Rabu, 22 Agustus 2012

Refleksi Pembangunan Ekonomi Indonesia 67 Tahun Merdeka (David Samuel)

Sudah 67 tahun merdeka, Indonesia boleh berbangga atas prestasi pertumbuhan tertinggi kedua di dunia. Sayangnya, pola pembangunan belum berubah sejak Orde Baru.

Pengamat ekonomi David Sumual mengapresiasi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang menempati rangking tertinggi kedua di Asia setelah China bahkan dunia. Pada kuartal dua 2012, Produk Domestik Bruto (PDB) China tumbuh 7,6% dan Indonesia 6,4% (year on year).

Secara historis, India menempati posisi kedua. Sekarang, India hanya tumbuh di bawah 6% ke level 5,4%. “Bisa tumbuh di atas 6% dan melampaui India, merupakan prestasi tersendiri bagi Indonesia,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Selasa (14/8/2012).

Masalahnya, kata dia, pertumbuhan tersebut tidak berkualitas. Ukurannya adalah penyerapan tenaga kerja, kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan, dan human development seperti kesehatan, pendidikan dan lain-lain. “Itulah indikator-indikator yang mengukur kualitas pertumbuhan,” ujarnya.

Apalagi, lanjutnya, porsi PDB di sektor manufaktur terus menurun. Sebelum krisis 1998, porsi manufaktur di atas 30%, lalu turun ke level 27% lima tahun lalu, dan sekarang tinggal 24%. “Pada kuartal I-2012, porsi manufaktur hanya tersisa 23,6%,” ungkap David.

Padahal, sektor yang banyak menyerap tenaga kerja adalah manufaktur dan pertanian yang justru jadi ukuran kualitas pertumbuhan ekonomi. “Yang meningkat pesat justru sektor pertambangan, jasa, dan perdagangan,” tuturnya.

Padahal, kata dia, sektor-sektor tersebut, kurang menyerap tenaga kerja dibandingkan manufaktur dan pertanian. Lahan pertanian pun semakin kecil. Bahkan, semakin lama semakin termekanisasi seiring perkembangan teknologi sehingga daya serap tenaga kerja pun berkurang.

Lebih jauh David mengakui, tingkat pengangguran Indonesia memang turun ke 6,3% hingga Maret 2012. Angka ini merupakan yang terendah sepanjang sejarah Indonesia. “Tapi, tenaga kerja itu lebih diserap oleh sektor jasa,” katanya.

Kategori bekerja pun, kata dia, tidak berkualitas. “Terdaftar jadi salah satu anggota organisasi massa juga sudah dihitung sebagai pekerjaan. Ukurannya, masih sangat longgar yakni bekerja dua jam dalam satu pekan terakhir,” ucap David. Begitu juga dengan angka kemiskinan yang cenderung turun dari 24% pada 1998 menjadi hanya 12,5% pada tahun ini.

Nasib serupa untuk indikator tenaga kerja Indonesia (TKI) di mana devisa yang dihasilkannya cenderung meningkat. “Tapi, TKI yang kita kirim, kebanyakan unskilled seperti pembantu rumah tangga yang value added dan gajinya kecil sehingga sumbangannya terhadap devisa pun tidak terlalu besar,” tuturnya.

Kondisi itu, lanjutnya, berbeda dengan tenaga kerja yang dikirim oleh Filipina yang lebih skillful seperti perawat dan dokter.

David menegaskan, banyaknya TKI keluar negeri, jadi indikator PDB Indonesia tidak mampu menyerapnya. “Sebab, barang-barang yang dieskpor kebanyakan barang mentah sehingga nilai tambah terjadi di luar dan otomatis daya serap tenaga kerjanya rendah. Akibatnya, pekerjanya juga sekaligus dieskpor dengan gaji murah,” ujar David.

Di atas semua itu, David menegaskan, pola pembangunan ekonomi Indonesia belum mengalami perubahan sejak Orde Baru tumbang. Sejak puluhan tahun, pembangunan ekonomi lebih terpusat di pulau Jawa, terutama Jabodetabek. “Karena itu, walaupun Indonesia bisa tumbuh 6,4%, disparitas ekonomi sangat tinggi antara Jawa dan non-Jawa,” imbuh dia.

Kalau dilihat dari pertumbuhan kredit, 25% didominasi pulau Jawa dan luar Jawa jauh di bawah 20%. Jika dilihat dari porsi kredit nasional, Jawa lebih besar 70% sebesar Rp1.500 triliun sedangkan luar Jawa sekitar Rp600 triliun. “Pulau Jawa pun, kebijakan ekonomi lebih dinikmati Jabodetabek,” timpal David.

Dalam dua periode pemerintahan, baru dua tahun terakhir SBY punya perhatian untuk kebijakan jangka panjangnya. Padahal, sejak periode pertama seharusnya sudah bisa diarahkan pada kebijakan infrastruktur, SDM yang skillful dan seterusnya.

Sebelumnya, porsi APBN untuk infrastruktur di bawah 5% jauh lebih kecil dibandingkan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) sebesar 18% dan belanja rutin pemerintah mencapai 16%. “Inilah yang membuat daya saing produk dalam negeri jadi lemah,” ungkapnya.

Karena itu, perhatian pada infrastruktur hampir terlambat karena pemerintahan sudah berjalan hampir 10 tahun dan 2014 berakhir. Sebab, yang penting adalah blueprint dan setiap ganti pemerintahan, kebijakan seharusnya tidak ikut diganti.

Meski terlambat, David meniai positif kebijakan hilirisasi untuk pertambangan dan sektor perkebunan. Antara lain, coklat yang tidak bisa diekspor mentah. Sebab, Indonesia merupakan penghasil coklat terbesar dunia tapi tak satu pun merek coklat Indonesia yang terkenal di dunia. “Sekarang jika dieskpor mentah terkena bea keluar 20%. Ini cukup positif,” tegas dia.

Tapi, dia menyarankan, jangan serta merta melarang untuk ekspor tapi tanpa memperbaiki daya saing. Untuk eskpor bahan tambang, harus dipikirkan produk jadinya apakah bersaing (daya saing) atau tidak dengan barang produk negara lain seperti China dan Jepang.

Untuk nikel, Indonesia menghentikan ekspor ke China, tapi negeri Tirai Bambu itu bisa impor dari Filipina. “Keterbatasan kita selalu infrastruktur. Untuk angkut tambang termasuk nikel ke pelabuhan jalannya masih rusak yang setelah krisis 1998, pembangunan infrastrukturnya terbengkalai,” imbuhnya.

Selasa, 21 Agustus 2012

H+1: Jogja-Solo 5 Jam!

Kepadatan arus lalu lintas di H+1 Lebaran, Senin (20/8), mengalami peningkatan. Perjalanan Jogja-Solo menggunakan kendaraan pribadi, yang biasanya sekitar satu hingga dua jam, kini harus ditempuh sekitar lima jam.

Kemacetan terjadi tak hanya jalan dalam Kota Jogja, tetapi sepanjang perjalanan dari Kota Jogja hingga memasuki Kota Solo.

Pantauan Solopos.com di sepanjang jalan tersebut, Senin malam, kendaraan pribadi dari luar kota mendominasi di jalur Jogja-Solo. Tak hanya itu, kemacetan itu terjadi di persimpangan jalan, terutama di traffic light di sepanjang jalan tersebut. Seperti di kawasan Prambanan, Delanggu, Klaten dan beberapa ruas jalan lainnya.

Salah satu pengendara mobil Hanif mengatakan ia bersama keluarga memilih melewati jalur alternatif. Namun, karena banyaknya kendaraan yang melintas, justru kemacetan terjadi di beberapa titik.

“Tidak membantu mengurai kemacetan yang ada,” ujarnya saat ditemui Solopos.com di sela-sela istirahatnya di kawasan Prambanan, Senin.

Hanif yang usai melakukan silaturahmi dengan keluarga di Jogja mengaku ia memilih untuk segera meninggalkan Kota Jogja untuk menghindari kemacetan.

Senin, 20 Agustus 2012

N250 is Still The Best (Habibi)


Mantan Presiden RI, BJ Habibie mengatakan pesawat N250 yang proyeknya sempat terhenti di tengah jalan merupakan salah satu pesawat terbaik.
"N250 is still the best," kata Habibie di sela-sela Open House menyambut Hari Raya Idul Fitri 1433 Hijriah di kediamannya di Jalan Patra Kuningan XIII, Jakarta, Ahad (19/8).
Habibie mengatakan pesawat tersebut akan dapat terbang dalam lima tahun ke depan dengan perubahan rancangan pesawat yang serba digital.
"Kami akan 'redesign' (desain ulang) pesawat, salah satunya mesin. Ini perlu karena ada gap teknologi kurang lebih 20 tahunan," ujar pemilik 46 paten di bidang Aeroneutika itu.
Pada Sabtu lalu (11/8/12) dilakukan penandatanganan proyek pengembalian dan penyelesaian kembali pesawat N250 yang sempat terhenti.
Habibie mendirikan PT Regio Aviasi Industri (RAI). PT tersebut didirikan dua perusahaan swasta, PT Ilhabi milik putra sulungnya, Ilham Akbar Habibie, yang memegang saham 51 persen dan PT Eagle Capital milik Erry Firmansyah yang memegang saham 49 persen.
Di perusahaan tersebut Habibie menjadi Ketua Dewan Komisaris. Pesawat N250 pada 17 tahun lalu sempat direncanakan untuk mendapatkan sertifikat Federal Aviation Administration (FAA) pada tahun 2000, namun kemudian terhenti.
Habibie mengatakan berencana mendapatkan sertifikat tersebut dalam lima tahun mendatang.

Sabtu, 18 Agustus 2012

Bagaimana Jika Malam ini Anda Bermimpi Bertemu Rasululloh Dan Beliau Mengatakan Bahwa Besok adalah Hari Raya?

Pernah terjadi disuatu tahun, Kadi Kota Tarim Hadromaut telah menyatakan hari raya. Seluruh Saadah dan penduduk Tarim telah berkumpul untuk menjalankan Sholat I’ed. Tetapi ada salah seorang pemuka Al Aydarus tidak tampak hadir. Maka Khatib segera pergi menemuinya di kediamannya. Khatib pun menanyakan apa sebabnya beliau tidak keluar menuju masjid untuk shalat Ied.

Habib itu menjawab: “Aku malam ini bermimpi bertemu dengan Nabi Shallallohu alaihi sallam dan aku bertanya kepada beliau. Ya Rosul, apakah malam ini malam hari raya?. Rasululloh menjawab .TIDAK. Maka hari ini aku tetap berpuasa.”

Khatib itu berkata: “Habib melihat Rasululloh dalam mimpi. Sedangkan saya melihat beliau dalam keadaan terjaga. Dan Rosululloh berkata HARI INI HARI RAYA”

Habib bertanya: ” Bagaimana bisa begitu?”

Khatib menjawab: ” Bukankah tuan pernah mendengar Rasululloh Shallollohualayhi wasallam bersabda:

Puasalah Kalian karena melihat bulan dan berbukalah kalian karena melihat bulan??”

Habib menjawab: “Benar. Aku tentu pernah mendengarnya.”

Khatib berkata: “Yang tuan lihat adalah dalam mimpi. Ru’yah Manam. Sedangkan ru’yah kami adalah ru’yah yang Haq yg telah meriwayatkan orang-orang yg terpercaya ['tsiqoh'] dari riwayat orang-orang yang tsiqoh pula dari Rasululloh Shallollohu alayhi wasallam dan mereka meriwayatkannya dalam keadaan TERJAGA dan Nabi pun ketika mengatakannya dalam keadaan TERJAGA.”

Habib menjawab: “Jaszakallohu khoiron”. Kalam Rosululloh adalah Haq dan ucapanmu juga ucapan yang Haq. Ayo… mana buah kurmanya, aku akan berbuka sekarang.”

Kemudian mereka berdua menuju masjid untuk mengikuti Shalat Ied. Begitulah keadaan orang-orang yang berhati lapang dan mau menerima dan mendengar dan mengikuti kebenaran . Semoga Alloh memberi kita kemanfaatan mereka semua.

Mahasiswa UNS Raih Juara Tingkat Internasional: Konsep Sekolah Alam

Empat mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo kembali mengukir sejarah membanggakan tingkat internasional. Mereka adalah Hana Afifah, Khairul Hadi dan Vania Astri Pramudita dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), serta Andhika Okta Fatria P, dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP).

Andhika menceritakan proposal mereka tentang Sekolah Alam Bengawan Solo di Desa Serenan, Juwiring, Klaten, meraih gold medals kategori Social Enterpreneur on Eco-Friendly Sector pada ajang Ecopreneur Award 2012 Second International Business Plan Competition on Eco-Friendly Sector, di Ulaanbaatar, Mongolia, 18-23 Juni.

Mereka pun berhak atas hadiah US$ 800 dan penghargaan dari UNS berupa uang pembinaan Rp3 juta dan pembebasan Sumbangan Pengembangan Pendidikan (SPP) sejak semester Agustus-Januari sampai akhir masa studi. Penghargaan dari UNS diserahkan Rektor UNS, Prof Dr Ravik Karsidi MS, saat Upacara Peringatan HUT ke-67 Kemerdekaan RI di halaman Gedung Rektorat UNS, Jumat (17/8).

Andhika menceritakan keikutsertaan mereka pada kejuaraan itu, karena direkomendasikan kakak tingkat mereka Hana Afifah yang pernah meraih penghargaan serupa. Lalu mereka berusaha mencari info tentang kejuaraan itu di website.

Setelah dikomunikasikan dengan Pembantu Dekan 1 FMIPA UNS, Dr Sutanto DEA, mereka disarankan menulis konsep tentang Sekolah Alam Bengawan Solo di Desa Serenan. “Ide sekolah itu dari Pak Sutanto,” ujarnya saat ditemui Espos, di Ruang Humas dan Kerja Sama UNS.

Sekolah Alam Bengawan Solo, ungkapnya, adalah sekolah yang memiliki misi selalu berinovasi kreatif. Tujuannya untuk mengembangkan ruang ekosistem proses pembelajaran kebaikan, bagi komunitas di dalam dan luarnya agar terwujud lingkungan yang harmoni. “Apa yang ada di alam, jadi bahan pembelajaran. Misalnya ketika berada di sungai, siswa bisa belajar berhitung, belajar tentang air dan lainnya,” jelasnya.

Sekolah alam itu, terangnya, sudah ada sejak beberapa tahun lalu. Andhika dan teman-temannya berusaha mengembangkan konsep sekolah alam dengan menanamkan jiwa enterpreneur kepada siswa. Misalnya siswa diajak menanam sayuran tertentu, lalu ketika musim panen tiba, siswa diajak memanen sayuran itu, lalu menjualnya.

Konsep sekolah alam seperti itulah yang diajukan Andhika dan ketiga temannya hingga diundang mempresentasikan konsep di Mongolia. Sayang, meski panitia di Mongolia sudah mempersiapkan akomodasi selama di sana untuk empat mahasiswa, hanya satu mahasiswa, Hana, yang berangkat ke Mongolia. “Kami berusaha mencari sponsor untuk keberangkatan ke Mongolia, tapi susah. Dana dari universitas sangat terbatas. Akhirnya hanya Hana yang berangkat. Itu pun harus mencari dana talangan terlebih dahulu Rp15 juta,” ungkapnya.

Perjuangan mereka akhirnya berbuah manis. Selain hadiah US$ 800, Ditjen Dikti menyetujui pengajuan proposal dana mereka senilai Rp10 juta. “Tapi sampai sekarang [Jumat] dana dari Dikti belum cair. Jika sudah cair, akan kami gunakan untuk membayar utang,” ujarnya.

Sumber: *

Westerling Mengaku Membantai Rakyat Sulsel

Setelah 66 tahun berlalu, akhirnya terungkap, pengakuan pernah ke luar dari mulut Kapten Raymond Westerling. Bahwa benar, di masa lalunya, mantan Kapten KNIL itu telah membantai masyarakat Sulawesi Selatan.

Pengakuan itu ia sampaikan dalam sebuah wawancara di sebuah program televisi di stasiun NCRV. "Akulah yang bertanggung jawab, bukan tentara di bawah komandoku. Aku sendiri, secara personal yang memutuskannya," kata dia seperti dimuat situs Volkskrant, 14 Agustus 2012.

Pengakuan Westerling yang baru terkuak itu sejatinya ia sampaikan dalam sebuah wawancara di tahun 1969, hanya sesaat setelah mantan tentara Joop Hueting mengungkap soal kejahatan perang tentara Nederland di Indonesia dalam wawancara dengan Volkskrant dan Achter het Nieuws. Pengakuan Hueting membuat geger dan memicu murka para veteran serdadu kala itu. Sang jurnalis yang mewawancarainya bahkan harus mendapat perlindungan polisi, karena nyawanya terancam.

Apalagi jika pengakuan Westerling yang diungkap, efeknya bisa bak bom meledak di siang bolong. Bagaimana tidak, meski di Indonesia dianggap "tukang jagal", Westerling dianggap pahlawan oleh para veteran. Ia adalah komandan pasukan khusus (Speciale Troepen) yang dikirim pada Desember 1946 lalu ke Sulawesi Selatan untuk menekan gerakan revolusioner.

Tiga bulan bertugas, ia dianggap sukses, meski mengorbankan 3.500 penduduk lokal, kebanyakan dibunuh tanpa diadili atas nama penegakan hukum. Versi Indonesia, ada 40.000 nyawa yang melayang.

Tak pernah ditayangkan

Pengakuan Westerling di tahun 1969 itu direkam oleh juru kamera Hans van der Busken, sementara wawancara dilakukan jurnalis Joep Buttinghausen, namun tak pernah ditayangkan, bahkan sampai Westerling meninggal pada 26 November 1987 lalu.

Rekaman itu selama puluhan tahun tersimpan di rak, baik van der Busken dan Buttinghausen tak berani mengambil risiko yang bisa membahayakan nyawa mereka kala itu. Suasana sedang tegang.

Seperti halnya Westerling, Buttinghausen juga meninggal pada tahun 1987. Mereka saling mengenal dan duduk berdekatan saat wawancara, di ruangan sesak, dilapisi karpet rusia, yang dipenuhi asap cerutu. Westerling bicara bebas soal 500 nyawa yang melayang atas perintahnya, dalam 15 operasi yang dilakukannya. Kata dia, mereka yang tewas adalah orang-orang yang terbunuh saat melawan, ditembak kala kabur, atau dieksekusi.

Westerling tak takut melakukan tindakan kejinya, karena merasa mendapat dukungan dari Pemerintah Belanda. "Saya bertanggung jawab atas tindakan saya, mereka harus membuat perbedaan antara kejahatan perang atau tindakan tegas, konsisten, dan adil dalam keadaan sangat sulit," kata dia.

Westerling mengakui bahwa ia mungkin melakukan kejahatan perang, tapi tidak bagi empat serdadu yang bertindak di bawah perintahnya. Dia juga mengatakan, sifat sadistis yang tersembunyi di dalam diri seseorang dapat berkembang jauh lebih cepat saat perang daripada dalam situasi normal.

Sejarawan Willem IJzereef yakin, Westerling bertanggung jawab atas pembantaian 3.500 orang di Sulawesi Selatan, atas nama hukum. Sementara, bocornya bukti pengakuan Westerling menjadi kabar baik bagi pengacara korban pembantaian, Liesbeth Zegveld. "Ini adalah bukti yang didapat dari pihak pertama. Secara hukum, ini sangat menarik."

Jumat, 17 Agustus 2012

Dua Hakim Ditangkap KPK, Suap Rp 150 Juta, di Semarang

Komisi Pemberantasan Korupsi menemukan barang bukti berupa uang tunai sebesar Rp 150 juta ketika menggrebek transaksi suap yang melibatkan Hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Kartini Marpaung. KPK juga menangkap satu hakim lain, Heru Kusbandono, yang ternyata bertugas di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Pontianak, Kalimantan Barat.

Tersangka pemberi suap adalah seorang perempuan bernama Sri Dartuti. Diduga, Sri adalah kerabat dari terdakwa kasus korupsi yang sedang diadili Kartini di Pengadilan Tipikor Semarang.

Sumber Tempo di KPK menyebut Sri Dartuti sebagai adik dari Ketua DPRD Grobogan, Jawa Tengah, Muhammad Yaeni. Dia sedang diadili dalam kasus korupsi perawatan mobil dinas DPRD Grobogan, Jawa Tengah senilai Rp 1,9 miliar.

Yaeni, politikus PDI Perjuangan di Grobogan, sebelumnya sudah mendapat banyak keistimewaan selama menjalani sidang. Hakim Kartini Marpaung sempat meloloskan permintaannya untuk tidak ditahan selama sidang. Walhasil, Yaeni pun hanya menjadi tahanan rumah. Jika kasus suap ini tak terungkap, Yaeni seharusnya divonis 27 Agustus 2012 depan. Dia dituntut hukuman penjara 2,5 tahun. Pelaku korupsi yang mengulangi perbuatannya terancam hukuman mati.

Lima Koruptor Bebas

Hakim yang ditangkap penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi, Kartini Marpaung, adalah salah satu hakim Pengadilan Tipikor Semarang yang kerap mendapatkan sorotan negatif. Bersama dua koleganya, Lilik Nuraini dan Asmadinata, Kartini adalah majelis hakim yang mengeluarkan vonis bebas terhadap lima terdakwa kasus korupsi.

Dari tujuh terdakwa yang bebas, lima di antaranya keluar berkat palu trio hakim tersebut. Meskipun trio itu kerap mengeluakan vonis bebas, tapi baru Lilik yang diberi tindakan. Lilik dipindahkan ke Sulawesi. Sedangkan Kartini dan Asmadinata belum diberi tindakan apa-apa.

Dalam menjalankan tugasnya sebagai pengadil, trio hakim ini berani mengeluarkan vonis kontroversial. Walaupun dalam perkara yang sama dengan majelis hakim berbeda sang terdakwa divonis bersalah, mereka tetap nekat dengan keputusan nyeleneh-nya.

Misalnya, trio Lilik-Kartini-Asmadinata pernah memvonis bebas broker tanah Agus Soekmaniharto yang menjadi terdakwa dalam kasus korupsi proyek jalan tol Semarang-Solo. Padahal, dua terdakwa lain--Hamid yang berperan sebagai broker dan Suyono selaku ketua tim pembebasan tanah--dihukum bersalah oleh majelis hakim berbeda.

Kartini dan kawan-kawan juga memvonis bebas pengusaha yang membobol kredit Bank Jateng senilai Rp 39 miliar, Yanuelva Etliana. Padahal, persidangan empat terdakwa lainnya kini tetap terus jalan. Yanuelva sekarang justru kabur dan menjadi buron.

Perbedaan vonis dalam perkara yang sama juga terjadi untuk kasus korupsi APBD Kabupaten Sragen. Kartini dan kawan-kawan memutus bebas Bekas Bupati Sragen Untung Wiyono. Sedangkan bekas Sekda Sragen Koeshardjono dan bekas kepala bidang keuangan Sri Wahyuni divonis bersalah oleh majelis hakim lain.

Mereka juga pernah mengabulkan penangguhan penahanan Ketua DPRD (nonaktif) Grobogan, M. Yaeni, yang menjadi terdakwa kasus dugaan korupsi dana pemeliharaan mobil dinas DPRD Grobogan senilai Rp 1,9 miliar.

Kepala Divisi Monitoring Kinerja Aparat Penegak Hukum KP2KKN Jawa Tengah, Eko Haryanto, sudah mencurgai ketidakberesan hakim Kartini. “Ia kerap mengeluarkan putusan kontroversial,” kata Eko. Kasus-kasus kelas kakap yang ditangani majelis hakim yang diketuai Kartini malah divonis bebas.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
//** Like Button FB **//
//** Like Button FB **//