan. Selanjutnya *
Label:
Agus Martowardojo,
Ani Yudhoyono,
Canangkan,
dunia,
ekonomi,
Gres!,
Joko Widodo,
nenek moyang,
Presiden,
Silang Monas,
Sistem Ekonomi Syariah,
Sudi Silalahi,
Suryadharma Ali,
Syariah,
Wujudkan
Jonas Minta Maaf, FPI Tetap Ingin Dia ke Penjara
Depok--Ketua Front Pembela Islam (FPI) Depok, Habib Idrus Al Gadri menerima permintaan maaf Jonnas Rivanno atas pembantahannya telah masuk Islam. Meski begitu, Idrus tidak akan mencabut laporannya kepada Polres Bogor terkait penghinaan agama oleh Jonas.
"Sebagai umat Islam kita maafin si Jonas, tapi proses hukum harus tetap jalan sampai dia kita jebloskan ke penjara," kata Idrus melalui pesan BlackBerry Message, Sabtu, 16 November 2013.
Menurut Idrus, proses hukum itu penting sebagai pelajaran bagi non Muslim. Dengan begitu, dia berharap tidak ada Jonas Jonas baru yang mempermainkan agama. Bukan saja terhadap agama Islam, tetapi agama apa pun. "Sehingga tidak ada lagi Jonas Jonas lain yang begitu mudahnya mengucap dua kalimat syahadat," katanya. Apalagi, kata Idrus, pengucapan kalimat syahadat itu hanya untuk mendapatkan wanita muslimah. "Setelah itu harus memilih dua pilihan, dicerai atau ikut agama mereka." Selanjutnya *
"Sebagai umat Islam kita maafin si Jonas, tapi proses hukum harus tetap jalan sampai dia kita jebloskan ke penjara," kata Idrus melalui pesan BlackBerry Message, Sabtu, 16 November 2013.
Menurut Idrus, proses hukum itu penting sebagai pelajaran bagi non Muslim. Dengan begitu, dia berharap tidak ada Jonas Jonas baru yang mempermainkan agama. Bukan saja terhadap agama Islam, tetapi agama apa pun. "Sehingga tidak ada lagi Jonas Jonas lain yang begitu mudahnya mengucap dua kalimat syahadat," katanya. Apalagi, kata Idrus, pengucapan kalimat syahadat itu hanya untuk mendapatkan wanita muslimah. "Setelah itu harus memilih dua pilihan, dicerai atau ikut agama mereka." Selanjutnya *
Sabtu, 16 November 2013
Rabu, 13 November 2013
Pria Misterius Tiup Terompet Tolak Bala Saat KPK Geledah Rumah Anas
JAKARTA - Seorang pria mengenakan pakaian Jawa lengkap dengan blankon tiba-tiba muncul ke lokasi penggeledahan KPK di kediaman Anas Urbaningrum di Jalan Teluk Semangka, Duren Sawit, Jakarta Timur, Selasa (12/11/2013).
Pria yang tidak diketahui asalnya itu tiba-tiba datang dengan berjalan kaki dan meniup sebuah alat tiup berbentuk tanduk panjang melengkung dengan bunyi raungan mirip terompet penanda perang.
Suaranya yang cukup keras sempat menarik perhatian beberapa pewarta yang tengah menunggu proses penggeledahan di rumah Anas.
Pria berkacamata berusia sekitar awal 30an itu sempat meniupkan terompet berbentuk unik tersebut beberapa kali di dua titik lokasi tak jauh dari rumah Anas.
Saat ditanya maksud tindakannya tersebut, pria itu menjelaskan bahwa alat tiup yang dibawanya itu bernama Sofar dan ia meniupnya untuk memberikan kekuatan kepada KPK dalam menjalankan tugasnya.
"Biar (KPK) enggak disantet," ujarnya.
Usai meniup terompet, pria itupun langsung pergi begitu saja tanpa mau menjelaskan nama dan asal-usulnya. Sumber *
Pria yang tidak diketahui asalnya itu tiba-tiba datang dengan berjalan kaki dan meniup sebuah alat tiup berbentuk tanduk panjang melengkung dengan bunyi raungan mirip terompet penanda perang.
Suaranya yang cukup keras sempat menarik perhatian beberapa pewarta yang tengah menunggu proses penggeledahan di rumah Anas.
Pria berkacamata berusia sekitar awal 30an itu sempat meniupkan terompet berbentuk unik tersebut beberapa kali di dua titik lokasi tak jauh dari rumah Anas.
Saat ditanya maksud tindakannya tersebut, pria itu menjelaskan bahwa alat tiup yang dibawanya itu bernama Sofar dan ia meniupnya untuk memberikan kekuatan kepada KPK dalam menjalankan tugasnya.
"Biar (KPK) enggak disantet," ujarnya.
Usai meniup terompet, pria itupun langsung pergi begitu saja tanpa mau menjelaskan nama dan asal-usulnya. Sumber *
Surat Pegawai KPK Sebut SBY Terima Aliran Dana Pilpres
JAKARTA - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menyita sebuah surat yang menyebutkan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menerima aliran dana Pemilihan Presiden 2009. Namun tidak disebutkan aliran dana tersebut berasal darimana.
Ma'mun Murod, Juru Bicara Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI), mengatakan surat tersebut berasal dari seorang pegawai KPK kepada Anas Urbaningrum yang isinya menyebutkan, bahwa dalam BAP Nazaruddin tersebut nama Susilo Bambang Yudhoyono
"Pada mulanya surat ini tidak akan pernah disampaikan oleh Mas Anas, karena surat ini rahasia tapi tenyata kemudian digeledah ditemukan KPK dan kemudian surat ini dibawa KPK, maka kami merasa penting surat ini harus dibacakan secara utuh," ujar juru bicara PPI, Ma'mun Murod.
Berikut isi surat yang disita KPK berdasarkan yang dibacakan Ma'mun Murod di kediaman Anas, Selasa (12/11/2013) malam.
"Kepada yth bapak Anas urbaningrum di tempat, sebelumnya saya mohon maaf dengan surat ini dan untuk kebaikan saya dan menjaga kerahasiaan ini maaf saya tidak menyebut ID saya yang sebenarnya. Saya adalah pegawai biasa di KPK. Selanjutnya *
Ma'mun Murod, Juru Bicara Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI), mengatakan surat tersebut berasal dari seorang pegawai KPK kepada Anas Urbaningrum yang isinya menyebutkan, bahwa dalam BAP Nazaruddin tersebut nama Susilo Bambang Yudhoyono
"Pada mulanya surat ini tidak akan pernah disampaikan oleh Mas Anas, karena surat ini rahasia tapi tenyata kemudian digeledah ditemukan KPK dan kemudian surat ini dibawa KPK, maka kami merasa penting surat ini harus dibacakan secara utuh," ujar juru bicara PPI, Ma'mun Murod.
Berikut isi surat yang disita KPK berdasarkan yang dibacakan Ma'mun Murod di kediaman Anas, Selasa (12/11/2013) malam.
"Kepada yth bapak Anas urbaningrum di tempat, sebelumnya saya mohon maaf dengan surat ini dan untuk kebaikan saya dan menjaga kerahasiaan ini maaf saya tidak menyebut ID saya yang sebenarnya. Saya adalah pegawai biasa di KPK. Selanjutnya *
Dua Alasan Wawan Tak Boleh Melayat Hikmat Tomet
Jakarta:Juru Bicara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Johan Budi mengatakan bahwa dua alasan KPK tak mengeluarkan izin untuk Tubagus Chaeri Wardana alias Wawan melayat ke pemakaman Hikmat Tomet, anggota DPR suami Ratu Atut Chosyiah. Izin itu merupakan kewenangan penyidik dan kepala rumah tahanan KPK.
"Ada dua alasan dari penyidik dan kepala rutan untuk tidak memberikan izin," kata Johan Budi di gedung KPK, Jakarta, Senin, 11 November 2013. Johan menjelaskan pertama, pertimbangan keamanan proses penanganan perkara dan kedua, karena yang meninggal bukan saudara kandung dari Wawan. "Maka dengan pertimbangan itu, tidak diizinkan keluar," kata Johan.
Wawan saat ini menjadi tersangka dalam kasus dugaan suap pemilihan kepala daerah yang melibatkan Ketua Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar. Adapun Hikmat Tomet merupakan ipar Wawan. Ia meninggal Sabtu lalu. Selanjutnya *
"Ada dua alasan dari penyidik dan kepala rutan untuk tidak memberikan izin," kata Johan Budi di gedung KPK, Jakarta, Senin, 11 November 2013. Johan menjelaskan pertama, pertimbangan keamanan proses penanganan perkara dan kedua, karena yang meninggal bukan saudara kandung dari Wawan. "Maka dengan pertimbangan itu, tidak diizinkan keluar," kata Johan.
Wawan saat ini menjadi tersangka dalam kasus dugaan suap pemilihan kepala daerah yang melibatkan Ketua Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar. Adapun Hikmat Tomet merupakan ipar Wawan. Ia meninggal Sabtu lalu. Selanjutnya *
Label:
Akil Mochtar,
alasan,
bukan saudara kandung,
Dua,
Hikmat Tomet,
Johan Budi,
keamanan,
KPK,
Melayat,
Ratu Atut Chosyiah,
suap pemilihan kepala daerah,
Tak Boleh,
Tubagus Chaeri Wardana,
Wawan
Langganan:
Postingan (Atom)